6 Alasan Orang Vakum Dulu dari Percintaan, meski Usia Pas Buat Nikah

Seiring pertambahan usia, biasanya orang makin fokus dalam mencari jodoh. Ada kekhawatiran bakal telat menikah di samping dorongan yang kuat dari orang-orang di sekitarnya. Namun, ada beberapa orang yang justru memutuskan untuk vakum dulu dari percintaan.
Mengapa mereka seberani ini, ya? Apakah penyebabnya melulu soal patah hati? Gak juga meski itu dapat menjadi salah satu alasannya. Vakum dari percintaan berarti sengaja tidak melakukan pendekatan pada siapa pun, kecuali sebatas berteman. Andai pun ada orang yang menembak, mereka menolak. Berikut enam alasan seseorang mengambil keputusan buat gak terlibat dalam hubungan asmara untuk sementara waktu.
1. Kosongkan hati demi mimpi
Orang yang sedang fokus mengejar mimpi dapat merasa kewalahan bila harus mencintai juga. Baik mimpi maupun orang yang dicintainya sama-sama perlu perhatian. Mimpi dapat gagal dicapai bila ia kurang bersungguh-sungguh.
Sementara itu, pacar pasti merasa kurang kasih sayang saat dia disibukkan oleh berbagai upaya untuk meraih mimpi. Buat dia yang lebih memilih memperjuangkan mimpi dulu, hati pun dikosongkannya dari sosok yang spesial. Percuma mencintai dan dicintai dalam keadaan pikiran terlalu tercurah pada cita-cita.
Nanti ada waktunya ia akan berganti fokus ke asmara. Paling tidak ketika mimpinya telah makin mendekati kenyataan. Sekarang waktunya buat bekerja keras sekalian untuk meningkatkan nilai diri di depan calon pasangannya kelak.
2. Percintaan terakhir gak bikin happy
Percintaan hanya akan memberikan dua kemungkinan, yaitu cenderung bahagia atau tersiksa. Pengalaman yang menyenangkan tentu akan dipertahankan. Sedang pengalaman yang negatif tentang kisah kasih cenderung bikin kapok.
Walau rasa jera tak selamanya, sekarang seseorang mau rehat dulu dari urusan yang berpotensi mengurasi emosi. Ini mirip dengan orang yang terluka secara fisik dan perlu waktu buat menyembuhkan diri. Bukan dengan buru-buru cari pengganti, melainkan sendiri dulu.
Gak ada kekhawatiran kalau-kalau keputusannya untuk vakum dari percintaan bakal bikin dia gagal mendapatkan jodoh. Baginya yang baru memiliki pengalaman kurang menyenangkan tentang cinta, lebih baik melajang lebih lama hingga siap kembali menjalin hubungan daripada luka serupa terulang kembali. Bahagianya tak seberapa dibandingkan dengan pedihnya.
Baca Juga: 5 Tips Fokus Menata Masa Depan Setelah Putus Percintaan
3. Tak ingin menggantung perasaan orang karena belum siap menikah
Di usia yang sudah matang, ia tahu bahwa orang-orang sepantarnya cenderung mencari calon suami atau istri. Itu berarti, jika dia berpacaran harus bisa segera memberikan kepastian buat naik ke pelaminan. Namun, ia sendiri belum siap atau menginginkannya.
Bahkan andai pacarnya lebih muda, melihat dia yang sudah berumur barangkali membuatnya ingin lebih cepat menikah. Daripada memadamkan harapan orang yang mencintai dan dicintainya, ia lebih suka nanti-nanti saja dalam mencari jodoh. Dia merasa jahat kalau terus menggantung perasaan seseorang yang ingin hubungan mereka diresmikan.
Editor’s picks
Sedang putus karena persoalan ini juga bakal bikin mereka sama-sama menderita. Lebih baik mencegahnya dengan off dulu dari soal asmara. Kelak ia telah menginginkan pernikahan baru fokus mencari jodoh.
4. Ingin menikmati waktu buat sendiri, keluarga, dan teman
Bila dia mau mencari pacar baru sekarang juga bisa saja. Namun, ia merasa percintaan menyita terlalu banyak waktunya. Pengalaman sebelumnya membuktikan bahwa dia menjadi jauh dari keluarga serta kawan-kawan selepas punya pacar.
Meski ada indahnya berduaan bersama pacar, hidup sejatinya perlu keseimbangan. Kurangnya kebersamaan dengan keluarga serta teman juga bisa menggerus kebahagiaan. Bahkan menimbulkan perasaan bersalah seakan-akan ia telah tidak adil dalam membagi waktu serta perhatian.
Masa vakum dari percintaan dapat menjadi penebus atas hubungan yang timpang dengan keluarga serta kawan. Nanti apabila ia kembali menjalin hubungan asmara, dia akan lebih cermat membagi waktunya, supaya semua orang terdekat dalam hidupnya tetap mendapat perhatian. Keseimbangan hubungan seperti ini lebih membahagiakannya ketimbang cuma berduaan terus dengan pacar.
5. Belum bertemu dengan orang yang cocok
Memutuskan vakum dulu dari percintaan berarti sebelumnya ia sempat menjalin cinta dengan seseorang. Hanya saja dia mendapati banyak ketidakcocokan yang membuat hubungan jauh dari ekspektasi. Menemukan kecocokan ini lebih sulit daripada sekadar mencari pacar.
Kandasnya hubungan tersebut sebenarnya juga tak membuatnya jera. Ia masih sempat mencari sosok pengganti. Namun, selama penjajakan tersebut dia belum menemukan kesesuaian antara dirinya dengan sejumlah gebetan.
Lelah mencari, kini ia ingin rehat dulu. Kecocokan gak bisa dipaksakan. Boleh jadi dia baru akan dipertemukan dengan orang yang tepat justru setelah tidak terlalu mencari cinta.
6. Merasa percintaan bikin ribet
Setiap relasi tentu membawa konsekuensi terkait hak dan kewajiban. Misalnya, kewajiban apel, melakukan pendekatan ke keluarga pacar, mengembangkan sikap yang lebih perhatian dan pengertian, plus merawat komunikasi. Ia merasa semua ini ribet untuk dilakukan setiap hari.
Tipe dirinya yang cuek dan ingin bebas cukup menyulitkannya untuk konsisten melaksanakan aturan tak tertulis dalam hubungan asmara. Boleh jadi ini cuma masalah kedewasaan yang belum sempurna. Dia berharap hubungan cinta bisa tetap berjalan tanpa perlu menunaikan kewajiban-kewajiban itu.
Setop mencintai akan mengembalikannya ke kebiasaan lama yang tak perlu mengunjungi siapa pun di malam Minggu dan hal-hal lain yang kurang disukainya. Dia cukup melakukan semua yang menurutnya penting. Ini membantu menyederhanakan hidupnya.
Vakum hanyalah kekosongan yang sementara. Kapan pun seseorang ingin kembali menjalin hubungan asmara, ia bisa langsung mencari jodoh. Pun masa vakum dapat diisi dengan mendewasakan serta memapankan diri buat persiapan berumah tangga sehingga bukan keputusan yang buruk.
Baca Juga: 5 Tips Meningkatkan Kemesraan dalam Hubungan Percintaan
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.