Survei Terkini Sebut 26-30 Tahun Jadi Usia Menikah Ideal Gen Z

Hasil survei ini terangkum di Indonesia Gen Z Report 2022

Jakarta, IDN Times - Jelang gelaran Indonesia Millennial & Gen-Z Summit (IMGS) by IDN Media pada 29-30 September 2022 di Tribrata Jakarta, IDN Research Institute dan Populix bekerja sama dalam survei berjudul Indonesia Gen Z Report 2022. Survei ini dilatarbelakangi oleh kelangkaan penelitian di ranah Gen Z, yang mana menimbulkan mitos dan stereotipe akan generasi itu.

Survei ini bertujuan untuk menggali pemahaman mendalam tentang Gen Z di Indonesia. Tujuan lainnya adalah untuk mengeksplorasi keputusan dan alasan mereka di balik gaya hidup dan perilaku sehari-harinya.

Survei digelar pada 27 Januari-7 Maret 2022, melibatkan 1.000 responden di 12 kota dan daerah aglomerasi di Indonesia, dengan metode survei multistage random sampling. Lewat survei dengan margin of error kurang dari 5 persen ini, IDN Times ingin menyajikan potret lengkap mengenai Gen Z Indonesia secara holistik dari semua sisi, sehingga bisa membantu memahami dan membentuk mereka lebih baik sebagai calon pemimpin bangsa.

Salah satu yang digali dalam survei ini adalah pernikahan. Seperti apa hasilnya? Simak pemaparannya berikut ini.

1. Membangun keluarga bukanlah prioritas utama Gen Z

Survei Terkini Sebut 26-30 Tahun Jadi Usia Menikah Ideal Gen ZInfografis usia responden dan usia ideal mereka untuk menikah (dok. IDN Research Institute)

Ya, memulai keluarga baru tidak masuk dalam 5 besar prioritas Gen Z. Hanya 71 persen responden saja yang mengatakan bahwa menikah dan membangun keluarga adalah prioritas hidupnya. Sementara itu, memiliki anak menjadi prioritas paling tidak penting di antara keseluruhan data. Angkanya mencapai 64 persen.

Meskipun begitu, beberapa Gen Z mempersepsikan diri mereka sudah ada di usia ideal untuk menikah. Sebanyak 42 persen Gen Z berusia 21-24 tahun mengatakan bahwa umur ideal untuk menikah adalah ketika mereka berusia 21-25 tahun. Sementara itu, 53 persen Gen Z dalam rentang umur yang sama, mengatakan bahwa usia ideal menikah adalah 26-30 tahun.

2. Penyebab membangun keluarga tidak jadi prioritas utama

Survei Terkini Sebut 26-30 Tahun Jadi Usia Menikah Ideal Gen ZIlustrasi mahasiswa (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Data soal membangun keluarga tidak menjadi prioritas utama, dapat dipahami lantaran Gen Z ada di rentang usia yang masih sangat muda. 48 persen responden survei ini berada di usia 15-20 tahun (remaja akhir). Sisanya, ada di usia 21-24 tahun (dewasa muda).

Pada usia-usia tersebut, Gen Z masih di tahap menuntut ilmu dan memulai karier. Hal ini yang membuat hal membangun keluarga jauh dari prioritas hidup mereka.

Di samping itu, masalah ekonomi juga cukup berperan. Gen Z memulai hidupnya di masa-masa penuh ketidakpastian lantaran pandemik COVID-19. Pendidikan dan mata pencaharian yang terganggu menjadi akibatnya.

Dalam skala yang lebih besar, pandemik bahkan berdampak negatif pada perekonomian Indonesia. Terjadi kontraksi ekonomi sebesar 2,07 persen pada tahun 2020 dan pertumbuhan yang relatif lambat sebesar 3,69 persen pada tahun 2021.

3. Ketakutan menjadi generasi sandwich, turut membuat Gen Z enggan membangun keluarga terlebih dahulu

Survei Terkini Sebut 26-30 Tahun Jadi Usia Menikah Ideal Gen ZInfografis ketergantungan orangtua (dok. IDN Research Institute)
dm-player

Menilik minat tentang sandwich generation di IDN Times, terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2020 ke 2021. Peningkatannya mencapai 33,82 persen. Ini mengindikasikan bahwa kesadaran akan fenomena sandwich generation semakin meningkat.

Data yang lebih unik lagi menunjukkan, 45 persen Gen Z setuju bahwa menikah tanpa bukanlah tabu. Bila ditilik secara umum, tingkat kesuburan di Indonesia juga terus menurun dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah bahkan menargetkan untuk menekan kelahiran menjadi 2,1 anak per perempuan pada tahun 2025 untuk menstabilkan pertumbuhan penduduk.

Badan Pusat Statistik sendiri belum menerbitkan laporan khusus tentang prevalensi sandwich generation di Indonesia. Namun, sensus penduduk 2020 menunjukkan adanya penduduk yang menua (aging population). Pada tahun 2045, diproyeksikan 1 dari 5 penduduk Indonesia akan berusia lanjut (minimal 60 tahun). Ini menunjukkan bagaimana Millennials dan Gen Z memiliki beban untuk menjaga orangtuanya.

Dari tahun 2017-2021, rasio ketergantungan lansia terus-menerus meningkat dari 14,02 persen menjadi 16,76 persen. Itu artinya, setiap 100 warga usia produktif (usia 15-59 tahun) harus menjaga setidaknya 17 warga lanjut usia.

Pada tahun 2017, jumlah rumah tangga dengan lansia mencapai 26,35 persen. Sementara pada tahun 2021, jumlahnya meningkat hingga 29,52 persen. Dapat diartikan, 1 dari 4 rumah tangga di Indonesia memiliki setidaknya seorang lansia yang tinggal seatap. Bahkan pada 2021, 34,71 persen lansia tinggal dalam rumah tangga tiga generasi.

Baca Juga: 5 Tips Atasi Kesedihan Karena Perpisahan Setelah Rancang Pernikahan

4. Yang menarik, Gen Z masih bertahan pada peran gender tradisional

Survei Terkini Sebut 26-30 Tahun Jadi Usia Menikah Ideal Gen ZInfografis pandangan Gen Z tentang tanggung jawab suami-istri (dok. IDN Research Institute)

Meski hidup di era yang modern, pandangan tradisional tentang keluarga masih ada dalam masyarakat kita. Terlebih, soal tanggung jawab suami dan istri.

84 persen Gen Z masih memandang laki-laki adalah kepala keluarga dan menjadi pencari nafkah. 69 persen juga menganggap laki-laki sebagai pengambil keputusan terakhir dalam rumah tangga. Di sisi lain, pandangan perempuan punya tanggung jawab merawat anak dan melakukan pekerjaan rumah tangga mencapai 61 persen.

5. Pernikahan tidak dipandang lagi sebagai perayaan yang harus besar-besaran

Survei Terkini Sebut 26-30 Tahun Jadi Usia Menikah Ideal Gen ZInfografis pandangan Gen Z tentang pernikahan (dok. IDN Research Institute)

Dalam survei ini, hanya 30 persen Gen Z yang setuju bahwa pernikahan harus dirayakan secara besar-besaran. 39 persen lebih menyukai pernikahan yang sederhana, namun intim. Sisanya memilih bersikap netral lantaran memahami jika pernikahan di Indonesia juga merupakan urusan keluarga. 

Gen Z yang berasal dari kelas sosial ekonomi rendah, lebih memilih pernikahan yang intim. Sebaliknya, mereka yang berasal dari kelas sosial ekonomi menengah dan tinggi, lebih mengarah ke perayaan besar. Hal ini dapat dipahami sebagai efek pandemik, di mana mereka yang ada di kelas sosial ekonomi rendah akan memilih memotong sejumlah biaya yang dianggap tidak perlu.

Pernikahan yang intim juga erat kaitannya dengan protokol kesehatan semasa pandemik. Adanya larangan berkerumun, membuat Gen Z berpikir ulang dalam membuat pernikahan besar-besaran.

Baca Juga: 11 Inspirasi Kebaya Pernikahan Adat Sunda ala Seleb, Pesona Tiada Tara

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya