Meski Perih Hati Ini, Tak Bisa Kusangkal Bahwa Kamu adalah Luka Terindahku

“Semua luka manis ini dapat kutanggung habis asal kau tak memintaku untuk berpindah.”

Artikel ini merupakan hasil karya peserta kompetisi menulis #CintaDalamKata yang diadakan oleh IDNtimes.com. Kalau kamu ingin artikelmu eksis seperti ini, yuk ikutan kompetisi menulis #CintaDalamKata! Informasi lebih lengkapnya, kamu bisa cek di sini.


 

Hari ini tak sengaja kubuka salah satu media sosial lama untuk sekadar bernostalgia. Baru sebentar bercengkerama dengan beragam memori lama, tiba-tiba namamu hadir di bagian notifikasi. Memori ketika dulu bersamamu pun mau tak mau turut menyeruak masuk dan membuka kembali luka lama yang sebenarnya sedari dulu telah aku tutup.

Dulu, aku masih ingat betapa sering kita berkendara bersama membelah jalanan kota. Tertawa gembira seolah tak peduli betapa ramainya kendaraan di kanan kiri kita. Lelah bercanda tawa dengan aspal jalanan, kita pun merapatkan kendaraan di kawasan penjaja makanan. Duduk berdua menyantap sajian sekaligus menikmati perpisahan antara mentari dan awan di langit barat yang kemerahan.

Meski Perih Hati Ini, Tak Bisa Kusangkal Bahwa Kamu adalah Luka Terindahkuwallpaperup.com

Masih seputar indahnya dulu, kita juga pernah saling menguatkan dalam menentukan suatu pilihan. Aku meyakinkanmu, sementara kamu menghapus keraguanku. Tak lupa juga saat kita pernah saling mengenggam, saling mengisi ruang kosong di antara jari-jemari yang Tuhan telah beri.

Kini, ratusan kilometer jarak yang membentang berhasil mengosongkan, tidak hanya jari jemari ini, tetapi juga hatimu yang dulu aku tempati. Sejuta kesibukan sebagai mahasiswa baru sepertinya berhasil mengikis posisiku dalam hatimu. Sayangnya, hal yang sama tidak terjadi padaku. Perasaan manisku masih tersimpan rapi hanya untukmu. Ya, perasaanku tetap berlanjut terus. Rindu akan dirimu pun seperti enggan mencapai titik pupus.

Meski Perih Hati Ini, Tak Bisa Kusangkal Bahwa Kamu adalah Luka Terindahkufavim.com

Lucu memang. Banyak teman bahkan menanyakan kebodohan diri yang begitu nyaman berlama-lama dalam kubangan luka yang sama. Banyak teman juga mengatakan untuk apa menggantungkan harapan pada orang yang hanya bertujuan meninggalkan kita jatuh sendirian.

dm-player

Namun, “kenyamanan darimu (atau mungkin ilusi kepercayan diri yang tak mengenal malu dariku)” seolah menepis semua gunjingan untuk pergi dan singgah di lain hati. Akhirnya, aku pun memilih bertahan dengan sedikit rasa takut akan risiko patah hati yang mungkin akan semakin tak terelakkan.

Waktu pun berlalu hingga suatu hari tak sengaja kuketikkan namamu di kolom pencarian. Hasilnya? Ternyata ketakutanku menjadi nyata. “Kita” yang dulu adalah aku dan kamu sekarang menjelma menjadi kamu dan dia. Pun posisi sebagai raja dalam papan percaturan hati kita yang sekarang resmi dikudeta dengan masuknya dia sebagai orang ketiga.

Perih, satu kata yang menggambarkan isi hati saat ini. Menara perasaan sudah telanjur tinggi menjulang, tapi ada daya hadirnya seolah menjadi tembok penghalang. Namun, sekali lagi, aku terlalu bodoh untuk tidak berhenti.

Orang normal seharusnya berhenti, bahkan bisa jadi membenci apabila menghadapi kondisiku saat ini. Nyatanya, aku masih terlalu mudah untuk memikiranmu mau dan masih terus ada di situ; di hatiku, terlalu lemah untuk menghadapi fakta kalau cintamu untukku memang sudah tiada.

Meski Perih Hati Ini, Tak Bisa Kusangkal Bahwa Kamu adalah Luka Terindahkulivehdwallpaper.com

Aku juga masih nyaman-nyaman saja memandangi berbagai bukti memori sambil tak sadar air mata telah membanjir di pipi. Entahlah, apa memang seharusnya aku berhenti sebelum hati ini makin tersakiti? Aku sendiri bahkan tak tahu jawaban untuk pertanyaan ini.

Jelasnya, di ujung cerita ini, biarlah aku yang kembali sendiri menikmati luka di tempat yang sama. Semua luka manis ini dapat kutanggung habis asal kau tak memintaku untuk berpindah, karena hanya kamulah luka terindah di mana aku pernah singgah.

 

#CintaDalamKata

Meski Perih Hati Ini, Tak Bisa Kusangkal Bahwa Kamu adalah Luka TerindahkuIDNtimes.com

Topik:

Berita Terkini Lainnya