Suara Hati dari Kami yang Bertahan dalam Kekerasan  

Tolong dengarkan kami!

Masih dalam rangka hari anti kekerasan terhadap perempuan, sebuah kampanye internasional dilakukan selama 16 hari dimulai dari 25 November hingga 10 Desember. Kampanye ini dibuat untuk mendukung perempuan yang mengalami kekerasan agar mampu bersuara dan memperoleh haknya untuk merasa aman.

IDN Times turut terlibat dalam kampanye anti kekerasan perempuan ini. Melalui akun instagram, IDN Times banyak mendapat kisah dari mereka yang bertahan dalam kekerasan. Ini rangkuman suara hati mereka, yang mungkin tak sempat diceritakan kepada orang-orang. 

1. Kami bertahan karena rasa sayang kami tulus

Suara Hati dari Kami yang Bertahan dalam Kekerasan  pexels/Tess Emily Seymour

Kadang bingung gak, sih? Kenapa banyak perempuan mampu bertahan dalam hubungan yang penuh kekerasan? Alasannya sesungguhnya sederhana. Mereka memiliki rasa sayang yang tulus. Alih-alih kesal dengan pasangannya, dia justru mencoba memaklumi. 

"Aku bertahan karena kasihan. Dia punya latar belakang broken home sehingga gak pernah benar-benar merasakan kasih sayang orangtua," papar N. 

Kalau kamu salah satu orang yang masih bertahan karena sudah sayang. Cobalah buat batas waktu sampai kapan kamu akan bersabar. Ingat, kamu juga berhak bahagia!

2. Tapi, terkadang kami juga terpaksa bertahan

Suara Hati dari Kami yang Bertahan dalam Kekerasan  pexels/kat jayne

Selain karena memiliki perasaan yang tulus. Beberapa dari mereka terpaksa bertahan karena keadaan. Apalagi, mereka yang sudah berkeluarga. 

"Anak dan Tuhan yang menguatkan saya untuk bertahan. Saya yakin ada jalannya," papar R. 

"Memilih bertahan karena faktor keluarga dia yang sangat baik. Saya juga gak mau anak saya lahir tanpa sosok Ayah," ungkap A. 

Apakah kamu salah satu di antara mereka yang terpaksa bertahan karena keadaan? Itu adalah pilihanmu untuk bertahan. Namun, apabila kamu sudah merasa tidak mampu untuk bertahan, segeralah pergi dari hubungan racun tersebut. Percaya bahwa pasti kamu akan diberi jalan keluar terbaik dari Tuhan. 

3. Meskipun begitu, kekerasan membuat kami trauma

Suara Hati dari Kami yang Bertahan dalam Kekerasan  pexels/pixabay

Perempuan yang bertahan dalam kekerasan bukan berarti kebal dengan perlakuan tersebut. Justru, mereka mengalami trauma yang sangat membekas. 

dm-player

"Untuk mengobati luka hati, aku pergi ke luar negeri dan rela menjadi TKW. Aku sangat trauma dengan pernikahan," papar T. 

"Aku harap kejadian seperti ini gak ada lagi. Ini benar-benar merusak mental dan masa depan," ujar O. 

Baca Juga: Kamu Bisa Lakukan Ini, pada Peringatan Hari Anti Kekerasan Wanita 

4. Kami butuh teman cerita. Namun adakah yang mau benar-benar mendengar kami?

Suara Hati dari Kami yang Bertahan dalam Kekerasan  unsplash/Matthew Henry

Ketika perempuan mengalami kekerasan, ia ingin meminta bantuan atau sekadar memiliki teman cerita. Namun, rasa takut dan malu terkadang menjadi penghalangnya untuk membuka suara. Kadang, perempuan juga tidak tahu kepada siapa ia harus bercerita? Ia takut bercerita kepada orang yang salah. 

"Saya gak berani cerita ke orangtua atau siapa pun karena benar-benar merasa malu dan down," ungkap AN. 

"Saya nangis, shock, bingung harus cerita sama siapa. Saya gak berani cerita sama keluarga," tutur W. 

"Aku sudah cerita sama keluargaku, terutama Ibuku. Tapi mereka seolah-olah gak percaya," keluh RS. 

5. Kami ingin dicintai dan dihargai

Suara Hati dari Kami yang Bertahan dalam Kekerasan  pixabay/radu_floryn22

Pada akhirnya, perempuan yang bertahan dalam kekerasan juga ingin dicintai dan dihargai. Hati kecil mereka masih berharap sang pelaku kekerasan berubah dan mau menghargai mereka. 

"Aku berharap dia bisa berubah setelah anak ini lahir. Semoga bisa mengubah segalanya dan anak memberi kami kebahagiaan," papar A. 

"Kita punya hak yang sama untuk dihargai, dicintai dan diperlakukan dengan baik. Cintai diri kita sendiri sebelum mencintai orang lain, girls!" tutur NT. 

Masih banyak di luar sana perempuan yang bertahan dalam kekerasan. Apabila kamu tahu salah satu perempuan tersebut, rangkul dia dan kuatkan dia. Dan apabila kamu termasuk sang korban kekerasan, mari berani bersuara dan berani melawan. Sebab, kamu juga berhak untuk bahagia! Jika kamu menemukan kasus kekerasan seksual di sekitarmu atau bahkan kamu mengalaminya sendiri, laporkan hal ini pada Komnas Perempuan melalui nomor 0213903963.

Baca Juga: Indonesia Masih Darurat Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya