Kisah Ayesha Felice Dorong Anak Muda Berdaya Saing Internasional

Raih penghargaan prestisius di usia 19 tahun

Pernahkah terbayang akan mendapatkan penghargaan bergengsi di usia yang sangat muda? Sebagai penerima The Diana Awards 2022, Ayesha Felice berhasil membuktikan bahwa generasi muda bisa berkontribusi lewat hal sekecil apa pun itu bagi kebaikan banyak orang.

Sebagai founder Gores Denai, Ayesha percaya bahwa semua orang punya kesempatan yang sama dalam meraih mimpi dan mampu berdaya saing internasional. Hidup di era serba dinamis tentunya turut membuat anak muda dituntut menjadi kreatif, adaptif, dan inovatif terhadap setiap perubahan.

Gak heran bila acapkali kita mendengar berbagai gagasan anak muda terhadap perubahan dunia. Bersama dengan IDN Times, Ayesha turut membagikan pandangan dan perjalanannya dalam membangun Gores Denai, lho. Yuk, simak sampai habis!

1. Gores Denai berangkat dari keresahan pribadinya sebagai anak sekolahan

Kisah Ayesha Felice Dorong Anak Muda Berdaya Saing InternasionalAyesha Felice (dok. Ayesha Felice)

Menjadi remaja dengan mimpi dan keingintahuannya terhadap banyak hal, membuat Ayesha merasa ada banyak keterbatasan kala duduk di bangku SMA. Berangkat dari keresahannya itu, alumni SMAN 1 Depok ini menginisiasi Gores Denai, yakni organisasi non profit yang bergerak membantu generasi muda dalam mendapatkan dan memanfaatkan kesempatan global.

“Sekolah negeri itu, jujur, kita tidak terlalu ditonjolkan bahasa Ingris, terus exposure yang berhubungan dengan dunia internasional itu gak terlalu dapet. Beda sama orang-orang yang sekolahnya berbasis internasional gitu ‘kan,” ungkapnya saat diwawancarai IDN Times pada Rabu (12/4/2023) secara daring.

Bisa dibilang, Ayesha merupakan sosok perempuan yang aktif dan tangguh meraih mimpinya. Sejak awal, ia menyukai apa pun yang berhubungan dengan relasi internasional dan kebijakan publik. Gak heran bila organisasi Gores Denai yang didirikan pun merupakan bagian dari perwujudan mimpinya sebagai policy maker.

Di tahun 2019, ia pernah mengikuti Global Youth Model United Nations (MUN) yang digelar di Malaysia. Gak banyak orang yang mengetahui hal ini atau bahkan aware terhadap informasi itu. Lantas, hal ini membuat Ayesha merasa kesulitan untuk mendapatkan informasi tentang apa pun yang berhubungan dengan pendidikan Luar Negeri.

“Alhamdulilah di sana dapet award, pas balik lagi ke sekolah itu teman-teman dan guru-guruku tidak tahu apa yang aku lakukan. Jadi mereka kurang ada knowledge-nya di bagian yang berhubungan dengan dunia internasional pada saat itu, 4 tahun lalu, tahun 2019. Apalagi kalau kuliah di luar negeri itu aku gak punya kakak kelas yang kuliah di Eropa atau Amerika misalnya. Adanya tuh misalnya Asia Timur atau ya Malaysia, Singapore, yang deket-deket. Padahal aku merasa kita yang anak negeri ini mampu banget untuk bisa bersaing di skala global,” tuturnya.

2. Ada tantangan yang cukup besar dari seorang pelajar negeri menjadi mahasiswa internasional

Kisah Ayesha Felice Dorong Anak Muda Berdaya Saing InternasionalAyesha Felice (dok. Ayesha Felice)

Gak bisa dimungkiri, tentu ada perbedaan yang signifikan di sektor pendidikan nasional maupun internasional. Kini, Ayesha menempuh pendidikan double degree di Belanda. Ia mengambil Public Administration di Erasmus School of Social and Behavioral Sciences, serta Philosophy di Erasmus University of Rotterdam

“Aku merasa gak ada culture shock, cuma memang sebagai anak yang sekolah di negeri, kita itu gak terbiasa riset,” ujarnya.

Kemampuan berpikir kritis rupanya penting untuk terus diasah. Bersekolah di luar negeri mau tidak mau mengharuskannya untuk terbiasa mengasah keterampilannya dalam berpendapat, menyelesaikan masalah, dan berpikir kritis.

Ayesha menambahkan, “Setiap ada tugas (tugas kuliah_red) juga kita harus bisa menjustifikasi. Itu yang aku gak pernah alamin. Beda banget sama temen-temen yang sekolahnya internasional, mereka udah lebih biasa karena kurikulumnya berbeda sehingga starting point-nya juga berbeda”.

3. Apa itu Gores Denai?

Kisah Ayesha Felice Dorong Anak Muda Berdaya Saing InternasionalTim Gores Denai (dok. Ayesha Felice)

“Gores Denai, in short, sebuah organisasi yang diinisiasi oleh anak muda. Tujuannya kita pengen membantu anak-anak di Indonesia supaya mereka dapat kesempatan global, dapat exposure-nya aja supaya bisa memanfaatkan kesempatan global yang ada. Kesempatan global itu apa maksudnya? Maksudnya itu kuliah ke luar negeri atau lomba internasional. Kan banyak ya konferensi atau lomba internasional. Terutama kita fokuskan sama anak-anak yang sekolahnya di negeri,” jelas Ayesha.

Inisiatif ini ia mulai sejak usia 15 tahun. Artinya, waktu itu Ayesha masih mengenyam pendidikan di SMA.

Meskipun belum kuliah, ia justru punya ketertarikan dan yang tinggi di bidang pendidikan. Di usia 19 tahun, ia punya kerinduan agar seluruh anak-anak sekolah punya pemahaman dan kesempatan yang rata untuk membentuk dunia yang lebih cemerlang sedari dini melalui kesempatan global yang ada.

Melalui Gores Denai (Yayasan Generasi Penggerak Global), Ayesha percaya bahwa generasi muda mampu menggoreskan jejak baik bagi Indonesia. Hal ini terimplementasi dari nama Gores Denai sendiri, yakni Gores (menggoreskan) dan Denai (jejak dalam KBBI).

“Gores Denai bertujuan mengecilkan gap antara teman-teman yang sekolahnya di negeri dengan teman-teman yang sekolahnya di Internasional. Dengan cara apa? Misalnya membuat mentorship program tentang kuliah di Luar Negeri yang tidak berbayar. Jadi, kita mendemokratisasi informasi supaya rata agar semua orang bisa memanfaatkan kesempatan global itu tadi,” lanjutnya.

Gores Denai merupakan organisasi non-profit yang memang berkontribusi mengurangi kesenjangan informasi maupun kesempatan antara siswa yang bersekolah di sekolah negeri dan swasta internasional. Ayesha percaya ada ruang dan jalan yang sama bagi semua orang untuk bisa berkarya di ranah global.

Baca Juga: Sepak Terjang Nurni Sulaiman, Taekwondoin Perempuan Sumut Peraih DAN V

dm-player

4. Kini, lebih banyak kesempatan dan informasi yang terbuka untuk bisa mengenyam pendidikan di luar negeri

Kisah Ayesha Felice Dorong Anak Muda Berdaya Saing InternasionalTim Gores Denai (dok. Ayesha Felice)

Ayesha melihat bahwa anak muda sekarang mulai banyak yang aware mengenai global exposure. Terdapat banyak sekali program pemerintah atau inisiasi lain yang membuat persentase keikutsertaan atau ketertarikan masyarakat terhadap pendidikan di luar negeri semakin meningkat. 

“Sekarang udah didukung pemerintah, ada beasiswa, informasi juga di mana-mana ada. Jauh lebih ter-informed Banyak orang yang udah tahu dan berani ambil opportunity,” imbuhnya.

Untuk itu, Ayesha dan tim Gores Denai juga mengeluarkan beberapa program guna memfasilitasi dan mengasah keterampilan anak muda. Ada Gores Denai Mentorship Program (GDMP), Gores Denai Enrichment Program (GDEP), Gores Denai Hands-on Program (GDHOP), Essay Competition, program beasiswa, dan banyak inisiasi lain.

Yang terbaru, Gores Denai bersama dengan Hart Logic meluncurkan Layar Belajar. Inisiatif baru ini merupakan course online yang bisa dikerjakan kapan saja dengan kurikulum dan materi yang mencakup beragam isu.

Namun, tetap ada satu masalah yang Ayesha temukan kala itu. Ternyata, kesenjangan informasi atau awareness yang rendah membuat para pelajar gak terpikir untuk mengenyam pendidikan internasional.

“Banyak yang gak kepikiran untuk kuliah ke luar negeri karena mereka merasa itu bukan pilihan mereka. Ada yang namanya language barier, keterbatasan dalam bahasa. Mungkin ada yang merasa bukan pilihan karena sangat mahal. Padahal sebenarnya dari programnya mas menteri (Nadiem Makarim_red) itu ada program beasiswa untuk S1, bukan S2 saja,” paparnya.

Ayesha menekankan bahwa satu-satunya yang bisa menghambat adalah mindset. Saat ini, peluang itu banyak dan bisa didapatkan asal ada kemauan. Sebabnya, ia ingin mendorong para anak muda untuk bisa mengambil kesempatan sebanyak mungkin guna meningkatkan kapabilitas pribadi guna menorehkan #RekamJejakBaik.

5. Berkat kontribusinya di Gores Denai, Ayesha diganjar penghargaan The Diana Award 2022

Kisah Ayesha Felice Dorong Anak Muda Berdaya Saing InternasionalAyesha Felice, The Diana Award 2022 Recepient (dok. Ayesha Felice)

Salahkah untuk bermimpi tinggi? Jelas, tidak! Hal ini ditunjukkan Ayesha, sang penggemar berat Princess hingga berhasil mendapatkan The Diana Award 2022. Berkat kontribusinya membangun Gores Denai, Ayesa berhasil meraih penghargaan ini dalam kategori aksi kemanusiaan atau sosial.

The Diana Award merupakan penghargaan yang diberikan kepada anak muda berusia 9 sampai 25 tahun atas kontribusi atau aksi sosial mereka. Ada pun penghargaan ini merupakan apresiasi menghormati, mengenang, dan melanjutkan warisan Diana, Princess of Wales. Kepergian Putri Diana nyatanya menjadi tonggak yang menginspirasi anak muda untuk terlibat aktif memberikan perubahan positif bagi lingkungannya.

“I’m also a big fans of Princess Diana. Itu kita gak bisa apply sendiri, harus dinominasikan sama nominator dan gak boleh keluarga. Jadi, someone who knows your professional capacity. Jadi orang-orang yang pernah yang pernah kerja sama dan mereka yang tahu kapasitas kita secara profesional,” terangnya.

Bukan hanya Princess Diana, Ayesha juga menunjukkan kekagumannya terhadap Maudy Ayunda. Menurutnya, Maudy dan Princess Diana memiliki kesamaan yang layak ia teladani.

“Aku merasa dia banyak sekali pekerjaan sosialnya dan sangat dermawan. Sebagai seseorang yang hidup di lingkungan kerajaan yang strict sekali, ada rules yang harus diikuti. Namun, dia masih bisa mengikuti passion untuk membantu lebih banyak orang. Idealisme dan filosofiku ada dari Princess Diana,” tambahnya.

6. Perempuan yang hebat dan berkualitas itu bisa menggunakan privilage untuk membantu lebih banyak orang

Kisah Ayesha Felice Dorong Anak Muda Berdaya Saing InternasionalAyesha Felice, The Diana Award 2022 Recipient (dok. Ayesha Felice)

Di akhir wawancara, Ayesha menyampaikan pesannya terkait perempuan dan kekuatannya. Menurutnya, perempuan yang hebat dan berkualitas adalah mereka yang peka terhadap lingkungannya.

“Ketika punya privilege, kesempatan yang dia punya bisa dimanfaatkan untuk membantu lebih banyak orang. Ada drive untuk membuat perubahan di lingkungan,” ucapnya.

Mindset-nya ini tentu juga dipengaruhi dari bagaimana cara Ayesha bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Sebelumnya, ia sempat mengikuti ajang GADIS Sampul. Di usia yang amat muda, dirinya sudah belajar apa itu leadership dan bagaimana cara yang tepat untuk bisa bekerja sama dengan pemangku kepentingan.

Keikutsertaannya di Model United Nations (MUN) pun turut membentuk pribadinya untuk terus mengeksplorasi banyak hal, terutama yang bisa berdampak bagi lingkungan sekitar. Ayesha yakin bahwa hal kecil bisa memberikan impact yang luar biasa ketika kita mau mengambil langkah untuk maju.

“Justru buat teman-teman, jangan membebankan diri sendiri. Mulailah sesuatu karena memang beneran kamu genuinely ingin memulai itu dan merasa ingin berkontribusi di bidang itu.  Don't be too hard on yourself. Sekalinya kita menjalani dengan ikhlas, suka, maka opportunity akan datang dengan sendirinya. Menurut aku, zaman sekarang itu udah serba mudah, jadi memang the only thing that limits you from achieving greater things adalah pikiranmu sendiri,” tutupnya 

Baca Juga: Kata Shenina Cinnamon tentang Akting, Self Love, dan Dukungan Orangtua

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya