Nicky Clara: Disability Womenpreneur Berawal dari Mimpi dan Mindset 

Dirinya tulus berdayakan sesama penyandang disabilitas

Manusia dilahirkan dengan tujuan hidup, serta kelemahan dan kelebihan masing-masing. Tak bisa dimungkiri, keterbatasan menjadi faktor yang kerap menghambat kita untuk bisa berkarya. Namun, kondisi ini tak berlaku bagi Nicky Clara, seorang Disability Womenpreneur.

Penyandang disabilitas tunadaksa ini memiliki slogan yang kerap ia gaungkan yaitu "Limitation is only mindset". Semua berangkat dari mimpi, mindset, dan filosofi hidup seorang Nicky Clara yang kini aktif berkarya menyediakan wadah pemberdayaan bagi sesama penyandang disabilitas.

Bagaimana perjalanan hidupnya hingga tumbuh menjadi sosok yang berdampak? IDN Times berkesempatan melakukan wawancara khusus pada Jumat (19/11/2021). Dalam obrolan hangat ini, Nicky Clara banyak berbagi filosofi hidup yang menjadi penyulut semangat dan pedoman hidupnya.

1. Sejak usia 1 tahun, Nicky sudah menggunakan prosthetic legs. Namun, ia tak merasa bahwa keterbatasan ini menghambatnya untuk berkarya

Nicky Clara: Disability Womenpreneur Berawal dari Mimpi dan Mindset Nicky Clara, Disability Womenpreneur (Dok. Pribadi/Nicky Clara)

Tidak seperti anak kecil pada umumnya yang bisa bersenda gurau dan berlarian, Nicky harus menelan pil pahit sejak berusia 1 tahun. Nicky terlahir dengan beberapa bagian tubuh yang tidak sempurna. Hal ini membuat dokter mengambil keputusan untuk mengamputasi kaki kirinya.

Sedini itu, perempuan bernama lengkap Nicky Claraentia Pratiwi ini harus menggunakan prosthetic legs (kaki palsu). Sayangnya, Nicky harus menjalani hidup dengan pandangan yang berbeda. Tentunya perundungan dan persepsi negatif bak makanan sehari-hari yang harus ia hadapi. Namun, ia mencoba melihat sisi lain kehidupannya.

Nicky mengatakan, "The first thing is thank God i got privilege. Privilege aku adalah dilahirkan di keluarga yang luar biasa. I was born in a perfect family. I mean the right and the best support system family ever. Akhirnya aku sekolah di sekolah umum dan mengenyam pendidikan seperti biasa."

2. Self accepting bukanlah perkara mudah, butuh proses yang panjang dan menyakitkan

Nicky Clara: Disability Womenpreneur Berawal dari Mimpi dan Mindset Nicky Clara, Disability Womenpreneur (Dok. Pribadi/Nicky Clara)

"Accepting yourself isn't one month or two month, until you can accept yourself. Kondisi ini yang memang kamu harus lewati, chapter baru yang harus kamu lewati sampai akhirnya kamu bisa memahami kondisi yang sudah berbeda," ujar Nicky.

Tumbuh dengan keterbatasan bukan hal yang mudah. Sejak berada di bangku sekolah, Nicky terlatih untuk bisa menghadapi rintangan dan ketakutan. Ia berusaha menelaah setiap fase dalam kehidupannya.

Masa Sekolah Dasar (SD), Nicky dihadapkan kenyatan bahwa ia tidak bisa berdiam diri terus. Menurutnya, pencapaian tertingginya adalah memutuskan keluar rumah dan melakukan kegiatan non-disabilitas. Waktu itu, ia belum bisa meredam emosi ketika ada yang bertanya tentang kondisi kakinya.

Beranjak remaja dan memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), Nicky kembali dihadapkan dengan tantangan baru. Tujuannya adalah mendapatkan teman, dan bagaimana mengutarakan kondisi yang sesungguhnya kepada teman-temannya.

Berbeda lagi dengan SMA, masa-masa ini menuntut Nicky bukan hanya mendapatkan teman, tetapi menunjukkan skill. Di sini, Nicky mulai memberanikan diri untuk speak up dan menunjukkan ke lawan jenis bahwa kondisi disabilitas ini bukan penghalang.

"Aku percaya pada apa yang ku lakukan. Aku percaya dengan perkataan yang penuh kasih. Aku percaya dengan passion-ku," tambahnya.

Rasa minder itu pasti ada, terlebih kita hidup dalam dunia yang penuh dengan pilihan. Namun, Nicky menyadari bahwa ia sedang bergerak menuju sumbu X dan Y. Apa artinya? Ia sedang berusaha mendekatkan diri dengan orang lain untuk bisa diterima, tanpa melupakan keberadaan Tuhan.

3. Berangkat dari mimpi, ia tumbuh menjadi pribadi yang gigih mencapai tujuan hidupnya dan berhasil mendobrak stigma

Nicky Clara: Disability Womenpreneur Berawal dari Mimpi dan Mindset Nicky Clara, Disability Womenpreneur (Dok. Pribadi/Nicky Clara)

Mimpinya begitu sederhana, COO Thisable Enterprise ini ingin sekali muncul di televisi. Role model-nya adalah salah satu staf atau menteri pada periode kepemimpinan Presiden Soeharto, yang juga penyandang disabilitas bisa muncul di televisi dan naik pesawat.

Terkesan mustahil, bukan? Namun nyatanya, mimpi itu berhasil ia wujudkan bahkan dengan dampak yang begitu luar biasa untuk orang lain. Semua tentu tak lepas dari dukungan keluarga.

"Orang tuaku membantu membuat tujuan yang jelas dan bagaimana cara mencapainya. Mereka menyediakan akses dan membuka pengetahuan kalau pengen jadi diplomat itu kayak gini nih. So.. menjadi seorang penyandang disabilitas dengan mengejar mimpinya, so i try my best walaupun pasti ada hambatannya," jelasnya.

Dinamika kehidupan tetap berlanjut. Lagi-lagi, Nicky harus menelan pil pahit ketika sang ayah meninggal. Perkuliahannya di Hubungan International berubah haluan menjadi Psikologi. Bahkan, Nicky rela mengorbankan waktu masa mudanya untuk bekerja demi membiayai kuliahnya.

"Terkadang kamu gak percaya dengan apa yang sedang kamu kerjakan sekarang. Berbeda dari apa yang kamu inginkan. It feels like it’s not yourself. Tapi bukan berarti aku menyuruh melepaskan itu semua dan melakukan hal lain karena gak suka. Aku tetap bersyukur dan menjalani apa yang harus aku jalani, tetapi aku akan mencari hal lain yang ku sukai," papar lulusan Magister of Business Administration Institut Teknologi Bandung ini.

Sebagai penyandang tunadaksa, tak jarang Nicky mendapatkan stigma. Namun, semua stigma atau pandangan negatif orang lain terhadap keterbatasan Nicky terpatahkan dalam perjalanannya menuju India.

Trip to India menyadarkan Nicky bahwa masih banyak orang baik, peduli, gak pandang buluh. Semua pikiran negatif yang ada di pikiran kita itu cuma sebatas mindset saja. Hal ini yang membuat Nicky yakin untuk bergabung dengan Thisable Enterprise, yayasan yang digagas oleh Staf Kepresidenan, Angkie Yudistia.

Baca Juga: Perjalanan Asaelia Aleeza Meretas Stigma Isu Kejiwaan yang Dinilai Aib

dm-player

4. Untuk bisa menjalani hidup lebih bermakna dan mindful, Nicky menggunakan konsep hidup orang Jepang yaitu Ikigai

Nicky Clara: Disability Womenpreneur Berawal dari Mimpi dan Mindset Nicky Clara, Disability Womenpreneur (Dok. Pribadi/Nicky Clara)

Nicky merupakan pribadi yang selalu memandang suatu hal berdasarkan keadaan dan kebutuhan. Ia begitu realistis, tak heran apabila Nicky tergerak untuk mencari apa yang dia inginkan.

"Aku merasa psikologi bukan tempatku. Tanpa disadari komunitas yang ku bangun dengan anak fakultas lain justru menghasilkan pundi-pundi. Aku menjalani hal ku sukai tapi secara realistis gak ada duitnya. Aku harus tetap hidup, ngebantuin orangtua, dan adik kuliah. Caranya gimana? Aku mencoba mencari pekerjaan sampingan," ucapnya. 

Apa yang ia lakukan merupakan bagian dari perjalanan menemukan passion, butuh proses yang tidak singkat. Kamu gak akan pernah mengerti bahwa suatu hal itu passion ketika kamu tidak memvalidasinya berulang kali. 

Familiar dengan konsep hidup Ikigai? Founder Tenoon dan Berdayabareng.com ini melihat hidupnya dari konsep Ikigai yang holistik. Di dalamnya bukan sekadar apa yang kita sukai, tetapi juga hal-hal yang dibutuhkan lingkungan sekitar, hal-hal yang bisa menghasilkan pendapatan, tetapi juga kita ahli di bidang itu. 

"Usia 25 atau 26 mungkin value-ku masih tentang uang. Tapi sekarang value bukan lagi tentang uang, melainkan networking. So i think limitation is only mindset, it's a part of the process. Aku gak pernah bilang bahwa apakah ini akhir atau the result? No. Aku masih menjadi bagian dari proses itu. Aku juga masih kagum dan bersyukur atas segala hal yang sudah Tuhan kasih sekarang," ucapnya.

Untuk mengerjakan pekerjaan yang dia sukai, Nicky harus menerima kenyataan bahwa bidang tersebut tidak dapat memberikan keuntungan secara materi. Oleh karena itu, ia mencari pekerjaan sampingan yang sebenarnya bukan passion-nya untuk memenuhi kebutuhan hidup.

"Aku bilang money will follow berarti ketika kamu menjalani passion dengan serius, maka rezeki itu akan selalu ada. I'm not telling everyone to being naive, but i'm telling everyone to being realistic karena fase semua orang beda-beda," pungkasnya.

5. Passion membawa Nicky meraih mimpi dan melebarkan sayap kebaikan dengan memberikan wadah empowering pada penyandang disabilitas

Nicky Clara: Disability Womenpreneur Berawal dari Mimpi dan Mindset Nicky Clara, Disability Womenpreneur (Dok. Pribadi/Nicky Clara)

"I never said to that person if i can prove anything more than what you called me before. Aku diajarkan oleh keluarga bahwa setiap orang punya kekurangan dan kelebihan. Gimana caranya kita mengubah mindset tidak menunjukkan kekurangan dan lebih menunjukkan kelebihan kita. Aku merasa Tuhan menciptakan kita sempurna pasti ada tujuannya," terang Nicky.

Mimpi seorang anak kecil menjadi diplomat, kini terwujud sebagai Disability Womenpreneur. "My passion is empowering person with disabilities, but there is a lot of pillar that you can touch people," ujarnya.

Banyak sekali rintangan yang dihadapi Nicky Clara kala membangun beberapa bisnis untuk memberdayakan para penyandang disabilitas. Namun, Nicky percaya bahwa setiap hambatan pasti memiliki solusi yang tepat. Untuk mendapatkan solusi itu, Nicky harus melewati trial dan error.

Di tahun 2018, Nicky berkesempatan mengikuti YSEALI (Young South East Asia Leaders Initiative) for Economic Empowerment di USA. Program inilah yang menjadi pintu masuk menuju dunia bisnis dan pemberdayaan. Ia tergerak untuk menjadi entrepreneur yang bisa membantu sesama penyandang disabilitas, sekaligus meningkatkan isu inklusivitas di Indonesia.

Tahun 2017, Nicky bergabung dengan Thisable Enterprise. Kemudian, membuka Tenoon tahun 2018 yang berawal satu penjahit disabilitas, Berdayabareng.com dimulai tahun 2020. Lalu merintis fashion brand yang mengedepankan sustainability, KAMU Wear, di tahun 2021, serta rencana pembukaan biro konsultasi untuk perusahaan dan UMKM.

"Small steps with big dream", afirmasi positif ini yang sering diucapkan Nicky ketika memulai sesuatu, termasuk pemberdayaan ini. Semua dimulai dari nol, sampai akhirnya banyak penyandang disabilitas dan orang lain yang mau bergabung atau bekerja sama. Menurutnya, semua harus dimulai terlebih dahulu karena kamu gak akan pernah tahu sebelum mencoba.

6. Perempuan berkualitas merupakan perempuan yang tahu value diri, tujuan, dan prioritas dalam hidupnya

Nicky Clara: Disability Womenpreneur Berawal dari Mimpi dan Mindset Nicky Clara, Disability Womenpreneur (Dok. Pribadi/Nicky Clara)

Ketika ditanya perihal definisi perempuan yang berkualitas, Nicky menjelaskan bahwa perempuan berkualitas merupakan perempuan yang tahu value dalam dirinya dan mampu memahami diri sendiri.

"Perempuan berkualitas adalah perempuan yang understanding value dia tanpa membandingkan value dia dengan orang lain. Dia tahu apa sih yang pengen dia tuju," ujarnya seraya menutup obrolan hangat ini.

Perempuan kerap kali dilabeli dengan peran ganda, seorang pekerja sekaligus ibu rumah tangga. Masih ada juga pandangan bahwa perempuan harusnya memilih salah satu antara pekerjaan atau keluarga. Nicky menyatakan ketidaksetujuannya, ia berpendapat bahwa perempuan gak harus memilih.

Setiap perempuan pasti punya value masing-masing. Ada yang memprioritaskan keluarga atau memprioritaskan pekerjaan. Sisanya tinggal diseimbangkan sesuai kebutuhan, it's okay, lho!

Sebagai perempuan yang terjun dalam dunia bisnis dan pemberdayaan, Nicky berpendapat bahwa ia tidak dapat mengubah orang lain agar mereka berdaya. Ia hanya menyediakan wadah karena yang bertanggungjawab untuk membuat berdaya adalah diri mereka sendiri.

Demikian cerita singkat Nicky Clara dengan mimpi, mindset, dan filosofi hidup yang membuatnya bertahan dan bisa berdampak bagi banyak orang. Semoga kisah ini bisa menginspirasi kamu juga untuk tetap berkarya di tengah keterbatasan, ya!

Baca Juga: Maureen Hitipeuw, Perangkul Sesama Ibu Tunggal untuk Hidup Berdaya

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya