Hari Ibu Nasional 2020: Perempuan Bekerja Tidak Perlu Dilematis

#IDNTimesLife Agar peran ganda menyeluruh di segala bidang

Dalam rangka memperingati Hari Ibu Nasional 2020, Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE), Investing in Women, YouGov dan KemenPPPA , mengadakan webinar bertajuk 'Perempuan Bekerja Tidak Perlu Dilematis'. Acara ini berlangsung pada Selasa (24/11/2020) dengan narasumber Debby Alishinta selaku Ketua Pembina IBCWE, Bintang Puspayoga selaku Menteri PPPA, dan beberapa panelis yang memegang jajaran penting perusahaan. 

Webinar ini mengangkat isu yang masih menghinggapi perempuan seperti ketidaksetaraan hak di lingkungan kerja hingga dilema dari perempuan yang terpengaruh oleh norma dan gender yang berlaku di masyarakat. Berikut ulasan singkat yang telah disampaikan panelis dan narasumber. 

1. Partisipasi angkatan kerja pada kelompok kerja perempuan per Februari 2020 mengalami penurunan

Hari Ibu Nasional 2020: Perempuan Bekerja Tidak Perlu Dilematispexels.com/ CoWomen

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut partisipasi angkatan kerja pada kelompok kerja perempuan per Februari 2020, mengalami penurunan dari 55,6 persen menjadi 54,6 persen. Data ini berbanding terbalik dengan kelompok laki-laki yang masih lebih tinggi dari 82 persen menjadi 83 persen.

Ini berarti, masih ada banyak tantangan dalam dunia kerja yang dialami perempuan seperti kesamaan dalam pemenuhan hak, kesempatan dan perlakuan adil oleh perusahaan, serta memiliki kebebasan untuk mengembangkan diri tanpa dibatasi oleh stereotip atau bias gender.

Berangkat dari persoalan ini, Debby Alishinta, mengatakan bahwa IBCWE telah mengembangkan Gender Equality Assessment Resources Strategy yang membantu perusahaan untuk mengukur status kesetaraan gender. Beberapa area yang menjadi fokus adalah kesetaraan pada biaya pengupahan, komposisi gender, hingga proses perekrutan karyawan.

2. Sementara itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) perempuan lebih rendah dibanding laki-laki yaitu 68,63 persen berbanding 75,43 persen

Hari Ibu Nasional 2020: Perempuan Bekerja Tidak Perlu DilematisHari Ibu Nasional 2020 'Perempuan Bekerja Tidak Perlu Dilematis' Selasa. 24 November 2020. IDN Times/Fajar Laksmita

Berdasarkan data BPS tahun 2018, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) perempuan lebih rendah dibanding laki-laki, di mana sebesar 68,63 berbanding 75,43. IPM mengukur kualitas manusia dari tiga aspek penting, yaitu aspek kesehatan, aspek pendidikan, demikian juga aspek ekonomi. 

Dari sisi ekonomi, salah satu ketimpangan yang terlihat adalah pengeluaran per kapita yang disesuaikan antara laki-laki dibanding perempuan yang jauh berbeda, yaitu sebesar 15, 55 juta dibanding 9, 04 juta. Ketimpangan ini selalu terjadi selama periode 2010-2018.

Padahal, pasal 27 ayat 2 1945 telah menjamin bahwa tiap-tiap negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Artinya, memiliki pekerjaan yang layak adalah hak asasi manusia yang harus dijamin pemenuhannya bagi siapa pun, baik laki-laki maupun perempuan.

Bintang Puspayoga mengatakan, meskipun berbagai langkah dan upaya telah dilakukan pemerintah, tanpa adanya komitmen dan wujud kerja nyata dari dunia usaha, tentunya pengarusutamaan gender dalam dunia usaha tidak akan tercapai.

Dunia usaha harus memandang pekerjaannya sebagai aset yang paling berharga. Selain dari aspek pribadi, pemberdayaan perempuan juga akan memberikan dampak langsung pada kesuksesan bisnis perusahaan. 

3. Adanya norma sosial yang menghambat ekonomi perempuan, bisa dilakukan dengan aksi inovator dari early adopters

Hari Ibu Nasional 2020: Perempuan Bekerja Tidak Perlu DilematisHari Ibu Nasional 2020 'Perempuan Bekerja Tidak Perlu Dilematis' Selasa. 24 November 2020. IDN Times/Fajar Laksmita
dm-player

IBCWE bersama Investing Women dan YouGov yang didukung pemerintah Australia melakukan riset norma sosial yang menghambat ekonomi perempuan, khususnya kelompok urban millennial. Penelitian ini dilakukan pada Mei 2020 dengan mengambil 2000 responden di usia 18-40 tahun di perkotaan. 

Dari hasil penelitian ini, dihasilkan analisis regregasi menjadi tiga kelompok responden, yaitu ada previous generation (orang tua), current generation (berkeluarga dan memiliki anak), dan future generations  (belum menikah atau yang menikah namun belum memiliki anak). 

Pada previous generations ada sebanyak 27 persen orangtua berbagi pengasuhan anak dan 29 persen berbagi pekerjaan mencari nafkah secara merata. Untuk current generations menunjukkan 49 persen orangtua berbagi pengasuhan anak dan 28 persen berbagi pekerjaan mencari nafkah secara merata.

Sementara pada future generations menunjukkan 90 persen ingin berbagi pengasuhan anak dan 49 persen berbagi pekerjaan mencari nafkah secara adil. Kesimpulannya adalah semakin generasi lebih muda, maka semakin besar kemungkinan pengasuhan dan berbagi pekerjaan secara merata. 

Nisma Fadilah, Monitoring Evaluation and Learning Coordinator IBCWE, menyampaikan jika dari temuan ini, bisa dilakukan aksi seperti inovator dari early adopters. Di mana, kita bisa melakukan perubahan melalui generasi awal untuk mengubah di kurva selanjutnya karena mereka lebih progresif untuk melakukan apa yang menurut mereka baik secara demonstratif. 

Baca Juga: 7 Hak Pekerja Perempuan dalam Dunia Kerja, Kenali Semuanya

4. Dengan representasi gender yang lebih sehat, maka performa perusahaan jadi lebih baik

Hari Ibu Nasional 2020: Perempuan Bekerja Tidak Perlu DilematisHari Ibu Nasional 2020 'Perempuan Bekerja Tidak Perlu Dilematis' Selasa. 24 November 2020. IDN Times/Fajar Laksmita

Dalam diskusi ini, Febriany Eddy, Deputy CEO PT Vale Indonesia Tbk., mengaku bahwa pihak perusahaannya telah melakukan program inklusi yang menargetkan  tahun 2030, wanita memiliki peran ganda dan sisi leadership paling tidak 20 persen dari perusahaan.

"Hal ini dilakukan bukan karena tuntutan dunia atau 'Oh, ini yang orang expect dari kita'. Kami menyadari bahwa dengan representasi gender yang lebih sehat, kemudian performa perusahaan akan lebih baik. Kita lihat di departemen, di mana ada proporsi wanitanya, jadi pengambilan keputusan lebih baik. Aspek lebih banyak, solusi perubahan lebih besar di area yang lebih beragam. Ini bukan karena tuntutan, tapi nilainya sangat tinggi bagi perusahaan," tambah Febriany Eddy.  

5. Perusahaan bisa menambahkan program mentor leadership bagi perempuan untuk pelan-pelan menghilangkan bias

Hari Ibu Nasional 2020: Perempuan Bekerja Tidak Perlu DilematisHari Ibu Nasional 2020 'Perempuan Bekerja Tidak Perlu Dilematis' Selasa. 24 November 2020. IDN Times/Fajar Laksmita

Terkait dengan bias atau stereotip pekerjaan untuk perempuan dan laki-laki, Erik Meijer, Presiden Direktur Telkomtelstra, mengatakan bahwa masalah gender equality dalam perusahaan di bidang IT adalah sebuah tantangan sendiri.

Telkomtelstra merupakan bagian dari Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM), di mana talent di teknologi cukup terbatas dari sisi jumlah perempuan. Selain itu, adanya budaya yang masih mengatakan bahwa pekerjaan bidang IT hanya bisa dilakukan laki-laki merupakan sudut pandang yang harus dibenahi. 

"Sekarang justru menarik karena kita semua sudah biasa. Kita setiap hari ada teknologi, buat saya sudah menjadi kebiasaan. Jangan ragu sama kemampuan dan capability Anda sendiri. Jangan meragukan kemampuan, bias itu mulai dari kita sendiri. Jangan ragu, kita bikin sistem mentoring, women diberikan mentor leadership", tambah Erik Meijer. 

Hari Ibu Nasional 2020 justru menjadi pengingat bahwa masih banyak isu perempuan yang harus diperhatikan. Perjuangan mencapai kesetaraan perlu lebih masif. Hal ini tercapai dengan menghimpun kekuatan dari berbagai pihak terkait. 

Baca Juga: 5 Cara Ini Bisa Bikin Kamu Dapat Mentor Oke untuk Perkembangan Karier

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya