[INFOGRAFIS] Bagaimana COVID-19 Memengaruhi Persiapan Pernikahan?

#IDNTimesLife Ada protokol kesehatan yang harus dipatuhi

Apa yang pertama terlintas di pikiranmu saat membahas pesta pernikahan? Surat undangan dengan lampiran foto prewedding yang indah? Berebut kambing guling dan zuppa soup dengan tamu kondangan lainnya? Atau, senyum manis yang terpatri pada wajah pengantin yang berbahagia?

Sumpah pernikahan yang mengikat dua pasang hati, membuat momen ini jadi sangat berharga. Tentunya, diperlukan persiapan yang matang agar peristiwa penting itu berjalan lancar dan gak terlupakan.

Setelah kasus pertama pandemik COVID-19 diumumkan di Indonesia pada Maret 2020, warga dunia menghadapi berbagai macam perubahan. Karena itulah, di masa pandemik ini kemampuan beradaptasi jadi taruhan. Hal ini juga berlaku untuk mereka yang sedang mempersiapkan langkahnya menuju kursi pelaminan.

Anjuran protokol kesehatan 5M (Memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas) dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menjadi salah satu alasannya. Perubahan demi perubahan dilakukan untuk membuat situasi pesta pernikahan tetap aman. Dari pengiriman undangan secara online, pengurangan jumlah tamu kondangan, sampai kewajiban memakai masker untuk semua hadirin di perhelatan.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang hal tersebut, kami telah menggelar survei yang dilakukan kepada 257 responden yang tersebar di seluruh Indonesia. Berikut adalah paparan hasil riset mengenai bagaimana pandemik COVID-19 memengaruhi persiapan pernikahan. Simak baik-baik, ya!

1. Hasil survei menunjukkan bahwa kebanyakan responden merasa pernikahan di tengah pandemik lebih sulit untuk dilaksanakan

[INFOGRAFIS] Bagaimana COVID-19 Memengaruhi Persiapan Pernikahan?Infografis pernikahan di tengah pandemik (IDN Times/Aditya Pratama)

Hasil survei yang dikumpulkan pada periode April-Juni 2021 menyatakan bahwa sebanyak 63,4 persen responden sudah melangsungkan pernikahan di tengah pandemik. Waktu pelaksanaan pernikahan itu diselenggarakan pada periode Maret 2020-April 2021. Sedangkan, sejumlah 36,6 persen responden sedang mempersiapkan pernikahannya dan akan menikah di tengah pandemik dalam perkiraan waktu Mei 2021-Desember 2022.

Survei tersebut didominasi dengan responden perempuan sejumlah 61,9 persen. Sisanya, sebanyak 38,1 persen merupakan responden laki-laki. Selain itu, mayoritas responden berdomisili pada kawasan DKI Jakarta (24,1 persen), Jawa Barat (19,8 persen), dan Jawa Timur (16,3 persen).

Sebanyak 63,8 persen responden menyatakan bahwa pernikahan di masa pandemik lebih sulit untuk dilakukan. Sebaliknya, 36,2 persen responden mengungkapkan bahwa pandemik membuat persiapan pernikahan jadi lebih mudah untuk dilaksanakan.

2. Beberapa faktor yang menyebabkan persiapan pernikahan di tengah pandemik lebih rumit, salah satunya adalah cara penyajian makanan di pesta

[INFOGRAFIS] Bagaimana COVID-19 Memengaruhi Persiapan Pernikahan?Infografis pernikahan di tengah pandemik (IDN Times/Aditya Pratama)

Salah satu pelajaran berharga dari masa pandemik yang telah berlangsung selama lebih setahun ini adalah bahwa kemampuan beradaptasi kita yang begitu diuji. Tantangan ini dirasakan oleh setiap orang. Gak melihat jabatan, kalangan usia, atau pun latar belakang.

Hal yang sama juga dituturkan oleh Hanum Putri (29), Founder Haiki Paper, sebuah bisnis vendor undangan pernikahan yang berlokasi di Yogyakarta.

“Di 2020 aku resign dan memutuskan fokus di bisnis. And, boom, pandemik datang dan semua lini ekonomi mati. Even bisnis wedding juga mati total,” ujarnya sambil terkekeh.

Pada akhir tahun 2020, Hanum merasa bisnisnya kembali bangkit seiring dengan naiknya angka penyelenggaraan pernikahan di masyarakat.

Lebih lanjut, ia menuturkan, “Baru di akhir tahun 2020 udah mulai ada hilal orang-orang berani nikah. And, business must go on. Dilematis sih pengen orang buru-buru menggelar pesta nikah, tapi pengen mereka jaga diri juga karena masih pandemik”.

Dari sudut pandang pengantin, situasi pandemik menjadi salah satu hal yang membuat proses persiapan pernikahan menjadi lebih rumit. Ini karena ada protokol kesehatan yang harus dilakukan. Seperti yang disampaikan Kenanda Ardhenariswari Subagya (24), seorang pegawai swasta asal Tangerang yang membagikan ceritanya dengan IDN Times. Ia mengatakan, salah satu hal yang menjadi perdebatan keluarganya adalah cara penyajian makanan yang berubah.

Perempuan berkacamata ini melangsungkan pernikahannya di suatu kafe kebun yang berlokasi di Tangerang. Saat itu, pihak vendornya memberi tahu tentang kemungkinan perubahan cara penyajian makanan.

Pemerintah Kota Tangerang sempat membuat aturan yang melarang penyajian makanan secara prasmanan di pesta pernikahan. Hal ini tertulis pada Peraturan Wali Kota Tangerang Nomor 58 Tahun 2020 tentang Perubahan Kelima atas Peraturan Wali Kota Nomor 17 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Kota Tangerang. Tepatnya, ini diatur pada pasal 17 ayat (3) huruf g, yang tertulis sebagai berikut:

"Tidak menyiapkan makan di tempat/prasmanan, makanan diganti dengan nasi box dan tidak diperbolehkan makan di tempat (langsung dibawa pulang)."

 

“Tetapi, karena waktu itu kasus COVID-19 sempat melandai, dari pihak vendor pun mengubah kembali aturan penyajian makanannya. Untuk menjaga sanitasi dan kebersihan di food stall, tamu undangan dilayani oleh satu orang saja,” tutur Kenanda.

Keluhan Kenanda tentang perubahan cara penyajian makanan di pesta ternyata juga menjadi salah satu kepedulian utama para responden. Sebanyak 56,9 persen setuju bahwa itu menjadi salah satu kesulitan yang mereka rasakan saat mempersiapkan pernikahan.

3. Ketidakpastian situasi saat pandemik hingga pembatasan jumlah kapasitas tamu undangan juga jadi kendala yang dihadapi calon pengantin

[INFOGRAFIS] Bagaimana COVID-19 Memengaruhi Persiapan Pernikahan?Dok. Istimewa (instagram.com/kenandaas)

Faktor kebersihan menjadi prioritas dari Ajeng Mega (33) seorang makeup artist domisili Solo.

“Dulu sebelum pandemik, untuk alat makeup atau brush, biasanya dibersihkan setiap pemakaian 2-4 orang klien. Sekarang, setiap 1 orang klien memakai alat dan brush makeup, selalu langsung dibersihkan. Kemudian, steril menggunakan sterilizer dan ada beberapa item makeup yang langsung dibuang. Contohnya, aplikator atau kuas lipstik, kuas eyeliner juga kuas maskara,” ujarnya.

Perempuan yang melakoni bisnis MUA sejak tahun 2018 ini, juga melakukan beberapa upaya lainnya untuk mematuhi protokol kesehatan (prokes). Seperti selalu menggunakan masker dan menyediakan hand sanitizer, alcohol swab, serta disinfektan.

Selain itu, tiga poin kesulitan lainnya juga berhubungan dengan anjuran jaga jarak dan larangan untuk berkerumun di satu titik. Sejumlah 73,1 persen responden menyatakan pembatasan kapasitas tamu undangan menjadi masalah utama. Berhubungan dengan itu, hasil survei juga mengungkapkan bahwa sebanyak 67,7 persen responden merasa keberatan dan dilema karena tetap harus mendatangkan keluarga besar.

Situasi pandemik COVID-19 membuat kita terbiasa dengan slogan jaga jarak yang digaungkan oleh pemerintah sejak awal pemberitaan kasus pertama di Maret 2020. Hal ini membuat peraturan pemerintah daerah juga punya andil dalam kelancaran proses acara pernikahan. Dari survei, sebesar 62,9 persen responden menyatakan bahwa jam pernikahan yang terbatas karena peraturan dari pemerintah juga menjadi kesulitan tersendiri.

Risiko kesehatan juga menjadi pertimbangan lainnya. Sejumlah 58,7 persen responden menyatakan bahwa kewajiban untuk memastikan kesehatan tamu undangan juga menjadi tanggung jawab tambahan. Sebagai proses pencarian solusi, sebanyak 49,7 persen setuju bahwa pencarian wedding venue yang bisa meminimalisir penularan virus COVID-19 menjadi problem lainnya. Selanjutnya, sebesar 47,9 persen responden mengungkapkan bahwa kelengkapan alat sanitasi dan kebersihan menjadi kekhawatiran lain yang mereka pertimbangkan.

Nadia Iliani (24) merupakan salah satu orang yang melangsungkan pesta pernikahan di tengah pandemik COVID-19. Perempuan yang bekerja sebagai bidan ini, juga sempat merasakan tantangan dalam proses persiapan pernikahannya. Terutama, ketika ia mempertimbangkan faktor keamanan dan kesehatan semua pihak yang terlibat.

Lebih lanjutnya ia menuturkan, “Persiapan nikah di masa pandemik ini gak mudah pastinya. Banyak hal yang gak sesuai dengan dream wedding saya, tapi terlepas dari itu saya mengutamakan kesehatan serta keselamatan keluarga, tamu, pasangan saya, dan diri saya tentunya.”

Pengalaman lain dibagikan oleh Hikma Dirgantara (25).

Reporter bisnis asal Bandung ini mengatakan, “Dampak buruk mungkin jadi banyak was-was aja sih soal persiapannya. Apakah nanti di hari-H bisa dieksekusi? Terus, apakah kelak di hari pernikahan, kasus pandemik sudah mereda atau situasinya justru jadi lebih kacau?”

Hikma termasuk ke dalam 33,5 persen responden yang merasa bahwa ketidakpastian situasi pandemik bisa berdampak buruk terhadap rundown acara yang telah disusun.

Pendapat lain diutarakan oleh Riezky Maulana (24), seorang jurnalis media online yang akan menggelar pernikahannya di bulan Juli 2021. Riezky membagikan keluh kesahnya bersama IDN Times. Ia menyebut salah satu masalah yang harus dipecahkan pada persiapan pernikahannya adalah mencari vendor wedding yang cocok dengan kebutuhannya dan pasangan.

“Contoh lain, ya, nyari WO (wedding organizer) yang konsepnya memang sesuai dengan situasi pandemik yang lagi berlangsung. Karena beberapa WO itu kebijakan soal penerapan prokes justru harus dilengkapi oleh CPP (Calon Pengantin Pria) dan CPW (Calon Pengantin Wanita)-nya sendiri,” ungkapnya.

Riezky bukan satu-satunya calon pengantin yang mengkhawatirkan hal tersebut. Sebab, berdasarkan hasil data survei, ditemukan bahwa sebanyak 28,7 persen responden juga kesulitan menemukan vendor yang punya konsep acara yang selaras dengan prokes yang harus dipatuhi di masa pandemik COVID-19.

Ada pun kesulitan lainnya yang dialami para calon pengantin yang sedang mempersiapkan pernikahan atau telah menggelar pesta di kala pandemik adalah pengurusan berkas pernikahan yang lebih kompleks (32,3 persen) dan kewajiban untuk menyediakan tes swab untuk memastikan kesehatan tamu undangan (18,6 persen). Lalu, ada juga pertimbangan untuk mengubah cara pemberian uang amplop guna mengurangi kontak fisik (12,6 persen) dan kesulitan-kesulitan lainnya sebesar 15 persen.

4. Meski sejumlah tantangan harus dilalui, ada juga lho beberapa hal yang membuat proses persiapan pernikahan jadi lebih mudah saat pandemik

[INFOGRAFIS] Bagaimana COVID-19 Memengaruhi Persiapan Pernikahan?Dok. Istimewa (instagram.com/kenandaas)

Pada masa pandemik COVID-19 yang erat dengan ketidakpastian, satu-satunya yang pasti adalah keistimewaan makna pernikahan itu sendiri. Hari pernikahan tetap punya arti yang penting untuk kedua pasangan. Malahan, ada banyak, lho, keuntungan yang dirasakan para calon pengantin saat mempersiapkan prosesi pernikahannya di tengah pandemik!

Menduduki posisi pertama, sebesar 84,4 persen responden setuju bahwa situasi pandemik membuat konsep acara menjadi lebih sederhana. Hal ini juga secara gak langsung membantu kedua mempelai agar bisa berhemat. Sebab, pengeluaran menjadi jauh lebih terjangkau, seperti yang diungkapkan oleh 82,2 persen responden.

Keuntungan dari sisi ekonomis ini juga dirasakan oleh keempat orang narasumber. Baik Kenanda, Hikma, Nadia, atau pun Riezky yang mengaku bahwa secara finansial, mempersiapkan pernikahan di tengah pandemik punya sejumlah keuntungannya tersendiri.

“Gue total 300 pax kemarin dan alhamdulillah orang-orang sekitar udah paham bahwa situasi menikah di kala pandemik itu gak memungkinkan untuk mengundang semua orang,” ujar Kenanda.

Dari sudut pandang Riezky, hal ini juga membantu kelangsungan acara berjalan lebih praktis.

Ia memaparkan, “Dari segi waktu juga, sih. Dengan adanya pandemik ini, pesta berjalan lebih efektif dan efisien. Sisa waktu bisa dipakai buat istirahat, keuntungan ini juga dirasakan dalam momen persiapan pernikahan, ya.”

Hal ini sejalan dengan hasil jajak pendapat. Sebanyak 76,7 persen responden sepakat bahwa manfaat lain yang bisa dirasakan adalah mereka gak harus mengundang banyak tamu pada acara pesta.

Aturan tentang durasi acara pernikahan yang relatif lebih singkat juga disetujui oleh 70 persen responden. Selain itu, seperti yang disampaikan oleh Riezky sebagai calon pengantin yang sedang mempersiapkan pernikahan, sebanyak 47,8 persen responden setuju bahwa hal ini bisa menghemat tenaga keluarga dan calon pengantin.

Pernikahan di tengah pandemik juga membawa tren baru di dunia wedding, yaitu konsep virtual wedding atau micro wedding yang mulai dilirik banyak pengantin. Perkembangan teknologi juga turut memperlancar pengaplikasian konsep tersebut.

A blessing in disguise, sebanyak 37,8 persen responden pun sepakat bahwa keuntungan lainnya yang bisa mereka terima adalah alur persiapan pernikahan yang bisa dilakukan secara online. Terakhir, sisa responden yang berjumlah 7,8 persen mengatakan bahwa ada keuntungan lain di luar poin yang telah disebutkan di atas.

5. Dari survei ditemukan fakta bahwa 56,42 persen responden menganggap kondisi pandemik membuat biaya pernikahan lebih terjangkau

[INFOGRAFIS] Bagaimana COVID-19 Memengaruhi Persiapan Pernikahan?Infografis pernikahan di tengah pandemik (IDN Times/Aditya Pratama)

“Sangat memengaruhi pengeluaran, rasanya menjadi low budget karena dari daftar undangan pun dibatasi dan waktu dibatasi. Hal ini membuat pengeluaran itu cuma seperlunya, jadi sesuai yang dibutuhkan saja,” ungkap Nadia.

Pengalaman Nadia sesuai dengan hasil akhir data survei. Bahwa sebanyak 56,42 persen responden menganggap situasi pandemik COVID-19 membuat biaya pernikahan menjadi lebih terjangkau. Sedangkan, sebesar 28,4 persen berpendapat bahwa aliran dana gak jauh berbeda. Malahan, sisa responden yang berjumlah 15,18 persen merasakan bahwa biaya pernikahan justru menjadi lebih mahal.

Rincian aliran biaya persiapan pernikahan yang berlangsung di masa pandemik menjadi salah satu bagian dari survei yang dilangsungkan oleh IDN Times selama 3 bulan terakhir. Berdasarkan perolehan data survei, sebanyak 31,91 persen responden setuju bahwa mayoritas aliran pendanaan mereka keluarkan untuk mengurus katering.

Pengalaman yang serupa terjadi pada Kenanda dan pasangannya. Sejoli yang telah menjalin hubungan pacaran selama lebih dari lima tahun ini setuju bahwa pengeluaran terbesar dalam penyelenggaraan pestanya adalah penyediaan makanan.

dm-player

“Emang pengeluaran terbesar ada di katering. Kalau dekorasi dan lain-lain gak terlalu karena udah in-charge di biaya paket pernikahan,” tuturnya.

Berbeda dari kasus Kenanda, sejumlah 17,90 persen responden menyampaikan bahwa pengeluaran dana calon pengantin juga banyak habis pada pembiayaan sewa tempat dan dekorasi. Selain itu, keperluan lain seperti anggaran undangan dan bingkisan juga menjadi pertimbangan khusus dari 9,34 persen responden.

Untuk menunjang penampilan agar tetap prima di hari-H, sewa busana keluarga dan bridesmaid menjadi concern dari 3,5 persen responden. Serupa dengan pengeluaran dana tersebut, biaya untuk sewa busana pengantin dan MUA menjadi prioritas 3,11 persen responden.

Sisa responden survei yang berjumlah 1,56 persen mengutamakan pembiayaan sewa videografer dan fotografer untuk kepentingan dokumentasi acara. Dan, sisanya sebanyak 5,84 responden mengutarakan ada pengeluaran lain yang di luar poin yang telah disebutkan di atas.

“Untuk calon pengantin, mungkin juga persiapkan biaya tambahan alat-alat kesehatan, ya. Seperti masker, hand sanitizer, atau tempat cuci tangan untuk mereka yang menggelar acara di rumah,” kisah Ajeng.

Dari sudut pandang Hanum sebagai pebisnis di bidang vendor undangan, ia menyarankan untuk para mempelai mempersiapkan dana khusus untuk proteksi kesehatan mereka dan para tamu yang datang ke pesta.

“Persiapkan dana untuk swab, rapid, atau antigen. Jadi, penting untuk mereka punya budget terpisah untuk berjaga-jaga,” katanya.

Carlita (32) selaku founder Carlita Wedding Planner & Organizer yang berdomisili di Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan, memiliki sudut pandang lainnya.

Ia mengatakan, “Pada dasarnya, untuk aliran dana untuk mempersiapkan pernikahan gak terlalu banyak berbeda dibanding sebelum pandemik. Walaupun jumlah tamu yang diundang lebih sedikit, namun alokasi biaya justru gak berkurang signifikan.”

Faktor-faktor yang mendasari hal tersebut adalah perubahan konsep penyajian makanan menjadi sitting lunch atau sitting dinner.

“Antrian untuk buffet dan food stalls sudah gak diizinkan, sehingga berpengaruh ke perhitungan biaya tamu per-orang, mengantisipasi miskalkulasi, dibutuhkan juga jasa vendor RSVP profesional untuk mengkonfirmasi kehadiran setiap tamu undangan,” tambahnya.

Baca Juga: [INFOGRAFIS] Apakah Laki-laki & Perempuan Bisa Hanya Sebatas Sahabat?

6. Sama-sama sakral, ini perbandingan menikah dalam kondisi normal versus di tengah situasi pandemik

[INFOGRAFIS] Bagaimana COVID-19 Memengaruhi Persiapan Pernikahan?Dok. Istimewa (instagram.com/nadiailiani)

Selama mengurus usaha bisnis wedding planner, Carlita sudah bertemu dengan banyak calon mempelai dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Masing-masing dari mereka tentunya membawa kisah yang menarik dan berharga.

Saat ditanya apa saja hal-hal yang ia temukan berbeda dari pernikahan di kondisi normal dan di tengah pandemik, ia menjawab dengan lugas bahwa perbedaannya sangat terasa. Hal ini berhubungan juga dengan budget yang harus dikeluarkan kedua pasang pengantin dan persiapan dari vendor yang dikelolanya.

“Selain budget yang bertambah untuk alokasi kebutuhan swab antigen atau PCR untuk semua pihak yang terlibat di acara, kami pun harus menyiapkan 2-3 rencana cadangan untuk berjaga-jaga apabila ada perubahan kebijakan dari pemerintah setempat,” ungkapnya.

Untuk menjaga semua orang yang berpartisipasi dalam persiapan tetap aman, pihak vendor juga menyelenggarakan sebagian besar rapat melalui daring. Selain meminimalisir pertemuan tatap muka, WO ini juga melakukan pembatasan peserta yang dapat hadir di acara technical meeting.

Menurut Hanum, kelancaran acara gak sepenuhnya dipengaruhi oleh situasi pandemik. “Mungkin lebih ke limit batas kerumunan. Jadi, acara lebih intimate dan lebih mudah diatur karena masyarakat pun sekarang sudah paham dengan standar prokes jika bepergian,” ujarnya.

Saat mengurus order undangan yang datang, ia juga menemukan beberapa permintaan khusus dari para calon mempelai. Salah satunya adalah penekanan tentang prokes yang akan mereka jalani di hari-H.

“Ada beberapa request. Mulai dari undangannya dibuat 4 kloter dengan jam yang berbeda. Terus, ada juga yang kasih disclaimer tentang pembatasan jumlah tamu undangan maksimal 2 orang dan gak sedikit yang bikin undangan cetak hanya untuk pemberitahuan dan share link streaming acara nikahnya,” tambahnya lagi.

Untuk membantu memastikan penyelenggara acara dan tamu tetap disiplin dengan prokes, Hanum juga mencantumkan aturan prokes tersebut melalui SOP Haikipaper di semua undangan yang dibuatnya.

Carlita juga menemukan beberapa permintaan khusus terkait prokes dari para klien. Ia bilang, “Contohnya adalah penerapan swab antigen H-1 untuk vendor yang akan kontak langsung dengan pengantin dan keluarga. Seluruh tamu dan vendor yang bertugas wajib memakai masker medis.”

Selain itu, para MUA dan vendor yang bertugas di hari pernikahan juga dilarang untuk melepas maskernya saat berada di satu ruangan dengan pihak keluarga atau pengantin.

7. Ini kiat-kiat penting yang harus diperhatikan orang-orang yang sedang mempersiapkan pernikahan di kala pandemik

[INFOGRAFIS] Bagaimana COVID-19 Memengaruhi Persiapan Pernikahan?Infografis pernikahan di tengah pandemik (IDN Times/Aditya Pratama)

Perolehan data survei mengungkapkan bahwa selama pandemik COVID-19, sebanyak 62,65 persen pasangan yang melangsungkan acara pernikahan masih mengundang lebih dari 100 orang. Hanya 37,35 persen responden yang mengundang kurang dari 100 orang tamu.

Lokasi acara pernikahan pun cukup beragam. Dari hasil survei ditemukan fakta bahwa 42,80 persen pasangan melangsungkan acara pernikahan di hotel atau gedung pertemuan. Selain itu, sebanyak 34,63 persen memilih untuk menggelar pesta di rumah.

Sedangkan, sebesar 11,67 persen mengadakan acara pernikahan di tempat terbuka seperti kebun atau lapangan. 4,67 persen melangsungkan pernikahan di rumah ibadah. Sisanya, sebesar 6,23 persen memilih untuk melaksanakan perhelatan di tempat lainnya.

Untuk memastikan suasana pesta berjalan aman, Hikma dan pasangannya yang telah berpacaran selama 12 tahun, memutuskan untuk menggelar pesta pernikahan mereka secara outdoor.

“Jelas protokol kesehatan paling utama. Semua harus pakai masker setiap saat dan jaga jarak. Dan, tempatnya juga outdoor jadi gak menggunakan area ber-AC, untuk mencegah sirkulasi virus,” tuturnya.

Perayaan wedding yang akan digelar pada akhir tahun ini juga melakukan beberapa perubahan pada konsep acara. Mulai dari peniadaan prasmanan, penerimaan tamu secara digital, dan menghindari acara salam-salaman di pelaminan.

Riezky punya kiat sendiri untuk menggelar pesta pernikahan di tengah pandemik. Ia dan partnernya sepakat untuk mengadakan dua sesi acara pernikahan. Hal itu dilakukannya untuk memastikan pembatasan tamu undangan dan pelaksanaan prokes jaga jarak pada acara.

“Beberapa tamu undangan, khususnya yang jauh harus bawa keterangan swab antigen. Buat gue, pasangan, dan keluarga inti akan meminimalisir intensitas keluar rumah menjelang hari-H,” tambahnya menjelaskan rencana pernikahan yang akan dilangsungkan pada Agustus nanti.

Nadia dan pasangan menggelar pesta pernikahan mereka di kediamannya sendiri. Sebelum acara berlangsung, mereka mempersiapkan berkas perizinan dari pemerintah setempat (RT, RW, Kelurahan) yang berhubungan dengan kepastian penyelenggaraan prokes di pestanya.

“Surat itu berisi pernyataan bahwa acara ini sudah sesuai protokol kesehatan. Tamu dengan jumlah tertentu, menyediakan hand sanitizer dan masker, dan pengecekan suhu. Lalu, penyajian makanan dengan metode one hand, jaga jarak, salam namaste, dan larangan untuk berada di area pelaminan lebih dari lima menit,” pungkasnya.

Selain itu, untuk memastikan kondisi kesehatannya tetap kuat, perempuan asal Depok ini juga melakukan suntik vitamin C dan vaksin influenza. Berdasarkan pengalamannya mengurus acara wedding, Carlita punya berbagai persiapan khusus di hari-H untuk mematuhi prokes. Salah satunya adalah dengan menyiapkan masker medis cadangan untuk berjaga-jaga ada tamu yang datang tanpa masker atau harus mengganti maskernya.

Mereka juga menyediakan hand sanitizer dan disinfektan untuk memastikan kebersihan lingkungan. “Kita juga memfasilitasi swab antigen untuk keluarga, vendor yang bertugas dan juga tamu yang hadir minimal H-1 acara atau disiapkan on location di hari-H,” ujarnya lagi.

Menurutnya, penerapan prokes sangat memengaruhi kelancaran acara wedding di masa pandemik. Sebab, faktor keamanan dari penerapan prokes masih menjadi pertimbangan banyak tamu yang akan datang.

Selain itu ia juga menyampaikan, “Kita juga memastikan acara yang diadakan sesuai peraturan pemerintah yang berlaku agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti pembubaran acara oleh polisi dan Satpol PP. Atau, terbentuknya klaster baru setelah acara”.

8. Hasil survei mengungkapkan 52,7 persen responden menyatakan bahwa pernikahan konvensional masih lebih baik, bahkan di tengah pandemik

[INFOGRAFIS] Bagaimana COVID-19 Memengaruhi Persiapan Pernikahan?Infografis pernikahan di tengah pandemik (IDN Times/Aditya Pratama)

Selama setahun lebih mengarungi kehidupan di tengah pandemik, kamu mungkin sadar bahwa teknologi punya peranan penting untuk membantu kita bisa beraktivitas dengan lebih lancar. Hal ini juga menjadi perhatian para calon pasangan suami-istri yang ingin melangsungkan pernikahannya.

Karena itulah, muncul arus tren baru bernama micro wedding atau virtual wedding. Kedua konsep pernikahan tersebut diharapkan bisa menjadi solusi di tengah pandemik. Namun, hasil survei mengungkapkan bahwa hanya 35,5 persen responden yang tertarik mengadakan pernikahan dengan konsep tersebut. Ditilik dari hasil riset, 64,5 persen responden kurang merasa tertarik untuk mengaplikasikannya pada acara wedding-nya sendiri.

Selain itu, hasil perolehan data survei juga menemukan data bahwa kebanyakan responden merasa micro wedding atau virtual wedding masih gak lebih baik dari konsep pernikahan konvensional. Tepatnya ada 52,7 persen yang mengungkapkan opini itu.

Sebaliknya, ada 44,5 persen responden yang setuju dengan konsep tersebut. Sebanyak 2 persen responden merasa kedua konsep itu lumayan baik. Dan, sisanya sejumlah 0,8 persen gak setuju.

Menurut Hanum, tren pernikahan mungkin akan mengalami sedikit perubahan di tahun depan. “Tren wedding tahun depan sudah lebih melek digital. Dari virtual streaming sampai ke digital angpau yang disematkan di undangan. Tapi, menurutku, pesta konvensional atau intimate wedding itu bukan suatu tren, lebih ke budaya sih. Dan, tahun depan masih akan banyak pesta konvensional dengan banyak tamu, cuma ada sistem kloter aja,” ujarnya sambil tersenyum.

Riezky merasa netral dengan perbedaan konsep wedding ini.

Pria asal Bekasi ini mengatakan, “Gak ada  yang lebih baik sih menurut gue. Karena kalau gak pandemik, tamu jadi lebih banyak dan biaya jadi lebih bengkak. Yang jelas itu gak banget, deh. Karena gue pengen yang dateng tuh orang yang memberikan doa dan kenal gue secara langsung.”

Opini yang serupa dituturkan oleh Nadia. Setelah melewati segala tantangan menikah di tengah pandemik, baginya yang terpenting adalah esensi dari menikah itu sendiri.

“Pernikahan itu adalah ibadah yang suci dan mulia. Untuk itu, menikah gak boleh dilakukan secara sembarangan. Khususnya di masa pandemik ini karena ini merupakan bentuk ibadah terpanjang dan selayaknya dapat dijaga hingga maut memisahkan.”

Waktu berlalu begitu cepat bagi pasangan muda Kenanda dan Dhafa. Beberapa minggu lalu, keduanya baru saja duduk manis di pelaminan dalam balutan pakaian tradisional adat Jawa.

“Kalau gue pribadi, masih sreg dengan konsep wedding konvensional. Bukan karena mau mengundang orang banyak. Cuma demi kenangan baik buat kami aja sih, karena emang pengennya pakai konsep adat,” ujarnya.

Seraya tersenyum dan mengenang momen hangat tersebut, Kenanda menutup sesi wawancara.

“Menikah buat gue adalah cara gimana kita bisa beribadah seumur hidup. Terus, bisa jadi playground lain untuk gue bisa belajar jadi orang yang gak egois. Karena gue punya orang lain nih yang suaranya juga gak kalah penting.”

 

"This is a battle we've won. And with this vow, forever has now begun.”

*NSYNC - This I Promise You

 

(Muhammad Tarmizi Murdianto l Tyas Hanina l Febriyanti Revitasari l Pinka Wima)

Baca Juga: [INFOGRAFIS] WFO atau WFH, Mana yang Lebih Efektif di Masa Pandemik?

Topik:

  • Pinka Wima
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya