Kiprah Sharlini Memperkenalkan Microbiome lewat Nusantics

Sharlini hadir di Indonesia Millenial and Gen Z Summit 2022

Selama ini, banyak orang melihat bakteri, virus, dan jamur sebagai sumber penyakit. Namun, Sharlini Eriza Putri percaya bahwa mikroorganisme tersebut tidak perlu dihindari. Justru, kehadiran mereka bisa menciptakan ekosistem yang sehat lho! 

Penggambaran di atas menjelaskan microbiome, yakni keseimbangan mikroorganisme untuk menciptakan ekosistem yang sehat. Konsep ini sangat dipegang teguh oleh Sharlini hingga akhirnya menciptakan startup bernama Nusantics.

Tentunya, membangun startup berbasis ilmu sains ini gak mudah. Lantas bagaimana kiprah Sharlini mengenalkan microbiome pada masyarakat? Berikut kisah lengkapnya!

1. Sharlini mulai tertarik dengan konsep microbiome sejak melahirkan anak pertamanya

Kiprah Sharlini Memperkenalkan Microbiome lewat NusanticsSharlini Eriza Putri dalam Ngobrol Seru : New Normal or The Great Reset: Life After Pandemic COVID-19 IDN Times. ⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣youtube/IDN Times

Perempuan kelahiran 1987 ini, mulai mengetahui microbiome ketika awal bekerja di pabrik fermentasi. Dari pembuatan yogurt dan bio etanol, ia sadar bahwa bakteri ternyata juga penting untuk tubuh. 

Namun, ia baru benar-benar tertarik untuk lebih mempelajari konsep ini ketika memiliki bayi. Ia ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, sehingga mencoba mencari berbagai informasi untuk tumbuh kembang anaknya.

“Waktu lahiran, aku galau ini kualitas asinya bagus gak ya. Lalu, aku riset dan ketemulah paper bahwa tumbuh kembang bayi itu dipengaruhi oleh suatu jenis bakteri, yaitu bifidobacterium infantis yang penting banget untuk ekosistem. Bakteri ini bisa hidup kalau dia diberi makan ASI," ceritanya dalam wawancara khusus dengan IDN Times (18/6/2020).

Riset tersebut cukup membuatnya kaget karena saat bayi dahulu, ia mengonsumsi susu formula yang dipercaya memiliki banyak nutrisi. Padahal, susu tersebut bisa membunuh bakteri yang krusial untuk bayi.

2. Untuk mengenalkan microbiome kepada masyarakat, ia mendirikan Nusantics, startup di bidang teknologi genomika

Kiprah Sharlini Memperkenalkan Microbiome lewat NusanticsKantor Nusantics (instagram/nusantics)

Sharlini melihat bahwa microbiome itu sangat penting. Bersama dengan teman-temannya, ia mencoba untuk mengenalkan konsep tersebut pada masyarakat dengan membangun startup berbasis teknologi geonomika. Namun, mengenalkan paradigma baru pada masyarakat ini tidaklah mudah.

"Cukup sulit untuk memperkenalkannya pada masyarakat. Awalnya itu, kita punya lab yang bisa lihat gimana bikin bibit yang berkualitas dan lain-lain. Tapi susah, cost-nya mahal dan naikin brand juga susah. Untuk growing itu susah banget. Kalau ditanya jatuh bangunnya itu, ya harus gagal gagal dulu," ungkapnya.

Akhirnya, ia mencoba memperkenalkan microbiome dari sektor yang sangat dekat dengan masyarakat, yakni perawatan kulit wajah. Dari sinilah, Nusantics lahir. 

3. Lewat Nusantics, kamu bisa melakukan analisa microbiome kulit untuk memperoleh kulit yang sehat

Kiprah Sharlini Memperkenalkan Microbiome lewat NusanticsKantor Nusantics (instagram/nusantics)

Nusantics lahir dari penelitian terbaru yang melihat keterkaitan antara kulit sehat dengan keseimbangan microbiome dalam kulit wajah kita. Oleh karena itu, ia dan tim menciptakan metode swab kulit untuk melihat biodiversity dari microbiome wajah.

"Di Nusantics, ada swab kulit kayak swab test COVID. Kalau hasil swab microbiome udah bagus, berarti kulitnya sudah sehat," tutur perempuan berusia 33 tahun ini.

dm-player

Tidak seperti klinik kecantikan pada umumnya, Nusantic justru menyarankan konsumen untuk tidak memakai produk kecantikan ketika kulitnya sudah sehat. Pasalnya, ketika memakai berbagai produk kecantikan, kita malah bisa merusak keseimbangan microbiome dalam wajah.

"Kalau kita banyak pakai krim-krim, kita kayak kasih makan jamur. Makanya goals-nya kalau bisa gak usah pakai produk apa-apa sudah sehat," terangnya.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Sastia Prama Putri Menjadi Peneliti Kelas Dunia

4. Nusantics juga terlibat untuk membuat test kit COVID-19. Menurutnya, analisa microbiome kulit lebih sulit daripada virus tersebut

Kiprah Sharlini Memperkenalkan Microbiome lewat NusanticsAlat tes covid (east.vc)

Ketika virus COVID-19 mulai masuk ke Indonesia, Sharlini melihat metode tes COVID-19 ini serupa dengan apa yang mereka kerjakan di Nusantics. Oleh karena itu, Nusantics bergabung dengan East Venture dalam program Indonesia Pasti Bisa untuk membuat 1.000 test kit ke seluruh Indonesia.

"Analisis microbiome kulit tuh lebih susah daripada virus COVID-19. Kulit itu bakterinya bisa ratusan, bahkan ribuan. Tapi, kalau COVID kan cuma satu jenis virus aja," ungkapnya.

Proyek pembuatan 1.000 test kit ini pun sudah terselesaikan dalam waktu 3 minggu dan telah disebarkan di seluruh Indonesia. 

5. Dari microbiome, Sharlini percaya bahwa semua makhluk hidup berhak hidup. Ia berharap hal ini membuat kita selalu hidup menghargai alam

Kiprah Sharlini Memperkenalkan Microbiome lewat NusanticsTim Nusantics (east.vc)

"Kita ini ekosistem yang hidup. 50 persen dari badan kita itu sebenarnya microbiome, yaitu bakteri, virus, dan jamur. Selama ini seolah kita lawan mereka, padahal mereka ada di badan kita. Dan mereka ini fungsinya penting dan membentuk sistem imun kita juga," ungkap Sarjana Teknik Kimia ITB tersebut.

Melalui microbiome, ia belajar bahwa semua mahluk hidup memiliki perannya masing-masing dalam keseimbangan ekosistem. Dari sini, ia berharap manusia pun lebih menghargai alam.

"Aku harap semua orang paham bahwa di suatu ekosistem itu semua mahluk hidup berhak hidup termasuk bakteri dan virus. Jadi, kita itu harusnya hidup sederhana saja dan menghargai alam," tutupnya.

Sharlini Eriza Putri sendiri akan menjadi salah satu pembicara dalam Indonesia Millennial and Gen-Z Summit 2022, pada panggung Visionary Leaders yang diselenggarakan IDN Times.

Jika pada tahun-tahun sebelumnya acara ini diselenggarakan dengan nama Indonesia Millennial Summit, tahun ini IDN Media turut menjangkau para Gen-Z yang juga menjadi salah satu kelompok demografi terbesar dengan banyak potensi.

Indonesia Millennial and Gen-Z Summit akan dilakukan secara offline di The Tribrata, Dharmawangsa, Jakarta selama dua hari, 29-30 September 2022.

Mengusung tema 'Indonesia Fast Forward', acara ini akan menjadi platform bagi anak muda untuk bisa saling menginspirasi melalui berbagai macam kontribusi positif yang bisa diberikan bagi Indonesia.

Indonesia Millennial and Gen-Z Summit (IMGS) 2022 akan menghadirkan beragam sesi panel yang diisi oleh lebih dari 50 pembicara inspiratif di tiga panggung, yaitu Visionary Leaders, Future is Female, dan Talent Trifecta. Selain itu, akan ada pertunjukan hiburan di Entertainment Stage bagi para pengunjung.

Baca Juga: [WANSUS] Peneliti Oxford: Manusia Harus Belajar Hidup Bersama COVID-19

Topik:

  • Pinka Wima
  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya