7 Kondisi yang Meningkatkan Risiko Eklampsia pada Ibu Hamil
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Meski terbilang jarang terjadi, eklampsia menjadi momok menakutkan bagi hampir semua ibu hamil. Gangguan kehamilan ini, berupa kondisi kejang yang diawali dengan tekanan darah tinggi. Ini bisa sangat berbahaya bagi ibu dan janin.
Eklampsia setidaknya menyerang 1 dari 200 ibu hamil di seluruh dunia. Gangguan kesehatan ini dipicu oleh banyak hal. Salah satunya adalah usia ibu saat mengandung. Lebih lengkapnya, berikut tujuh kondisi yang meningkatkan risiko eklampsia pada ibu hamil.
1. Hamil muda dengan usia di bawah 20 tahun
Kehamilan yang terjadi di usia muda, lebih rentan terhadap gangguan medis. Perempuan yang hamil pada usia di bawah 20 tahun, memiliki risiko eklampsia yang terbilang tinggi. Faktor kematangan organ reproduksi dan kesiapan mental adalah dua alasan utamanya.
2. Usia calon ibu di atas 35 tahun
Gak hanya usia dini, mengandung di usia yang gak lagi muda pun sama-sama rentan terhadap risiko eklampsia. Kondisi hormon dan ketahanan fisik yang mulai menurun di atas usia 35 tahun, membuat kehamilan memerlukan perhatian ekstra.
3. Hamil bayi kembar
Mengandung bayi kembar tentu lebih berat ketimbang satu janin saja. Kondisi tekanan darah jadi lebih fluktuatif. Terkadang, tekanannya bisa sangat tinggi. Di waktu tertentu, menurun drastis hingga berujung anemia.
4. Kehamilan pertama
Kebanyakan kasus eklampsia menyerang pada kehamilan pertama. Gejalanya bisa muncul kapan saja. Namun, ialebih banyak terasa di akhir kehamilan atau trisemester ketiga.
Di kehamilan pertama, calon ibu masih menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi tubuhnya serta perlu mengelola stres. Beban pikiran berlebih dan pola hidup yang kurang baik, bisa memicu tingginya tekanan darah yang berujung pada preeklampsia.
Editor’s picks
Baca Juga: Tak Tampak, Ini 10 Potret Kehamilan Sandra Dewi hingga Melahirkan
5. Tekanan darah sering tinggi
Bagi wanita yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi sejak sebelum hamil, perlu lebih waspada terhadap potensi eklampsia. Biasanya memasuki minggu ke-20, kondisi tekanan darah jadi kurang stabil. Pastikan asupan gizi dan pola hidup terjaga dengan baik.
6. Terkena proteinuria
Gangguan kesehatan lainnya yang lazim dialami ibu hamil adalah proteinuria atau tingginya kadar protein dalam urin. Kondisi ini bisa disebabkan oleh asupan gizi yang kurang seimbang atau ketidaknormalan fungsi ginjal.
Proteinuria merupakan salah satu penyebab preeklampsia. Untuk mencegahnya, lakukan pengecekan kesehatan secara rutin dengan dokter kandungan agar lebih memudahkan diagnosa saat terjadi kondisi gak wajar.
7. Kurang memerhatikan asupan nutrisi saat hamil
Bagi kamu yang saat ini sedang mengandung atau menjalani program hamil, percaya gak dengan mitos pantangan makan bagi ibu hamil? Konon, ibu hamil harus menghindari beberapa jenis makanan untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan janin.
Pada dasarnya, larangan tersebut harus dikonsultasikan dengan dokter. Menjaga keseimbangan asupan nutrisi, haruslah menjadi fokus. Ini agar sistem metabolisme dalam tubuh pun berjalan baik.
Kelebihan nutrisi justru bisa memicu masalah. Terlalu banyak mengonsumsi protein akan berakibat proteinuria. Kelebihan gula bisa memicu diabetes gestasional. Kandungan lemak berlebih pun mengakibatkan tekanan darah tinggi. Jadi, lebih cermat dalam memilih makanan ya!
Itulah kondisi yang meningkatkan risiko eklampsia pada ibu hamil. Bagi para wanita yang sedang mengandung atau menjalani program hamil, pastikan menjaga kondisi kesehatan dan pola hidup ya! Semoga kehamilannya lancar hingga persalinan tiba!
Baca Juga: Hamil Anak Kembar, 8 Potret Terbaru Irish Bella yang Makin Menawan