Bersama Konde.co Tumbuhkan Komitmen Berperan, Bukan Adu Kekuatan

Hubungan penuh dominasi tanpa dedikasi itu toxic 

It takes tow to tango. Dalam suatu hubungan, kedua belah pihak sama-sama memiliki tanggung jawab dan hak yang setara, gak peduli jenis kelamin dan latar belakang mereka. Sayang, bukannya sama-sama berperan, hubungan sekarang dijadikan sebagai ajang adu kekuatan dan penuh kompetisi. Gak ada lagi komitmen bersama di dalamnya.

Melalui webinar  Komitmen #BersamaBerperan, Bukan Adu Kekuatan yang diadakan pada Kamis (21/4/2022), pukul 14.00, Konde.co mengajak seluruh orang untuk menumbuhkan komitmen dalam hubungan dan lebih berhati-hati dan waspada terhadap toxic relationship serta red flag-nya. Dibawakan oleh narasumber Ria Papermoon, selaku Co. Artistic Director Papermoon Puppet Theatre, Grant Nixon, seorang pendeta dan dosen Sekolah Tinggi Teologi Ekumene, Anastasia Satriyo, seorang mental health psikolog, dan Bertin Tiara dari Save Janda, simak keseruan rangkaian acaranya berikut ini!

1. Jangan buta terhadap cinta, jadilah jeli terhadap red flag yang muncul

Bersama Konde.co Tumbuhkan Komitmen Berperan, Bukan Adu KekuatanLiputan Webinar "Berpasangan: Komitmen #BersamaBerperan, Bukan Adu Kekuatan", Kamis (21/4/2022). IDN Times/Agnes Z. Yonatan

Hampir semua orang yang berada dalam toxic relationship gak sadar bahwa mereka sedang berada dalam hubungan yang gak sehat, entah itu pelaku maupun korbannya sendiri. Mereka menganggap hubungan seperti ini normal dan semua orang juga mengalaminya. Untuk itu, kamu juga perlu jeli terhadap red flag yang muncul, terutama ketika kamu berada di awal hubungan dengannya.

"Setiap orang juga perlu menyadari dan aware sama pertanda," tekan Ria Papermoon.

Perempuan yang akrab disapa Ria itu menekankan bahwa jangan sampai kamu dibutakan dengan cinta. Kamu harus aware dengan value terhadap dirimu sendiri.

"Kalau dia gak bisa ngertiin apa yang aku mau hari ini, artinya bukan hal aneh lagi kalau ke depannya dia bisa gak mau denger aku mau ngapain juga," ujar perempuan itu.

Setiap manusia harus bertumbuh, dan kalau hubunganmu malah menghambat hal ini, kamu harus waspada. Bisa jadi ini salah satu red flag dari toxic relationship.

"Ini bukan lahan tempat aku bisa bertumbuh dan berkembang. Bibit sebagus apa pun kalau dia jatuh di bebatuan, dia akan struggling untuk bertumbuh dan berkembang," ucap Ria lagi.

2. Komunikasi adalah pupuk bagi hubungan untuk bisa mekar

Bersama Konde.co Tumbuhkan Komitmen Berperan, Bukan Adu KekuatanLiputan Webinar "Berpasangan: Komitmen #BersamaBerperan, Bukan Adu Kekuatan", Kamis (21/4/2022). IDN Times/Agnes Z. Yonatan

Komunikasi adalah hal yang penting, lem yang merekatkan hubungan yang retak. Ria kembali menekankan pentingnya komunikasi ini. Menurutnya, komunikasi ini seperti pupuk dalam suatu hubungan.

"Cinta itu ada, pasti ada, tapi ada hal yang harus dipupuk setiap hari," ujar Ria.

Komunikasi adalah kunci bagi hubungan untuk bisa mekar.

"Ketika kami punya masalah di rumah tangga, orang nomor satu yang harus tahu adalah pasangan kita, bukan orang lain. Sahabat nomor satu itu pasangan," lanjutnya lagi.

Gak hanya Ria, Anastasia Satriyo, yang akrab disapa Anas, turut mengemukakan hal serupa.

"Kita itu nikah sama manusia, bukan sama tembok. Kalau gak bisa diajak ngobrol, gak usah diajak nikah. Semua hal itu butuh diskusi," tekan Anas.

3. Manusia itu sulit berubah

dm-player
Bersama Konde.co Tumbuhkan Komitmen Berperan, Bukan Adu KekuatanLiputan Webinar "Berpasangan: Komitmen #BersamaBerperan, Bukan Adu Kekuatan", Kamis (21/4/2022). IDN Times/Agnes Z. Yonatan

Satu hal yang paling gak bisa dilakukan oleh manusia adalah berubah. Seolah sudah mendarah daging, perilaku toxic kadang sulit untuk diubah tanpa kesadaran dari si pelaku. Untuk itu, apabila kamu merasa dalam hubungan toxic, lebih baik segera lepaskan diri dari jeratan tersebut.

Bertin Tiara bicara langsung dari pengalaman. "Ya udahlah, paling kalau udah nikah berubah, kok. Kalau nanti udah menikah, pasti dia akan gak seperti itu. Tapi ternyata gak, ternyata ketika saya sebagai seorang istri menginginkan suaminya berubah, kenyataan gak seperti itu," ujarnya membagikan kisah.

Di awal pernikahan, semua memang terasa indah, sampai di tahun kedua dan ketiga muncul pertengkaran-pertengkaran kecil yang terus memuncak. Kamu harus ingat bahwa kenyataan gak seindah yang ada di film.

Baca Juga: Kawal Kasasi Kasus Pencabulan UNRI, KemenPPPA Nilai Hakim Gagap Gender

4. Semua diawali dari diri kita sendiri

Bersama Konde.co Tumbuhkan Komitmen Berperan, Bukan Adu KekuatanLiputan Webinar "Berpasangan: Komitmen #BersamaBerperan, Bukan Adu Kekuatan", Kamis (21/4/2022). IDN Times/Agnes Z. Yonatan

"Relasi kita sama diri kita yang di dalam itu set the tone for all the relationship in this world," ucap Anas dengan lantang.

Semua selalu diawali dengan diri kita sendiri, bagaimana kita menilai diri kita, apa yang diajarkan sejak kecil oleh orangtua kita, hal-hal inilah yang akan menentukan bagaimana jalannya hubungan kita nantinya. Oleh karena itu, masa kecil seseorang akan sangat mempengaruhi bagaimana ia melihat sebuah hubungan.

"Mindset soal relasi itu dimulai dari rumah. Pengalaman relasi dengan orangtua itu bukan mengubah moral, tapi jadi standar dalam berhubungan." lanjutnya.

Karena itulah, penting bagi orangtua untuk bisa menanamkan moral yang baik bagi anaknya, terutama laki-laki.

"Gak ada yang jelasin gimana jadi laki-laki yang bener, bapak yang baik, pria yang bertanggungjawab. Yang ada itu malah boys will be boys, terus jadi anak-anak. Menurut saya, itu gak sehat," tutur Anas lagi.

Pendidikan mengenai tanggung jawab berkeluarga gak hanya ditanamkan ke anak perempuan, namun juga harus ke anak laki-laki sejak dini.

5. Peran aktif laki-laki dalam memperbaiki hubungan toxic

Bersama Konde.co Tumbuhkan Komitmen Berperan, Bukan Adu KekuatanLiputan Webinar "Berpasangan: Komitmen #BersamaBerperan, Bukan Adu Kekuatan", Kamis (21/4/2022). IDN Times/Agnes Z. Yonatan

Beban dari hubungan toxic mayoritas ditanggung oleh perempuan. Untuk itu, perlu peran aktif dari laki-laki untuk bisa lebih mempromosikan kesetaraan gender dan memperbaiki hubungan toxic yang biasanya penuh dengan patriarkisme dan misoginis. Grant Nixon, yang akrab disapa Grant, kembali menekankan hal ini.

"Kesediaan melepaskan privelege, melepaskan power yang kita dapat dari hasil-hasil penafsiran, norma-norma gender yang diberikan pada laki-laki itu, kalau laki-laki berani melepaskan, di situlah baru ada kesetaraan. Dia bisa memberdayakan kelompok lainnya, termasuk salah satunya pasti perempuan," ujarnya.

Baik laki-laki maupun perempuan harus sadar bahwa keduanya setara dan disandingkan secara seimbang, gak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Kesadaran akan kesetaraan ini masih harus ditanamkan di tanah air yang masih menganggap satu gender lebih tinggi kodratnya dibanding yang lain.

Itulah dia keseruan rangkaian acara webinar dari Konde.co! Hubungan toxic bukanlah hal yang harus dipertahankan dan kamu sembunyikan. Jangan pernah merasa malu untuk mencari bantuan profesional dan terus jaga komunikasi yang baik dengan pasanganmu. Ingat, butuh dua orang untuk menjalankan hubungan yang sehat!

Baca Juga: Uni Lubis: Jurnalis Perempuan Jangan Hanya Melek Isu Gender Equality!

Agnes Z. Yonatan Photo Verified Writer Agnes Z. Yonatan

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya