Renungkan Dulu 4 Hal Ini Sebelum Memutuskan Menikah, Sudah?

Sudahkah kamu melakukannya?

Menikah dapat dikatakan muara dari sebuah hubungan asmara yang dijalin dengan serius. Akan tetapi, menikah tak hanya sekedar melangsungkan ijab dan qabul ataupun pemberkatan perkawinan dalam ajaran agama, bahkan tak semata pencatatan di kantor sipil sebagai bagian dari hal-hal berbau administratif saja.

Pernikahan tersebut seyogyanya memang direnungkan dengan mendalam oleh kedua belah pihak. Memang wajar bahwa kesiapan hati sulit mencapai tahap bulat sempurna sebab manusia tak hanya dibekali dengan hati tapi juga logika yang mungkin saja melahirkan cabang-cabang pikiran terkait keputusan untuk melangsungkan pernikahan tersebut.

Oleh sebab itu, setidaknya empat hal berikut telah rampung untuk dibahas sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah. Nah, sudahkah kalian melakukannya?

1. Menikah itu membutuhkan dua individu yang utuh.

Renungkan Dulu 4 Hal Ini Sebelum Memutuskan Menikah, Sudah?dramafever.com

Kamu berhak untuk mendapatkan pasangan yang telah terbebas dari bayang-bayang masa lalunya. Begitupun pasanganmu yang memiliki hak untuk memilikimu secara utuh tanpa sisa-sisa keping rasa pada mantan terindahmu yang sulit kamu lupakan. Pernikahan itu adalah momen sakral yang hendaknya dibangun dengan hati yang tulus.

Bukan karena kamu berambisi balas dendam sebab ditinggal menikah oleh mantanmu. Bukan karena dirongrong krisis umur semata. Bukan karena takut kehilangan kekasihmu yang digilai banyak wanita atau pria. Apalagi jika itu hanya karena gelimang harta yang mengelilinginya.

Dan, bukan pula cinta buta untuk memaksa kekasihmu segera melamar padahal kamu jelas sadari bahwa masih ada prioritas lain yang harus dibenahinya terlebih dahulu. Jangan mengedepankan ego sepihak, bicaralah dari hati ke hati. Menikahlah ketika kalian sudah sama-sama siap.

2. Menikah itu tidak sekedar soal hati, melainkan juga perkara logika.

Renungkan Dulu 4 Hal Ini Sebelum Memutuskan Menikah, Sudah?dramabeans.com

Menjalani bahtera rumah tangga tidak hanya tentang mengukir kisah manis tapi juga mengatasi masa pelik yang akan menyapa seiring waktu berlalu. Menikah dengan sosok yang dicintai memang adalah salah satu bentuk anugerah dalam hidup. Tapi cinta saja jelas tidak cukup untuk menghidupi dia yang kamu cintai.

Oleh sebab itu, logikapun sepatutnya juga turut andil ketika memutuskan untuk menikah. Cobalah untuk lebih realistis dalam menyikapi jalan hidup yang membentang di depan kalian. Walaupun jodoh dan rezeki memang sudah diatur oleh-Nya, bukan berarti kalian diperbolehkan untuk berpikiran dangkal. Bukankah otak diberikan untuk bisa berpikir logis?

Jalan kalian dan jalan pasangan yang lain tidaklah persis sama. Sehingga sewajarnya kalian juga harus awas dengan segala kemungkinan di masa depan sebagai suatu langkah preventif. Selain siap bertanggungjawab menerima konsekuensi dari apapun keputusan yang diambil kelak. Pada akhirnya, hidup memang adalah tentang memilih pilihan.

dm-player

Dan, bertanggungjawab itu hendaknya dimaknai sebagai sikap yang dilaksanakan ketika sudah benar berusaha untuk menghindari kemungkin terburuk namun hal tak mengenakkan ternyata tetap saja muncul. Wajar saja, sebab masa depan memang bukanlah suatu hal yang dapat dipastikan. Akan tetapi, bukankah tak ada salahnya juga untuk berupaya mempersiapkannya dengan lebih mantap?

Matangkanlah terlebih dulu baik fisik, mental, dan finansial. Jangan terburu-buru, sebab menikah bukanlah sebuah lomba lari. Maksudnya adalah baik, supaya jalan yang akan ditempuh tersebut dapat terbantu menjadi lebih terarah menuju tujuan yang didambakan.

3. Menikah itu menuntut kedewasaan yang matang.

Renungkan Dulu 4 Hal Ini Sebelum Memutuskan Menikah, Sudah?youtube.com

Selain dari segi pertimbangan medis terkait dengan kondisi organ reproduksi, umur nyatanya juga berperan dalam menakar tingkat kedewasaan seseorang. Usia memang salah satu faktor krusial dalam memutuskan untuk menikah. Akan tetapi, kedewasaan tidak mutlak ditentukan oleh usia.

Bilangan angka terlalu kaku untuk menjabarkan seberapa matang mental seseorang. Hal ini disebabkan oleh masing-masing individu melalui beragam pengalaman yang kelak menyumbang besar terhadap bagaimana sosoknya menyikapi hidup. Selain itu, urusan-urusan lain yang bersifat lebih privasipun menuntut kematangan berpikir yang nyata dalam menghadapi badai selama mengaruhi bahtera rumah tangga.

Termasuk membicarakan perkara sentimental seperti pendidikan dan karir pasangan. Bukan tentang paham Patrilineal ataupun Matrilineal, bukan tentang siapa yang lebih berkewajiban, bukan tentang siapa yang harus tunduk, bukan tentang siapa yang harus mengalah, bahkan bukan tentang siapa yang lebih cemerlang dalam pekerjaannya.

Pertimbangkanlah dengan kepala dingin, runtuhkan ego masing-masing. Pernikahan itu adalah tentang kita, bukan hanya aku atau kamu semata. Masing-masing kita itu punya hak dan kewajiban, punya hati yang dapat merasakan senang dan sedih, punya mimpi yang berharap dipahami.

Lebih lanjut, karir tentu kelak akan berimbas pada finansial, manajemen pembagian waktu pasca berkeluarga, kerjasama antar kedua belah pihak, pengelolaan ego, dan hal-hal lain yang sepatutnya didiskusikan dengan matang sebelum memutuskan untuk menikah supaya tidak menjadi bumerang ketika sudah menyandang status sebagai suami-isteri.

4. Menikah itu menyatukan dua keluarga.

Renungkan Dulu 4 Hal Ini Sebelum Memutuskan Menikah, Sudah?straitstimes.com

Dalam cakupan yang lebih kompleks, menikah juga berarti upaya menyatukan dua keluarga. Memadukan dua jenis karakter saja sudah bukan lagi perkara sederhana, apalagi dua buah keluarga besar. Kalian dituntut untuk mampu beradaptasi terhadap kedua belah pihak keluarga tersebut. Bukan lagi tentang keluargamu, keluarganya, keluarga kalian, tapi juga keluarga besar kita.

Oleh sebab itu, tidak ada salahnya pula untuk mencoba mendekatkan diri terhadap keluarga dari pasangan kalian masing-masing. Menyelaraskan kepribadian, latar belakang keluarga, kebiasaan-kebiasaan harian dan lain sebagainya adalah hal-hal yang akan mengisi hari-hari kalian kelak ketika resmi menyandang status sebagai seorang suami dan isteri. Dan, saling menerima satu sama lain adalah salah satu resep menjaga keharmonisan dalam keluarga.

Jangan memaksakan perbedaan untuk melebur menjadi satu bentuk kesamaan. Sebab tampkanya memang sudah hakikatnya untuk beperan sebagai hal yang tidak serupa. Ibarat minyak dan air yang berbeda tapi dapat berdampingan. Cobalah memperluas sudut pandang dengan melihat perbedaan-perbedaan diantara kalian sebagai jembatan untuk saling melengkapi.

Namun jika nyatanya perbedaan itu tetap tak sanggup menjembatani kalian, jangan pula lantas terus bersikukuh dipaksakan hingga buta karena cinta pada manusia semata. Berlapang dadalah, Tuhan pasti sudah menyediakan rencana yang lebih indah bagi kalian. Petik hikmahnya.

Rahmadila Eka Putri Photo Verified Writer Rahmadila Eka Putri

Hai, salam kenal. Terima kasih sudah membaca tulisan saya. Mari terhubung melalui Facebook (Rahmadila Eka Putri), Instagram (@rahmadilaekaputri), ataupun Twitter (@ladilacious), kritik dan sarannya juga dipersilahkan, lho!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya