Windy Ariestanty dan Kisah Inspiratifnya Sebagai Pegiat Literasi

Pecinta literasi yang suka traveling dan juga berbagi

Nama Windy Ariestanty sudah tidak asing lagi di dunia perbukuan Indonesia.  Perempuan lulusan Universitas Brawijaya tersebut dikenal sebagai seseorang yang aktif di dunia literasi. Tidak hanya sebagai penulis dan editor, kini Windy juga mendirikan Patjar Merah, sebuah festival buku keliling yang berusaha memeratakan akses literasi di Indonesia.

Bagaimana kisahnya? Yuk kita ikuti ulasan berikut ini.

1. Masuk ke grup Gagasmedia sebagai editor pada tahun 2005

Windy Ariestanty dan Kisah Inspiratifnya Sebagai Pegiat LiterasiInstagram.com/windy_ariestanty

Bagi sebagian orang, nama Gagasmedia masih melekat dengan diri Windy. Ia dipercaya menjadi sosok yang ada di balik beberapa judul buku populer milik Raditya Dika. Kiprahnya di Gagasmedia Group berlangsung hampir selama sepuluh tahun, dimulai dari editor buku, editor in chief, general manager, hingga managing director.

Di Gagasmedia, Windy dikenal sebagai sosok yang tegas dan ramah. Sebagian besar rekan kerja menganggapnya sebagai ‘Emak’ karena sifatnya yang mengayomi. Selain itu, Windy sangat suka mengenakan pakaian warna hitam.

Mengenai pekerjaannya di Gagasmedia, ada satu cerita menarik yang Windy bagikan di blog pribadinya. Ketika wawancara, ia mendapatkan pertanyaan tentang alasan kenapa ia melamar menjadi editor di Gagasmedia.

Jawaban yang diberikannya sangat mengejutkan. Windy berkata, “Karena saya mau bikin buku bagus di sini. Buku terbitan kalian jelek-jelek.”

Pengakuannya yang begitu jujur, hingga ia yakin bahwa dirinya tidak akan diterima. Namun ternyata, kejujurannya tersebut begitu dihargai sehingga ia mampu meraih salah satu profesi yang diimpikannya.

2. Mengawali karier menulis dengan menjadi kontributor di media detik.com

Windy Ariestanty dan Kisah Inspiratifnya Sebagai Pegiat LiterasiInstagram.com/windy_ariestanty

Sesuai dengan pengalaman yang ditulis Windy di akun linkedin.com miliknya, karier menulisnya diawali dengan menjadi kontributor di media online detik.com. Ia mengisi kanal kampus selama satu tahun, yaitu dari tahun 2000 hingga 2001. Di tahun yang sama, ia juga menjadi jurnalis di situs berita bisik.com.

Selain menjadi editor di Gagasmedia, Windy juga suka menulis dan traveling. Ia memadukan dua hobinya tersebut dengan membuat catatan perjalanan yang diunggahnya di blog pribadinya.

Pada tahun 2011, Windy memutuskan untuk membukukan cerita perjalanannya dalam sebuah buku yang berjudul The Journeys. Ini merupakan proyek kolaborasinya dengan dua belas lain di antaranya  Adhitya Mulya, Okke Sepatumerah, Raditya Dika,  Trinity,  dan Winna Efendi.

Pada tahun yang sama, Windy juga merilis buku solonya yang berjudul Life Traveler.

Baca Juga: 4 Tip Mengatasi Writer's Block Ala Windy Ariestanty

3. Pengalaman sebagai editor dan penulis membuatnya mendirikan Writing Table

dm-player
Windy Ariestanty dan Kisah Inspiratifnya Sebagai Pegiat LiterasiInstagram.com/windy_ariestanty

Writing Table merupakan sebuah proyek yang digagas Windy bersama teman-temannya, Hanny Kusumawati dan Nia Sadjarwo. Proyek  ini berupa kelas menulis mini yang dibuka berdasarkan kebutuhan peserta. Artinya, Windy dan teman-temannya memberikan materi sesuai dengan bidang kepenulisan mana yang ingin peserta dalami. Kelas ini tidak diselenggarakan secara regular dan lebih sering digelar secara dadakan.  

Lewat Writing Table ini, Windy juga sering membuat kelas mini di berbagai daerah-daerah pelosok yang sedang dikunjunginya, seperti di Sumba. Selain itu, Windy juga kerap menjadi pembicara dalam beberapa festival sastra besar seperti Makassar International Writer Festival.

4. Kecintaannya dengan literasi dan traveling juga membuatnya menggagas jaringan I Was Here.id

Windy Ariestanty dan Kisah Inspiratifnya Sebagai Pegiat LiterasiInstagram.com/windy_ariestanty

Sebagai seorang penulis dan traveler, Windy sering membuat cerita-cerita perjalanan yang sering menginspirasi orang lain untuk berkunjung ke daerah-daerah yang masih jarang dijelajahi. Catatan itu ia bagikan di blog pribadi dan juga lewat buku.

Baginya, menulis catatan perjalanannya di blog adalah salah satu sarana untuk melatih diri agar tetap disiplin dan tidak berhenti menulis. Tanpa disadarinya, niatnya tersebut kemudian menginspirasi banyak orang untuk melakukan hal yang sama.

Pada tahun 2016, Windy pun menggagas pembuatan sebuah jaringan yang bernama I Was Here. Platform ini berisikan kisah-kisah perjalanan dari banyak orang dan bisa diakses oleh siapa saja. Kamu bisa mengetahui spot-spot wisata baru serta tip-tip wisata dari pengalaman orang yang dibagikan di jejaring ini. Bermanfaat banget bukan?

5. Ingin meratakan akses literasi ke seluruh Indonesia dengan Patjar Merah

Windy Ariestanty dan Kisah Inspiratifnya Sebagai Pegiat LiterasiInstagram.com/windy_ariestanty

Setelah keluar dari grup Gagasmedia akhir 31 Maret  2016 lalu, Windy Ariestanty yang amat menyukai tantangan akhirnya melakukan banyak hal baru. Seperti yang diakuinya lewat akun media sosial, tiga tahun setelah keluar dari penerbitan, ia fokus menjalani hidup bahagia dengan keliling Indonesia sambil mengajar menulis serta mengumpulkan buku di rumah-rumah baca.

Kegiatan barunya tersebut yang mendorongnya mendirikan Patjar Merah bersama Irwan Bajang, pada tanggal 1 Desember 2018.

Patjar Merah sendiri merupakan sebuah festival literasi dan pasar buku keliling, yang diselenggarakan secara nomaden dan juga di lokasi yang tidak biasa. Karena hal itu, festival ini juga mulai dijuluki sirkus literasi keliling.

Selain pasar buku murah, festival ini menyelenggarakan lokakarya-lokakarya yang diisi oleh tokoh-tokoh literasi terkemuka seperti Ivan Lanin, Trinity, Jenny Jusuf, serta Aan Mansyur.

Patjar Merah diadakan pertama kali di Yogyakarta pada bulan Maret 2019, kemudian berpindah ke Malang pada 27 Juli hingga 4 Agustus 2019, dan di kota Semarang pada 1-7 November 2019.

Patjar Merah, Writing Table, dan tidak lupa jejaring I Was Here merupakan proyek-proyek yang didirikan Windy Ariestanty atas kecintaannya terhadap dunia literasi. Semoga kiprahnya tersebut menginspirasi sosok-sosok lain untuk lebih mencintai dan juga memajukan dunia literasi Indonesia.

Baca Juga: 8 Teka-teki Terkenal di Dunia, Ternyata Mayoritas dari Bidang Literasi

Suarcani Photo Verified Writer Suarcani

Penulis yang seringkali baper dengan kisah karangannya sendiri.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan
  • Febrianti Diah Kusumaningrum

Berita Terkini Lainnya