Perhatikan 5 Hal Ini agar Hubungan Pernikahan Awet di Masa Pandemik

Komunikasi adalah kunci dari segalanya #IDNTimesLife

Dunia usaha bukanlah satu-satunya sektor yang terkena imbas dari pandemik. Setahun lebih pandemik berlangsung, efeknya juga dirasakan oleh pasangan suami istri. Perubahan besar yang terjadi selama pandemik, antara lain harus bekerja dari rumah; ada yang kehilangan pekerjaan; dan ada juga yang harus merawat anggota keluarga yang sakit karena COVID-19. Kesulitan dalam menyesuaikan terhadap perubahan-perubahan ini secara tidak langsung akan memiliki dampak negatif di hubungan pernikahan.

Berikut adalah faktor-faktor yang menurut pengamat psikologi memicu pertikaian dan bahkan perceraian di dalam kehidupan pernikahan, khususnya selama pandemik.

1. Terbatasnya me-time

Perhatikan 5 Hal Ini agar Hubungan Pernikahan Awet di Masa Pandemikilustrasi aktivitas "me-time" (unsplash.com/Avrielle Suleiman)

Setiap orang memerlukan waktu untuk dirinya sendiri atau yang dikenal dengan istilah me-time. Adapun, sebagian orang juga menyebutnya sebagai personal space.

Waktu untuk diri sendiri yang dimaksud adalah waktu dan atau tempat khusus seseorang dapat melakukan aktivitas yang disukai tanpa gangguan dari orang lain. Waktu sendiri ini dapat dilakukan di dalam atau di luar rumah.

Sejak pandemik berlangsung, akses me-time ini menjadi sulit. Bahkan, untuk beberapa orang, hal tersebut tidak mungkin. Yang dulunya bisa meluangkan waktu untuk ke tempat kebugaran (gym) selama 1 jam, misalnya, kini tidak bisa dan harus olahraga di rumah.

Dilansir Psychology Today, pasangan yang mempunyai waktu luang untuk dirinya sendiri akan membuat hubungan asmara atau percintaan mereka tetap baik dan tidak stres. Pasangan dapat mendiskusikan waktu dan durasi yang dapat digunakan untuk dirinya sendiri.

2. Problem di masa lalu yang belum terselesaikan dengan baik muncul kembali

Perhatikan 5 Hal Ini agar Hubungan Pernikahan Awet di Masa Pandemikilustrasi pasangan suami istri yang sedang berargumentasi (pexels.com/Alex Green)

Pasangan yang memutuskan untuk berpisah saat pandemik umumnya sudah mempunyai konflik jauh sebelum pandemik terjadi. Namun, konflik tersebut tidak diselesaikan dengan baik karena salah satu atau kedua belah pihak memilih untuk menghindar tanpa menyelesaikannya. Konflik yang belum tuntas tersebut kemudian kembali muncul karena situasi pandemik di mana keduanya lebih sering bertemu tatap muka.

Chris Kraft, seorang psikolog di John Hopkins Medicine di Lutherville, Amerika Serikat (AS) menyarankan kedua pasangan untuk menggunakan momen pandemik ini untuk berkomunikasi dan menyelesaikan permasalahan dengan baik. Pasangan juga dapat meminta bantuan dari profesional seperti psikolog dan psikiater. 

Chris Kraft juga menambahkan apabila konflik berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), pihak yang terancam keselamatannya dianjurkan untuk mencari tempat aman untuk berlindung.

Baca Juga: 5 Tanda Pasangan Gak Layak Mendapatkan Cintamu, Cepat Sadar!

3. Masalah keuangan

dm-player
Perhatikan 5 Hal Ini agar Hubungan Pernikahan Awet di Masa Pandemikilustrasi stres akibat pekerjaan (unsplash.com/Tim Gouw)

Berdasarkan data yang diperoleh dari American Family Survey (AFS) pada 2020, dari 3 ribu warga Amerika yang berpartisipasi di dalam survei, 37 persen dari total orang laki-laki dan perempuan yang sudah menikah menyebutkan bahwa pandemik menyebabkan level stres di pernikahan mereka meningkat. Hal ini dikarenakan masalah perekonomian.

Kehilangan pekerjaan atau mungkin mengalami penurunan dalam pemasukan dapat mempengaruhi hubungan pernikahan. Rachel Sussman yang adalah seorang terapis di kota New York, AS menyebutkan problem keuangan di dalam keluarga dapat memicu percekcokan.

Kemudian, seorang terapis dan profesor psikologi di Columbia University, New York, AS bernama Laurel Steinberg menyebutkan seseorang yang harus lembur bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau pun merasa tidak mampu mencukupi keuangan keluarga akan mudah emosi, mengalami depresi, dan memiliki kepercayaan diri yang rendah.

4. Ketidaksetaraan dalam pembagian kerja di rumah

Perhatikan 5 Hal Ini agar Hubungan Pernikahan Awet di Masa Pandemikilustrasi ibu yang bekerja dari rumah sambil mengurus anak (pexels.com/William Fortunato)

Ketidakseimbangan dalam pembagian tugas rumah tangga antara pihak laki-laki dan perempuan dapat memicu konflik. Dilansir WebMD, ibu yang bekerja dari rumah merasa beban pekerjaan selama pandemik menjadi bertambah karena selain harus bekerja dan mengurus rumah, ia juga harus membantu anak yang melakukan sekolah jarak jauh. Akibatnya, tidak sedikit dari mereka yang berencana untuk meninggalkan pekerjaan mereka.

Untuk mengatasi hal ini, Karen Forsthoff yang adalah seorang terapis keluarga dan pernikahan di San Francisco, AS menyarankan kedua belah pihak untuk membuat perjanjian atau kontrak mengenai pembagian tugas. Di dalam kontrak masing-masing akan menulis peran dan tugas sehingga rutinitas rumah tangga dapat berjalan dengan baik.

5. Komunikasi dan komitmen adalah kunci dari segalanya

Perhatikan 5 Hal Ini agar Hubungan Pernikahan Awet di Masa Pandemikilustrasi konseling dengan psikolog (pexels.com/cottonbro)

Tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Perbedaan pendapat atau kesalahpahaman di dalam kehidupan pernikahan pun dapat diselesaikan apabila kedua pihak bersedia untuk berbicara dan berdiskusi dengan kepala dingin.

Merangkum dari HealthyWomen dan Relationships Australia, berikut adalah tips untuk memperlancar komunikasi antar pasangan:

  • Minimum seminggu sekali, tanyakan kepada pasangan perihal situasi mana yang perlu diperbaiki dan hal mana yang sudah berjalan dengan baik.
  • Buat negosiasi antara kedua belah pihak tentang cara mendapatkan kenyamanan (win-win solution).
  • Kedua pihak setuju untuk tidak menggunakan kata-kata kasar atau makian dalam berbicara.
  • Kedua belah pihak bersedia mengakui kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki.
  • Apabila sedang tidak memiliki emosi yang baik, beri tahu pasangan untuk membahas lain waktu dan tepati janji.
  • Tidak harus selalu menang dalam setiap perdebatan. Kadang, mengalah demi ketenangan bersama bukanlah sesuatu yang buruk.
  • Hindari pertikaian saat sedang ada anak.
  • Fokus kepada hal yang positif, termasuk hal-hal positif yang sudah terjadi setelah menikah.
  • Meminta bantuan kepada profesional, seperti psikiater dan psikolog, untuk membantu dalam mengatasi masalah keluarga atau problem di diri sendiri, seperti depresi dan kecemasan.

Semoga informasi di atas dapat membantu semua pasangan yang sekarang sedang mengalami masalah di kehidupan pernikahan, terutama pada masa pandemik seperti sekarang. Dengan mengetahui faktor-faktor yang dapat memicu pertikaian di dalam rumah tangga, kita dapat mencari alternatif lain yang lebih positif bagi keluarga.

Komunikasi yang baik antar pasangan sangatlah penting karena kita dapat menyelesaikan masalah tanpa harus ada pertikaian apalagi terburu-buru untuk berpisah. Bila dibutuhkan, tidak ada salahnya untuk meminta bantuan dari tim profesional, seperti psikolog, untuk memberikan panduan bagaimana cara yang baik dalam mengatasi masalah di dalam rumah tangga atau pernikahan.

Baca Juga: 5 Macam Alasan Pasangan Saat Menolak untuk Putus, Yakin Luluh?

Maria  Sutrisno Photo Verified Writer Maria Sutrisno

"Less is More" Ludwig Mies Van der Rohe.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya