Penantianku Tidak Mengkhianati, Kita Akan Menikah Tahun Ini

#14HariBercerita Pokoknya kalau ketemu, aku pengen meluk kamu yang lama.

 

Aku dan dia. Lebih tepatnya Kami. Terpisah jarak 744km antara Surabaya dan Bekasi. Aku tak pernah mengira akan jatuh hati pada sosoknya. Terlebih, kami berkenalan karena aku tidak sengaja comment media sosialnya. Dari awal itu, aku mulai berkenalan dengan dia.

Aku anak Surabaya. Dan dia salah satu mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Wow!!! Awal mendengarnya, aku langsung kagum dibuatnya. Dia selalu membuatku betah untuk mengobrol lama via Line. Selalu punya topik menyenangkan untuk dibahas. Membahas perihal politik negara, pariwisata suatu daerah, artis yang lagi panas-panasnya, dan masih banyak lagi. Kurang lebih 1 bulan, aku mulai nyaman.

Sungguh kami berbeda. Dia 24 tahun, usia laki-laki yg dewasa. Aku masih 17 tahun kala itu. Dia akan menggapai gelar sarjana di universitas ternama. Sedangkan aku baru lulus SMA, dan memutuskan tidak melanjutkan kuliah karena ekonomi. Keluarga dia kaya raya, keluargaku bisa bayar SPP tepat waktu sudah bersyukur. Ahh, sebaiknya tidak kubahas hal ini diawal ceritaku. Kita lanjut dibagian lainnya. 

Perkenalan awal kami, sekitar bulan November 2015. Lalu saling kenal melalui dan ngobrol melalui Line dan WhatsApp. Kami saling nyaman. Waktu itu aku mengira dia juga punya rasa yang sama denganku. Dia masih di Jogja kala itu, ku beranikan diri bertanya, "Kamu nggak pengen ke Surabaya, buat ketemu aku?" Malu-malu kucing aku menulisnya, dag dig dug nggak karuan ketika aku menekan tombol send, dan berharap mendapat jawaban yg kuimpikan. Agak lama, dia  membalas, "Boleh, tapi temenin yaa". Seketika hatiku langsung bagai kembang api. Aku bahagia, akhirnya kami akan bertemu.

Tepat tanggal 1 Juni 2016, kami bertemu untuk yang pertama kalinya di Stasiun Gubeng Surabaya pada sore hari. Lalu kami mengobrol lama, bercerita banyak hal, dan ketika perjalanan mengantarnya ke Terminal Bungurasih, kami berbicara topik tentang kredit rumah, biaya tanah, UMR setiap kota, dan satu hal yang tidak akan aku lupakan, "Ngomongin tentang rumah, tanah, gaji, gimana kalo kita bangun bersama? Maksudnya kita bareng-bareng berjuang buat punya rumah sendiri. Jadi penghuni rumah itu, nyiptain dunia kita sendiri di rumah itu. Mau?"

Aku hanya tersenyum malu mendengarnya diikuti sebuah anggukan kecil dari kepala ku. Begitu mantab, tegas, dan lugas ketika berbicara. Baru beberapa bulan kemudian, dia mengaku bahwa kala itu jantungnya berdegup kencang, grogi, cuman pasang muka sok cool aja. Mungkin bagi kebanyakan orang, cerita ku cuman permainan aja. Kenal di medsos lama, ketemu baru sekali, tiba-tiba ngajak nikah. Apalagi perbedaan usia kita yang lumayan jauh. Benar kata sebuah lirik lagu, Tai Kucing Rasa Coklat.

Setelah pertemuan pertama itu, kita berhubungan jarak jauh dari yang lebih jauh. Yaa Surabaya-Bekasi. Terpisah 744km. Seperti kebanyakan orang, awal hubungan selalu romantis. Kita sudah melewati masa-masa kasmaran pada awal hubungan. Tepat pada tanggal 30 Agustus, kita bertemu lagi untuk yang kedua kalinya. Seperti biasa, layaknya orang berpacaran pada umumnya. Jalan-jalan, nonton, makan, seharian.

Waktu itu dia masih dalam proses mencari kerja. Sempat menganggur lama karena tidak kunjung mendapatt kerja. Ketika aku bercerita kepada teman-teman ku, mereka meremehkan "Ngapain pacaran sama pengangguran?" "Duuh, selisih kalian itu beda jauh, kenapa nggak nyari yang selisih 1-2tahun aja sih?" "Jangan-jangan kamu cuman dijadiin mainan aja sama dia, secara dia udah dewasa" dan masih banyak pertanyaan lainnya.

Tepat pada awal Oktober, dia mendapat kerja. Sebagai sales counter di perusahaan swasta. Aku seperti pengen marah, kecewa, kesel, jengkel, bagaimana mungkin seorang sarjana lulusan universitas ternama hanya jadi sales counter? Setelah melamar sana sini tetep ditolak, karena basic nya adalah biologi. Tapi aku tak putus asa. Aku tetap menemaninya, berusaha ada kala dia butuh. Berusaha menerima apapun profesinya, berapapun penghasilannya sebulan. Bahkan dengan gaji yang dikit, ia masih mau untuk membaginya denganku. Aku bangga, aku bahagia bisa menjadi bagian yg berarti dalam hidupnya.

Itu masa-masa damaiku selama penghujung Desember. Awal Januari kemarin, dia berubah. Aku tidak tau apa sebab dia berubah. Tiba-tiba cuek, hanya membalas chat 1-2kata. Jarang membalas pesan-pesanku. Prasangka buruk mulai menghiasi kepala ku. Apakah dia sedang dekat dengan teman kerjanya? Apakah ada seseorang yang berhasil menggeser posisi ku? Apakah dia sudah bosan denganku? Maklumlah, aku baru berusia 18tahun. Pikiran labil ku sering muncul. Itu berlangsung selama 1 bulan. Cukup lama kalau dirasakan sendiri. Kami bahkan sempat break selama seminggu. Aku kecewa.

dm-player

Aku rindu. Aku rindu pada sosoknya. Pada senyumnya. Pada pandangan matanya yang syahdu. Pada tangannya yang selalu mengaitku ketika bertemu. Pada pelukannya yang nyaman. Aku rindu. Aku sudah 5bulan tidak bertemu dengannya. Aku selalu ingin mengungkapkan pada dia, tapi aku selalu takut. Takut dibilang seperti anak kecil. Aku ingin bertemu, memeluknya, mengungkapkan perasaan ku selama ini. Aku ingin mencium aroma tubuhnya. Aku ingin tertidur di pelukannya.

Tiba-tiba, awal Februari kemarin ia mengirimiku 3tiket yang aku harapkan. Dia meminta maaf atas perlakuannya yg tidak jelas selama sebulan. 3 tiket yg aku harapkan. 1 untuk keberangkatan ku ke Bekasi, 1 untuk tempat ku menginap disana, 1 lagi untuk kepulangan ku ke Surabaya. Aku bahagia, menunggu tanggal 13 Februari untuk cepat bertemu. Aku sungguh menanti.

Tepat tanggal 13 Februari pukul 9malam, aku berangkat ke Bekasi menaiki kereta. Berharap pagi segera tiba agar bisa cepat bertemu dengannya. 11 jam perjalanan, aku habiskan untuk tidur.

Tepat 14 Februari, dia menjemput ku di Stasiun Bekasi. Aku bahagia, aku senang. Langsung ku peluk sosoknya itu. Tak peduli banyak orang melihat. Yang penting aku bisa memeluk dia. Kutumpahkan seluruh kerinduan ku padanya. Kuungkapkan perasaanku selama ini. Dia hanya diam, masih ikut memeluk sosok mungil ku ini. Tangannya ikut membelai kepalaku. Seolah ingin berkata, bahwa dia juga punya rasa yang sama denganku.

Setelah melepas rindu, kami berdua sarapan pagi bersama di pinggir jalan. Bercerita banyak, serta ia menjelaskan kenapa sikapnya berubah, dikarenakan pekerjaan nya yang mengharuskan dibawah tekanan. Kami menonton film, jalan-jalan kesana kemari, membeli barang ini itu, bercanda, tertawa. Ahh aku bahagia, semesta mungkin mengerti kala aku bahagia.

14 Februari kami lewati. 15 Februari aku harus pulang. Dia akan kerja, dan aku harus kembali ke Surabaya, mencari kerja juga. Pagi itu dia mengantarku ke Stasiun Pasar Senen. Aku mulai sedih. Murung sepanjang naik KRL. Aku sungguh tidak ingin pulang. Aku ingin bersamanya. Lama kami distasiun menunggu kereta ku berangkat pukul 2 siang.

Kurang lebih, jam 1 siang aku berkata, "Aku nggak mau pulang. Aku maunya sama kamu", lalu dia berkata. Kalimat yang membuatku tersenyum sampai saat ini, "Tahun ini kita nikah yukk, aku usahain yaa" Duaaaarrr, aku bahagiaaa. Sungguh makhluk penuh kejutan. Tak pernah menyangka akan mengenal sosoknya.

Pukul setengah 2, aku harus masuk kereta. Aku memeluk nya kencang. Menangis. Air mataku tak kunjung berhenti ketika tiba di kereta. Takut untuk berpisah lagi dengannya. Ahh berat sekali kakiku kemarin, untuk masuk ke kereta. Tapi dia menguatkan ku melalui telepon genggamnya. Bilang bahwa kita pasti akan bertemu lagi. Bilang bahwa kita akan segera menikah.

Sekarang, aku sudah berada di Surabaya. Dan dia di Bekasi. Kami sama-sama mencari kerja yang baru untuk bisa mewujudkan mimpi menikah di tahun ini. Cinta tak pandang umur, tak pandang jarak, tak pandang profesi, tak pandang penghasilan. Cinta tumbuh sendiri pada hati yang merasakannya. Pada orang-orang yang teguh akan pendirian.

Cinta bukan hanya kepada pasangan. Namun masih ada orangtua, saudara, sesama, terlebih cinta-ku kepada Sang Pencipta. Aku tak pernah lelah setiap hari berdoa kepada-Nya. Minta agar dipertemukan, disatukan. Karena aku belum pernah kecewa untuk berdoa kepada-Nya.

Salam rindu 74 km

blossom Photo Writer blossom

Maka merekahlah, rayakan semua cinta.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya