Kisah Seru Prof Uut Meneliti Nyamuk, Jadi Orang Berpengaruh 2021!

Baginya, perempuan hebat menekuni apa yang jadi pilihannya

Nama Adi Utarini, profesor dari Universitas Gadjah Mada (UGM) jadi perbincangan hangat para ilmuwan dan praktisi pendidikan di tahun 2021. Pasalnya, Prof Uut, panggilan akrabnya, masuk dalam daftar 100 Orang Paling Berpengaruh 2021 di dunia versi majalah TIME. Sebelumnya, ibu satu putri ini, masuk dalam 10 daftar ilmuwan paling berpengaruh menurut jurnal ilmiah Nature 2020. 

Peneliti dari World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta yang masih berjalan itu, juga aktif mengajar sebagai dosen di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM.

Pada Senin (22/11/2021) lalu, IDN Times berkesempatan mengenal Prof Uut lebih dalam secara virtual. Ia bercerita tentang kegiatannya sebagai peneliti dan pandangannya terhadap perempuan. Berikut kisah seru Prof Uut meneliti nyamuk.

1. Prof Uut sempat bercita-cita menjadi dokter di Puskesmas saat masih mengambil studi Kedokteran

Kisah Seru Prof Uut Meneliti Nyamuk, Jadi Orang Berpengaruh 2021!Peneliti dan Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) peraih penghargaan Time 2021, Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D. (Dok. Istimewa)

Dalam perbincangan dengan Prof Uut, kami menanyakan perihal cita-cita awalnya. Awal mula masuk Fakultas Kedokteran, ia justru membayangkan ingin jadi dokter di Puskesmas.

Menurutnya, menjadi dokter di Puskesmas sangat keren, apalagi melihat mereka bekerja di wilayah yang cukup remote dengan sumber daya sangat terbatas. Dokter di Puskesmas juga harus memastikan dan mengupayakan agar kesehatan masyarakat tetap baik. 

Akan tetapi, situasi keluarga pada saat itu tidak memungkinkan Prof Uut untuk bekerja di Puskesmas. Ia beralih ke jalur karier dosen dan memutuskan memilih studi lanjutan Kesehatan Masyarakat.

"Jadi concern saya masih sama Kesehatan Masyarakat, bukan individu. Dalam peran yang berbeda itu, kemudian saya menempuh jalur sebagai dosen. Sebagai dosen, saya harus melakukan penelitian, mengajar, mengabdi, dan sebagainya," tambah perempuan kelahiran 4 Juni 1965 itu.

2. Hal paling menantang sebagai peneliti di masa pandemik menurut Prof Uut adalah saat aktivitas pengumpulan data

Kisah Seru Prof Uut Meneliti Nyamuk, Jadi Orang Berpengaruh 2021!Peneliti dan Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) peraih penghargaan Time 2021, Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D. (Dok. Istimewa)

Saat ditanya apa yang membedakan aktivitas penelitian sebelum dan sesudah pandemik, Prof Uut memaparkan perubahan pada pengumpulan data penelitian. Aktivitas pengumpulan data yang tadinya dilakukan secara langsung dengan masyarakat, saat situasi pandemik berubah lebih banyak secara online. 

Ketika di lapangan, peneliti dalam WMP Yogyakarta banyak berinteraksi dengan Dinas Kesehatan Puskesmas, ibu-ibu kader di masyarakat, sehingga bisa dilakukan secara online. Meski beberapa kegiatan sempat tertunda karena Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sedang berada di level 4, tapi masih bisa fleksibel dengan mengandalkan WhatsApp Group. 

"Bersyukur ibu-ibu itu luar biasa adaptasinya, ya. Jadi mereka tetap bisa ikut berinteraksi lewat situ (WhatsApp Group). Kemudian, interaksi tetap dilakukan karena kami melakukan penitipan ember setiap 2 minggu sekali, tapi dengan protokol kesehatan ketat. Kami sudah divaksin, membatasi interaksi dengan efisien mungkin," terangnya. 

Prof Uut juga berujar apabila penelitian WMP Yogyakarta mendapat sumber dana dari filantropi, jadi tidak mengandalkan pemerintah sehingga mungkin akan berbeda dengan teman-teman peneliti lain yang masih harus melakukan penyesuaian. "Kami lebih kepada bagaimana aktivitas penelitian itu tetap bisa dilakukan, tetapi dengan adjustment protokol kesehatan ketat dan juga sesuai dengan apa yang diharuskan dalam pandemik," tambah sosok yang hobi bermain piano, tenis meja, dan bersepeda itu.

3. Latar belakang Prof Uut fokus pada penelitian dengue

Kisah Seru Prof Uut Meneliti Nyamuk, Jadi Orang Berpengaruh 2021!Peneliti dan Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) peraih penghargaan Time 2021, Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D. (Dok. Istimewa)

Profesor yang pernah jadi pembicara di seminar TEDx tentang upaya pengurangan dengue di Kota Yogyakarta ini, merupakan lulusan Kedokteran UGM di tahun 1989, tempatnya mengajar sekarang. Prof Uut kemudian melanjutkan studi S2 di University of College London, Inggris dan meraih gelar S2 dalam Maternal and Child Health. Setelah itu, ia melanjutkan studi di Umea University Sweden, Swedia dengan meraih gelar S2 dalam Public Health dan gelar doktor S3 sebagai Doctor of Philosophy.

Teknologi Wolbachia dalam pemberantasan demam berdarah dengue bukan penelitian penyakit menular pertama bagi Prof Uut. Sebelumnya, ia menyelesaikan gelar doktoral di Umea dengan penelitian mengenai program pengendalian malaria di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Saat ditanya latar belakangnya fokus pada penyakit demam berdarah, ia mengatakan tentang pengalamannya meneliti malaria, TB Tuberculosis, hingga demam berdarah. Yang menarik, Prof Uut berujar juga pernah terkena demam berdarah dua kali saat masih kuliah dan bekerja.

Menurutnya, penyakit demam berdarah tidak mendapat perhatian di dunia internasional karena masuk kategori neglected. Di Indonesia sendiri, penyakit dengue belum cukup mendapat perhatian pula.

"Jadi, itu kemudian membuat saya tertarik. Kenapa ya penyakit ini kok terus-menerus kita hadapi? Masyarakat juga terus khawatir. Mengenal penyakit ini cukup baik, tapi sampai sekarang kita belum berhasil sepenuhnya mengatasi tantangan akibat dengue ini," tambahnya. 

Sementara itu, Kota Yogyakarta sendiri dipilih karena selalu masuk dalam 10 besar bahkan 5 besar kota yang paling banyak terdapat kasus dengue. Menurutnya, kasus dengue cenderung ke populasi urban yang padat seperti Yogyakarta.

Dengan ukuran kota yang tidak terlalu besar, maka kota ini ideal sebagai tempat penelitian. Selain itu, pertimbangan masyarakat yang educated serta hubungan pemerintah dengan UGM yang baik, maka penelitian ini jadi kolaborasi ideal. 

Baca Juga: Cerita Soraya Cassandra Merawat Alam Melalui Kebun Kumara

4. Tantangan terbesar sebagai peneliti perempuan bagi Prof Uut

Kisah Seru Prof Uut Meneliti Nyamuk, Jadi Orang Berpengaruh 2021!Peneliti dan Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) peraih penghargaan Time 2021, Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D. (Dok. Istimewa)

Saat ditanya tentang tantangan yang mungkin dihadapi peneliti perempuan, Prof Uut berkata, "Ya, terkadang saya masih merasakan ada perlakuan yang mungkin bias gender. Tetapi begini, selama sikap seorang perempuan itu tetap mengedepankan profesionalisme dan cara argumentasi baik dengan tidak menggunakan karakter yang mungkin cenderung emosional, maka bisa diminimalkan," ujarnya. 

Selain mengajar dan melakukan penelitian, ia juga menulis salah satu bab di buku 'Writing for Healing' dan 'Kita Bukan Sekadar Angka' bersama beberapa penulis lain. Saat kami menanyakan tentang inspirasi menulis, ia mengatakan salah satu inspirasinya berasal dari momen kehilangan pasangannya di bulan Maret 2020 lalu. 

"Di awal pandemik bulan Maret 2020, saya kehilangan pasangan saya, Prof Iwan (karena COVID-19). Jadi, terkena masih di awal sekali, sekitar 12 Maret masuk rumah sakit, kemudian berpulang 24 Maret. Itu yang kemudian menjadi titik tolak menulis healing, karena saya memang menggunakan itu untuk heal myself. Di situ juga, saya mengalami perjalanan spiritual yang luar biasa," terangnya. 

Prof Uut mengatakan bahwa kehilangan pasangan merupakan titik terendahnya dalam hidup. Ia mengatasi kehilangan itu dengan berpegang pada keyakinan spiritual, lebih dekat dengan keluarga, dan lewat hobi olahraga. 

"Saya meng-approach dengan memikirkan yang beyond. Ketika kita berada di bawah, kita kembalikan lagi. Orang hidup itu untuk apa? Apa yang ingin kita capai? Ketika kita banyak berdialog dengan Sang Pencipta, kemudian nyaman, di situ kemudian terkumpul energi," tambahnya.

5. Definisi perempuan hebat menurut Prof Uut

Kisah Seru Prof Uut Meneliti Nyamuk, Jadi Orang Berpengaruh 2021!Peneliti dan Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) peraih penghargaan Time 2021, Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D. (Dok. Istimewa)

Ketika ditanya perspektif tentang perempuan hebat, baginya, perempuan hebat adalah yang bisa menjalani apa yang ia putuskan untuk hidupnya dan kemudian bisa merintis jalan untuk ke sana. Jadi menurutnya, bila seseorang sudah memutuskan jadi ibu rumah tangga, itu sudah hebat karena ia membuat keputusan informed choice, kemudian dijalani dengan sangat baik. 

"Di usia muda, kita masih eksplorasi banyak hal, mungkin masih menggali passion kita di mana. Tetapi mungkin, akan menjadi investasi besar di awal adalah ketika memilih akan menekuni sesuatu. Mungkin itu science, musik, atau merintis startup atau apa pun itu, dan kemudian mereka bisa mengalokasikan waktu untuk sesuatu yang mereka inginkan, itu akan sangat besar pengaruhnya," tutupnya.

Sebagai generasi muda, mungkin kita masih punya banyak keinginan. Tapi kalau sudah memutuskan pilihan, maka lakukanlah yang terbaik dari yang bisa dilakukan dan jangan sampai nanggung. Satu pesan dari Prof Uut, "Kalau kita nanggung, kita tidak akan pernah sampai ke mana-mana."

Baca Juga: Kisah Asri Wijayanti Berdayakan Penjahit Lokal lewat Jahitin.com

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya