5 Pelajaran Berharga yang Dipetik Perempuan setelah Perceraian

#IDNTimesLife Ini bikin mereka gak tergesa-gesa nikah lagi

Kuatnya budaya patriarki di masyakarat kerap kali membuat perempuan terlalu mengabdikan diri dalam pernikahan. Mereka kehilangan dunia dan kebebasannya setelah menjadi istri dan ibu. Akibatnya, ketika rumah tangga retak bahkan terjadi perceraian, kondisi psikis perempuan sering kali lebih goyah ketimbang laki-laki.

Perempuan perlu waktu lebih lama untuk sembuh dari rasa traumanya akan perkawinan. Setiap hari yang dilaluinya selepas perceraian berisi pelajaran-pelajaran berharga yang harus dicamkannya sampai kapan pun. Inilah yang mengisi benak banyak perempuan setelah menyandang status barunya.

1. Semua indah pada awalnya, tapi akhirnya siapa yang tahu?

5 Pelajaran Berharga yang Dipetik Perempuan setelah Perceraianilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro)

Inilah yang kerap membuat perempuan ragu bahkan tidak tertarik untuk kembali menjalin hubungan asmara. Cinta yang pernah melambungkannya juga menjadi sumber dari kerapuhan hatinya. Perempuan ngeri membayangkan setelah masa-masa indah dalam hubungan habis, apa yang tersisa bagi mereka?

Jika yang ada tinggal penderitaan, mereka lebih suka menghindari komitmen lagi dengan lawan jenis. Penderitaan yang disisakan dari hubungan asmara kerap kali berlipat-lipat dari kebahagiaan yang pernah direguk bersama pasangan.

2. Menyayangi diri juga penting, terlepas dari omongan miring orang

5 Pelajaran Berharga yang Dipetik Perempuan setelah Perceraianilustrasi perempuan (pexels.com/cottonbro)

Tidak mudah bagi perempuan sampai pada keputusan berpisah dari pasangannya. Apalagi dengan adanya anak-anak. Akan tetapi, ketika hal ini tak terelakkan lagi, mereka harus menebalkan telinga dari berbagai komentar miring orang.

Perempuan menggarisbawahi kenyataan bahwa tidak selalu perempuan dalam posisi saling mendukung. Dalam kasus berakhirnya rumah tangga misalnya, perempuan tak jarang menghadapi cibiran dari kaumnya sendiri. Namun, sejauh mereka yakin bahwa perpisahan adalah yang terbaik untuknya dan anak-anak, mereka akan belajar mengabaikan cibiran itu dan melanjutkan hidup.

Baca Juga: 5 Cara Menyelamatkan Pernikahan yang Sudah di Ambang Perceraian, Sabar

3. Pentingnya kemandirian finansial guna melanjutkan hidup bersama anak-anak

dm-player
5 Pelajaran Berharga yang Dipetik Perempuan setelah Perceraianilustrasi orangtua tunggal (pexels.com/Jep Gambardella)

Seperti disinggung di awal, perempuan kerap kehilangan dunia dan kebebasannya setelah menikah. Dalam hal ini termasuk dunia kerja serta kebebasannya dalam mengaktualisasikan diri di luar rumah. Setelah perceraian terjadi, perempuan sering terseok-seok memulai kehidupan barunya.

Adanya anak-anak satu sisi menjadi tambahan ujian bagi perempuan. Namun, di sisi lain juga merupakan sumber kekuatan untuk perempuan lekas bangkit dan berjuang menata kembali hidupnya. Dalam situasi seperti ini, perempuan menyadari sepenuhnya pentingnya pekerjaan sebagai bagian dari pengamanan atas masa depan dirinya dan anak-anak.

4. Saudara dan teman saja mungkin sudah cukup, tak harus ada pasangan lagi

5 Pelajaran Berharga yang Dipetik Perempuan setelah Perceraianilustrasi dua perempuan (pexels.com/PNW Production)

Bagaimana perempuan mengisi hari-harinya setelah tak lagi menjadi seorang istri? Selain dengan mencari nafkah dan mengurus anak bila telah memilikinya, perempuan biasanya juga memberikan perhatian besar mereka pada pertemanan dan keluarga besar.

Hal-hal di atas rasanya cukup untuk menyemarakkan kehidupannya. Walau ketiadaan pasangan membuat ada satu titik di hatinya yang kosong, tempat-tempat lain yang terisi oleh teman serta saudara membuat perempuan sering kali sudah puas. 

5. Perceraian bukan cita-cita, tetapi belajar untuk tidak menyalahkan diri kadang tak mudah

5 Pelajaran Berharga yang Dipetik Perempuan setelah Perceraianilustrasi perempuan (pexels.com/Marcus Aurelius)

Lagi-lagi, dalam budaya patriarki banyak kesalahan terkait rumah tangga dibebankan pada perempuan. Saat terjadi perceraian, tak sedikit orang yang menuding perempuannya kurang bisa mengalah. Atau, mengapa istri tidak menurut saja pada apa pun kehendak suami agar perceraian tak terjadi.

Tudingan-tudingan dari orang-orang di sekitar inilah yang bisa membuat perempuan sibuk menyalahkan diri. Sekalipun mereka tahu benar apa yang sesungguhnya terjadi dalam perkawinan, di lain pihak mereka berpikir jangan-jangan tuduhan orang lainlah yang tepat.

Dalam situasi pasca perceraian, perempuan membutuhkan banyak dukungan supaya dapat meneruskan kehidupannya dengan baik sembari mengatasi rasa trauma yang mungkin ada. Sebagai orang terdekat, kita bisa memulainya dari sikap sesederhana tidak menghakimi status jandanya atau menjadikannya olok-olok. 

Baca Juga: 5 Masalah Sepele di Pernikahan yang Memicu Perceraian

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ines Sela Melia

Berita Terkini Lainnya