Catherine the Great: Wanita Pemimpin Kekaisaran Rusia Tiga Dekade

"Power without a nation's confidence is nothing."

Rusia memang terkenal sebagai negara dengan wilayah terluas yang sangat kaya akan sejarah. Belum lagi St. Petersburg dan Matryoshka. Namun, tahukah kamu bahwa Rusia dulunya merupakan negara berbentuk kekaisaran yang dipimpin oleh seorang wanita paling berpengaruh?

Tsarina atau kaisar perempuan Rusia yang bernama Catherine II, sering pula disebut Catherine the Great, merupakan salah satunya. Catherine lahir dengan nama Sophie Friederike Auguste von Anhalt-Zerbst. Ia lahir tanggal 2 Mei 1729 di Stettin, Polandia dan meninggal 17 November 1796 di Tsarskoye Selo, Rusia.

Bagaimana jatuh bangun Catherine dalam perjalanan hidupnya? Let's find out!

1. Sophie, anak perempuan yang tidak berharga di mata sang ibu

Catherine the Great: Wanita Pemimpin Kekaisaran Rusia Tiga Dekadegohighbrow.com

Catherine, yang semasa kecilnya bernama Sophie, merupakan putri seorang pangeran Jerman yang tidak terpandang, Christian August von Anhalt-Zerbst. Sementara, ibunya, Joanna Elisabeth of Holstein-Gottorp, merupakan seorang wanita ambisius yang tidak puas dengan kehidupannya –berhubung ia dinikahkan di umur 15 tahun dengan Christian, ayah Sophie, seorang bangsawan miskin yang bahkan 21 tahun lebih tua darinya.

Ibunya ingin hidup sebagai masyarakat kelas atas, dan berpikir bahwa ia membutuhkan seorang penerus laki-laki yang menjadi bagian dari rencananya. Sementara, Sophie tidak disukai oleh ibunya karena dirinya lahir sebagai seorang perempuan. 

Sophie kecil ditelantarkan begitu saja oleh ibunya. Seringkali ia menerima kalimat-kalimat negatif dari sang ibu yang mengatakan bahwa dirinya sangat jelek, atau diteriaki ketika Sophie membuat sebuah kesalahan kecil. Sangat disayangkan, karena Sophie sebenarnya merupakan anak yang cerdas dan kritis. Ia banyak belajar dari seorang pengasuhnya, yang mengenalkan Sophie kepada Bahasa Perancis dan juga memberikan buku-buku pengetahuan.

2. Perjalanan Sophie ke istana, hingga berganti nama menjadi Catherine

Catherine the Great: Wanita Pemimpin Kekaisaran Rusia Tiga Dekadetelegraph.co.uk

Ibunya selalu sibuk dengan adik laki-lakinya yang sakit-sakitan. Namun, di tahun 1742, saat usia Sophie menginjak 13 tahun, adik laki-lakinya meninggal. Mata sang ibu akhirnya tertuju pada Sophie, dan ia menginginkan Sophie untuk segera menikah dan berupaya untuk mencarikan pasangan untuk putrinya, dengan cara mengirim surat dan mengunjungi seluruh saudaranya. Hingga sebuah balasan surat datang dari Elizabeth of Russia, Tsarina atau kaisar perempuan Rusia yang menikah dengan keluarga Holstein, keluarga sang ibu. Elizabeth merupakan bibi dari Peter Ulrich, cucu Peter the Great –yang akhirnya menjadi ibu angkat Peter.

Dalam surat tersebut, Elizabeth meminta Sophie dan ibunya untuk segera datang ke Rusia. Sophie disambut baik di Moscow, di sana pula ia bertemu dengan Peter Ulrich. Hari-hari dilewati oleh Sophie, perlahan ia menyadari sifat Peter yang kasar dan tidak peduli dengan posisinya sebagai penerus takhta Elizabeth di Rusia. Peter bahkan tidak paham Bahasa Rusia sama sekali. Peter Ulrich juga mengatakan bahwa ia tidak mencintai Sophie, namun Peter dipaksa untuk menikahinya karena kehendak sang bibi, Elizabeth.

Dengan cepat, Sophie mempelajari Bahasa Rusia sekaligus kepercayaan yang dianut oleh mereka, yaitu Ortodoks. Hal itu membuat Sophie semakin mencintai Rusia, dan meninggalkan Lutheran. Tidak lama kemudian, namanya berganti menjadi Ekaterina, atau Catherine dalam Bahasa Inggris.

3. Pernikahan Catherine dengan Peter Ulrich yang sangat dipaksakan

Catherine the Great: Wanita Pemimpin Kekaisaran Rusia Tiga Dekadehistory.com

Catherine menghabiskan hari-harinya di istana dengan menari, pergi ke pesta dansa, dan menghitung hari menuju pernikahannya. Tetapi, Peter Ulrich sakit cacar. Hal itu menggerakkan tekad bibinya, Elizabeth, untuk mempercepat pernihakan mereka setelah Peter sembuh.

Setidaknya, pernikahan itu telah membebaskan Catherine dari ibunya. Tetapi, penderitaan baru muncul ketika Peter sama sekali tidak peduli dengan Catherine, dan menghabiskan waktunya untuk bermain seperti bocah. Hal ini berlangsung hingga tujuh tahun, hingga Catherine menemukan seorang perwira militer dan mengandung seorang putra yang diberi nama Paul. Namun, para ahli sejarah mengatakan bahwa Paul mungkin adalah putra yang tidak sah.

Peter diangkat menjadi kaisar di bawah gelar Peter III pada tahun 1762 setelah Elizabeth the Great meninggal. Namun, Peter tidak menjadi pemimpin yang baik untuk Rusia –sehingga muncul keinginan-keinginan dari berbagai kalangan untuk menggulingkan Peter.

Baca Juga: Sejarah Beauty Pageant di Dunia, Ternyata Bukan Sekadar Lomba Fisik!

4. She is capable to do anything, bahkan menggulingkan kekuasaan suaminya!

Catherine the Great: Wanita Pemimpin Kekaisaran Rusia Tiga Dekadebbci.co.uk

Catherine memiliki ambisi untuk mengambi alih kekuasaan Peter. Selama bebulan-bulan, ia bekerjasama dengan para petinggi pemerintahan serta petinggi militer. Dukungan dari resimen terkuat di St. Petersburg juga semakin kuat untuk menyingkirkan Peter, kaisar yang dianggap keterlaluan dan tidak kompeten. Catherine juga didukung oleh para kaum aristokrat, terutama karena pendapat Catherine yang liberal dan sosoknya dikagumi sebagai salah satu orang yang paling berbudaya di Rusia.

dm-player

Pada tanggal 9 Juli 1762, ia memimpin resimen-resimen untuk melakukan unjuk rasa ke St. Petersburg dan memproklamirkan diri sebagai Tsarina sekaligus otokrat di Katedral Kazan. Peter turun takhta dan meninggal karena dibunuh delapan hari kemudian. Meskipun Catherine mungkin tidak menginginkan orang-orang untuk melakukan pembunuhan terhadap Peter, pembunuhan tersebut dilakukan oleh Alexei Orlov, salah satu pendukungnya. Opini publik menganggap Catherine harus bertanggung jawab. 

Catherine dimahkotai dengan upacara besar di Moskow pada bulan September 1762, dan memulai pemerintahan yang berlangsung selama 34 tahun sebagai kaisar perempuan Rusia di bawah gelar Catherine the Great, atau Catherine II.

5. Pengaruh besar Catherine the Great bagi Rusia

Catherine the Great: Wanita Pemimpin Kekaisaran Rusia Tiga Dekadeabc.net.au

Catherine the Great memulai era netralitas, di mana pasukan Rusia tidak memihak pada negara mana pun selama Seven Years War. Era pemerintahan Catherine the Great juga dikenal sebagai "Zaman Keemasan" Rusia atau "Pencerahan Rusia".

Catherine berhasil meningkatkan perdagangan internasional, mempromosikan seni dan pendidikan, dan melakukan beberapa upaya diplomasi Rusia yang progresif. Pada masa itu, ia menjadi pemimpin yang dicintai oleh banyak orang karena meningkatkan dan memperkuat budaya Rusia. Catherine juga memperbaharui konstitusi Rusia, dan secara signifikan memperluas wilayah Rusia. Sampai hari ini, Catherine adalah sumber kebanggaan nasional bagi orang-orang Rusia.

Catherine the Great wafat karena stroke setelah dirinya pingsan ketika berada di kamar mandi, dan meninggal pada hari berikutnya, 17 November 1796. Jenazah Catherine dipajang di depan umum selama 6 minggu setelah kematiannya, dan publik masih berduka selama 6 bulan ke depan.

6. Kata-kata inspiratif dari Catherine the Great yang mencerminkan kebesarannya

Catherine the Great: Wanita Pemimpin Kekaisaran Rusia Tiga Dekadepixabay.com

1. "I praise loudly. I blame softly."

Saya memuji dengan keras. Saya menyalahkan dengan lembut.

Menghargai dan mengapresiasi hasil kerja orang lain menjadi kebiasaan Catherine, sehingga ia sangat dihormati dan disegani oleh seluruh militer Rusia. Namun, bukan berarti Catherine tidak berani menegur orang-orang yang melakukan suatu kesalahan. Ia akan memanggil dan menyapa mereka untuk berbuat lebih baik lagi. 

2. "The more a man knows, the more he forgives."

Semakin banyak seseorang mengetahui, semakin banyak juga dirinya memaafkan.

Sikap dan perbuatan seseorang bagi Catherine akan selalu dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman hidup yang dialami seseorang. Mengejar kekuasaan untuk memerintah dan mencintai Rusia bagi Catherine adalah takdir yang dimilikinya sebagai seorang keluarga bangsawan yang penuh dengan intrik. Catherine juga belajar mengerti dan memahami  kondisi dan kejiwaan Peter Ulrich, suaminya. Seorang anak manja yang penuh dengan hingar-bingar pesta dan spontanitas.

3. "I am one of the people who love the why of things."

Saya adalah bagian dari orang-orang yang sangat suka mencari penyebab dari segala sesuatu.

Catherine memang terlahir sebagai anak yang cerdas dan penuh dengan rasa ingin tahu, meskipun sang ibu tidak menganggapnya sebagai suatu 'kebahagiaan' –sebab, hanya seorang anak laki-laki yang dapat mengubah segalanya. Beruntung, Catherine memiliki seorang pengasuh yang selalu mendampinginya membaca dan belajar tentang segala sesuatu.

4. "Power without a nation's confidence is nothing."

Kekuasaan tanpa kepercayaan bangsa bukanlah apa-apa.

Catherine bukan orang Rusia. Ia terlahir dari keluarga bangsawan Jerman yang kemudian menikah dengan penerus takhta Rusia. Menjadi seorang Tsarina berarti bukan hanya berbicara, berpikir, dan bertindak layaknya orang Rusia. Namun, yang terpenting adalah mendapatkan kepercayaan dari seluruh masyarakat Rusia. Hingga akhir hayatnya, tidak seorang pun mempersoalkan latar belakang Catherine. Mereka hanya peduli bahwa Catherine adalah pemimpin perempuan terbesar yang pernah dimiliki oleh Rusia. Suaminya bahkan mengakui dengan jujur bahwa Catherine, "She is capable to do anything!"

Mengagumkan sekali, bukan?

Baca Juga: 8 Tokoh Wanita 'Ikonik' yang Sukses Ciptakan Tren di Industri Mode

Vondra Photo Verified Writer Vondra

She/her.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya