Benedicta Herlina: Perempuan Berharga karena Dia Manusia

#AkuPerempuan Ia kekeh memperjuangkan hak-hak perempuan

Surabaya, IDN Times - Benedicta Herlina dikenal sebagai aktivis perempuan di LSM Savy Amira. Saat ditemui di Talkshow "Toxic Relationship" untuk Acara Hari Anti Kekerasan pada Perempuan Internasional pada (27/11) di UPN Surabaya, perempuan yang kerap disapa Lina ini menceritakan kisah inspirasinya selama menjadi aktivis.

Apa yang membuat Lina begitu kekeh dalam memperjuangkan hak-hak perempuan? Yuk, simak di artikel berikut ini!

1. Kekerasan pada perempuan adalah bentuk ketidakadilan, namun masih banyak orang yang tutup mata dengan hal itu

Benedicta Herlina: Perempuan Berharga karena Dia ManusiaBenedicta Herlina di Kelas Keliling Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Tema Toxic Relationship di UPN Surabaya. 27 November 2019. IDN Times/Fajar Laksmita

Perempuan bernama Savy Amira ini adalah anggota dari salah satu LSM yang peduli terhadap isu perempuan dan anak. Lina memaparkan bahwa keinginannya bergabung dilandasi dari keprihatinan terhadap ketidakadilan oleh perempuan. "Saya tidak suka apabila ada ketidakadilan, dan kekerasan pada perempuan adalah bentuk ketidakadilan. Banyak orang yang tutup mata dengan hal itu, jadi personally saya gak bisa diam aja," tambah Lina.

Lina dibesarkan di keluarga yang luar biasa, nenek dan ibunya adalah feminis. Meski dalam banyak kasus membahayakan, tidak ada alasan untuk tidak mendukung karena keluarga. Dalam arti kata, keluarga mendukung penuh jalan yang diambil Lina. 

2. Kita di Jawa Timur belum punya cukup shelter untuk perempuan yang mengalami kekerasan

Benedicta Herlina: Perempuan Berharga karena Dia ManusiaBenedicta Herlina di Kelas Keliling Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Tema Toxic Relationship di UPN Surabaya. 27 November 2019. IDN Times/Fajar Laksmita

Salah satu alasan kenapa Lina bersikeras memperjuangkan hak-hak perempuan yang mengalami kekerasan adalah karena selama ini masih belum ada cukup shelter untuk perempuan yang mengalami kekerasan. "Perempuan yang lari gak punya tempat, secara finansial juga belum ada yang mendukung. Ada pendonor tapi tidak cukup. Itu sebetulnya urusan pemerintah namun pemerintah sendiri belum banyak yang mau turun tangan. Ada pemerintah PPA, tapi saya belum pernah menerima dana dari PPA kemudian pemerintah belum ada inisiatif untuk membuat shelter," terangnya.

Lina sempat berencana untuk membuat shelter, tapi belum pernah bertemu dengan gubernur sehingga belum ada dukungan. Itu kendala yang paling besar, belum sepenuhnya menjalankan pasal kedua Pancasila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Lina sempat mendampingi kasus berat dan nyawanya terancam

Benedicta Herlina: Perempuan Berharga karena Dia ManusiaBenedicta Herlina di Kelas Keliling Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Tema Toxic Relationship di UPN Surabaya. 27 November 2019. IDN Times/Fajar Laksmita
dm-player

Meski banyak yang mengomentari profesi Lina, namun ia tak gencar. "Kenyataannya memang begitu, banyak banget yang mengomentari tapi kan orang punya mulut sendiri-sendiri", tambah Lina. Saat dimintai pendapat apakah pernah mengalami diskriminasi dalam profesi ini. Ia menjelaskan bahwa justru diskrimasi itu pernah berasal dari penegak hukum.

"Saya sebagai pendamping sangat sering mengalami diskriminasi. Misalnya ada yang datang butuh bantuan. Ketika di rumah, dia dipukuli oleh suaminya sendiri. Dalam hal pelaporan, misalnya, saya mau melaporkan suami. Penegak hukum malah bilang 'gak enak lho jadi janda' lalu, hal-hal semacam itulah banyak," ujar Lina. 

Momen terendah dalam hidupnya adalah ketika ia pernah menemani kasus berat hingga nyawanya terancam. Itu karena kasusnya berat secara fisik, namun ada metode pemulihan diri yang memang ia pelajari. Karena Lina berlatarbelakang psikolog, jadi itu yang dia lakukan. Semua itu bisa dilalui berkat support system dari keluarga, teman, dan organisasi. 

Baca Juga: Ainun Ade Putri: Perempuan Hebat Tidak Harus Menunjukkan Dirinya

4. Pengalaman menjadi pendamping penyintas kekerasan pada perempuan makin membuatnya termotivasi

Benedicta Herlina: Perempuan Berharga karena Dia ManusiaBenedicta Herlina di Kelas Keliling Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Tema Toxic Relationship di UPN Surabaya. 27 November 2019. IDN Times/Fajar Laksmita

Ketika itu ada satu klien dari Lina yang diperkosa sejak kecil lalu mengalami disosiasi. Ia (klien) baru ingat lagi akhir-akhir ini, sampai ia mengalami depresi dan mau bunuh diri. Pertama kali Lina bertemu, penyintas ini tidak bisa bicara. Ia hanya menangis terus dan suaranya seperti tercekik. Setelah beberapa kali bertemu dengan Lina, ia gembira dan Lina dibawakan buku kecil. Kemudian ia gak ingin bunuh diri lagi, saat itu Lina merasa hidupnya berguna.

"Ada satu lagi kasus pertama saya. Dia dipukuli suaminya, datang ke saya dengan percaya diri yang nol. Badannya sudah hancur karena dipukuli suaminya. Saya selalu bilang hal itu gak bener. Sampai nyaris 2 tahun, dia selalu datang dengan luka-luka. Dia pernah hilang 3 bulan. Kemudian sore-sore dia ndodok (mengetuk) pintu rumah saya dengan kondisi berdarah-darah. Telinganya itu ditutupi oleh rambutnya gitu, karena bengkak dan darahnya menetes. Dia tanya caranya visum gimana, saya bahagia karena dia sudah mengambil keputusan untuk bercerai. Setelah kejadian itu, saya sudah melihat dia bahagia lagi, sudah bekerja lagi, ketemu dia di jalan, dulu dia gak boleh keluar rumah sama suaminya. Waw saya bahagia banget," terang Lina. 

5. Jika mau jadi perempuan, jadilah yang utuh dari semua sisi karakteristikmu

Benedicta Herlina: Perempuan Berharga karena Dia ManusiaBenedicta Herlina di Kelas Keliling Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Tema Toxic Relationship di UPN Surabaya. 27 November 2019. IDN Times/Fajar Laksmita

Bagi Lina, perempuan itu perlu untuk menjadi manusia utuh dan berharga, tidak kurang karena tidak ada laki-laki. Dalam arti kata perempuan tidak bisa menggantungan diri pada laki-laki. Perempuan selama ini dididik jadi nomor dua, padahal perempuan harusnya sama seperti laki-laki karena sama-sama manusia. "Perempuan cukup jadi dirinya sendiri untuk menjadi hebat, itu saja", ujar Lina.

"Jika mau jadi perempuan, jadilah yang utuh dengan segala sisi dan karakteristikmu. Mungkin kamu perasa, pemikir, senstif, keras kepala, perawan atau tidak perawan, it doesn’t matter. Perempuan berharga karena dia manusia," pungkasnya.

Baca Juga: Catherine Hindra Sutjahyo, Perempuan Hebat di Balik GoFood

Topik:

  • Pinka Wima
  • Antonius Putu Satria

Berita Terkini Lainnya