Hujan, Aku Sungguh Merindukan Ibu

#14HariBercerita Kumohon antarkan rinduku lewat butir airmu, karena aku merindukan ibu lagi

Aku menyukai hujan bersama nyanyian gemericiknya. Aku bahagia ketika tubuhku dibasuh dan wajahku disapu olehnya. Berdiri dipinggir jalanan ramai dengan ribuan tetes air yang menghujam payungku menjadi suasana yang menenangkan. Sungguh aku merindukan masa-masa itu, sangat merindukannya.

Aku sungguh merindukannya. Ketika bumi ditumpahi berember-ember air dari langit gelap, sepasang kaki kecil tanpa alas berjingkrak saling mengejar dengan beberapa pasang kaki kecil milik yang lainnya. Tentu saja sang kaki-kaki kecil tahu kemana ia akan membopong tubuh mungil itu, mereka selalu punya tempat favorit ketika awan mulai menangisi daratan. Lapangan berbentuk lembah yang lebih menyerupai lautan susu coklat sudah menanti untuk dihampiri tubuh-tubuh mungil itu.

Aku sungguh merindukannya. Ketika belum lama tubuh mungil tercelup di lautan susu coklat, di ujung jalan sudah ada gadis menyebalkan dengan payung dan tangan yang sudah siap dengan pemukulnya. Tubuh mungil itu akan berusaha melarikan diri bersama dengan kaki kecilnya yang bahkan lebih cepat dibandingkan langkah kaki si gadis menyebalkan. Larian kaki kecilnya mengantarkan dengan cepat ke depan pintu rumah dan disambut oleh wanita paruh baya bersama wajah cemasnya.

Aku sungguh merindukannya. Ketika wajah cemas itu akan berubah menjadi wajah ceria ditambah pelukan hangat untuk putri kecilnya yang nakal. Tak ada yang bisa menandingi hangatnya pelukan wanita paruh baya itu. Walaupun berada diruangan tertutup dengan segelas kopi panas di telapak tangan ataupun berada dekat perapian dengan sepotong jagung bakar di antara jari-jemari, tetap tak akan menandingi nyamannya berada dalam dekapan wanita paruh baya itu. Sungguh, karena setiap pelukan dan dekapannya selalu dibumbui dengan cinta. Gadis menyebalkan dengan payung dan tangan yg sudah siap dengan pemukulnya itu kakakku, putri nakal dengan sepasang kaki kecilnya itu aku dan wanita paruh baya dengan wajah cemasnya itu ibuku.

dm-player

Dan disini aku sekarang, kembali disiram air yang sama tapi dengan tempat dan perasaan yang berbeda.

Aku sungguh merindukannya. Wajah sendu yang berlumur cinta. Dia tak lagi wanita paruh baya. Aku pun tak lagi tubuh mungil dengan sepasang kaki kecil. Aku harus pergi ke kota yang lebih menjanjikan, meninggalkan dia bersama dengan kulitnya yang berlipat dan kepalanya yang berhiaskan mahkota putihnya yang lurus. Aku harus bertahan, meski aku tak lagi bisa merasakan belaian tangannya yang lembut. Aku harus bersabar, meski terpisah jarak dengan berharap pada jaringan dan operator. Aku harus kuat, meski aku sedang merindukannya.

Aku sungguh merindukannya, ibuku.

 

Vera Simarmata Photo Writer Vera Simarmata

Pemimpi!!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya