Kisah Yolanda Eka Safitri dalam Memperjuangkan Kesetaraan Gender

#IDNTimesLife Ia bersikeras agar RUU PKS segera disahkan

Yolanda Eka Safitri adalah seorang aktivis perempuan yang giat dalam memperjuangkan isu-isu kesetaraan gender dan feminisme. Dirinya aktif di berbagai organisasi, seperti Lingkar Studi Feminis dan Perempuan Mahardika.

Selain itu, dalam ceritanya bersama IDN Times pada Jumat (5/3/2021), ia juga berusaha membangun sebuah platform untuk ruang berkreasi para perempuan dengan nama Coretan Puan. Penasaran dengan kisahnya? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

1. Yolanda membangun sebuah platform berbasis blog bernama Coretan Puan sebagai tempat perempuan berkreasi

Kisah Yolanda Eka Safitri dalam Memperjuangkan Kesetaraan Genderinstagram.com/yesasey95

Coretan Puan merupakan platform berbasis blog yang dibuat oleh Yolanda bersama 3 founder lain dengan tujuan membuat suatu wadah untuk tempat perempuan berkreasi maupun bertukar informasi dan wawasan. Platform ini sendiri menampung tulisan yang dibuat oleh perempuan mana pun, baik berupa opini, artikel, puisi, dan sebagainya.

"Motivasi dasarnya lebih ke arah media perempuan karena memang masih sangat sedikit yang aku lihat. Selain itu, banyak perempuan yang belum bebas mengeluarkan pendapatnya, masih belum berani untuk menyuarakan apa yang dia suarakan," terangnya.

Dalam upayanya ini, Yolanda berharap agar nantinya tulisan yang dibagikan dalam Coretan Puan dapat meningkatkan semangat perempuan lain untuk berkarya dan berkontribusi.

"Jadi memang harapannya, ada nih sebuah blog yang bisa membangkitkan semangat perempuan-perempuan yang ingin berpendapat dan berkreasi. Ingin meningkatkan semangat mereka lah pokoknya, bahwa mereka juga layak untuk berkarya, berkontribusi," tuturnya.

2. Dalam memperjuangkan kesetaraan gender, dirinya menyayangkan bila masih banyak orang yang salah mengartikan perilaku feminis

Kisah Yolanda Eka Safitri dalam Memperjuangkan Kesetaraan Genderinstagram.com/yesasey95

Memperjuangkan kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki bukanlah perihal yang mudah. Salah satu hambatannya menurut Yolanda adalah masih banyaknya orang yang salah mengartikan perilaku feminis.

"Waktu itu, yang sempat heboh di Twitter, yang membawakan bekal untuk suami. Ada yang bilang katanya feminis, tapi kenapa masih mau bawa bekal? Padahal konsep dari feminisme itu mencari kesadaran seseorang untuk mencapai keadilan. Jadi, selama kita sadar mengambil keputusan tanpa adanya tekanan atau doktrin dari mana pun, ya lakukan apa yang kamu mau. Termasuk perempuan itu membawakan bekal untuk pacarnya atau suaminya," kata Yolanda.

"Beda dengan orang yang memaksa perempuan untuk mengerjakan pekerjaan utamanya dengan pekerjaan dapur. Itu berbeda. Ini lebih tentang kesadaran dan kemauan perempuan tanpa adanya tekanan, dorongan, atau paksaan," lanjutnya.

Menurut Yolanda, feminis adalah orang yang menganut paham feminisme, di mana ia berusaha untuk berjuang dan mencapai keadilan yang seadil-adilnya. "Feminis itu lebih ke orang, feminisme itu paham yang dibawa oleh si feminis. Buat aku, feminis itu orang yang menganut paham feminisme. Artinya, menjadi seorang feminis, kita harus berusaha, berjuang untuk mencapai keadilan yang seadil-adilnya," jelasnya.

3. Ia juga menegaskan bila untuk memperjuangkan feminisme, bisa dimulai dari kesadaran diri sendiri

Kisah Yolanda Eka Safitri dalam Memperjuangkan Kesetaraan Genderinstagram.com/yesasey95

Ketika ditanya perihal cara memperjuangkan feminisme, ia menuturkan bila hal tersebut bisa dimulai dari kesadaran diri sendiri. "Mulailah berani untuk mengungkapkan diri kita sendiri yang sejujur-jujurnya. Kalau kamu lagi sedih dan pengin nangis, ya udah perasaan kamu valid, bukan lemah," ucap perempuan berusia 26 tahun itu.

Selain itu, ia juga berpesan pada perempuan-perempuan lain agar merasa layak untuk bertanding dengan laki-laki. Meskipun masih banyak doktrin tentang paham patriarki, namun kamu masih tetap bisa berkompetisi secara adil dengan laki-laki.

"Sampai sekarang, masih ada perempuan yang merasa gak layak untuk bertanding dengan laki-laki karena doktrin dari patriarki yang mengutamakan laki-laki untuk menjadi pemimpin. Nah, itu bisa kok laki-laki membantu perempuan untuk sadar! Yuk, sama-sama kita bersaing dengan baik! Kita layak, kok bertarung dengan seadil-adilnya," ujarnya.

Baca Juga: Kisah Cinta Sejati, 12 Pasangan Artis Indonesia Terpisah oleh Maut

dm-player

4. Selain itu, menurutnya, hal dasar dalam kesetaraan gender berkaitan erat dengan keberadaan dan prestasi perempuan

Kisah Yolanda Eka Safitri dalam Memperjuangkan Kesetaraan Genderinstagram.com/yesasey95

Dalam memperjuangkan kesetaraan gender, setiap orang tentu memiliki tuntutan yang berbeda-beda. Namun, bagi Yolanda sendiri, tuntutan perempuan berkaitan erat dengan keberadaan dan prestasi mereka yang harus diakui.

Hal ini karena kebanyakan orang masih menganalogikan sebuah pekerjaan berdasarkan gender mereka. Karenanya, apa yang dilakukan oleh seorang perempuan pada umumnya, biasanya dianggap sebagai hal wajar.

"Perempuan yang bisa memasak, meskipun sebelumnya dia gak bisa masak dan harus belajar, gak pernah diapresiasi karena orang-orang patriarki menganggap jika itu memang sudah tugas dari seorang perempuan. Ini yang bikin perempuan gak berkembang. Karena apa pun yang mereka lakukan, gak dihargai dan tidak pernah dianggap sebagai suatu pencapaian," tegasnya.

"Beda sama laki-laki, apa pun yang dikerjakan dianggap sesuatu yang waw. Seperti mengasuh anak. Padahal sudah sejatinya orangtua, ayah dan ibu mengurus seorang anak bersama-sama, gak hanya diberatkan oleh seorang ibu. Tapi realitasnya, gak seperti itu kan? Kalau ada suami yang mengurus anak pasti langsung dipuji-puji," tambahnya.

5. Sayangnya, perempuan berisiko tinggi menjadi korban kekerasan seksual. Bahkan, rumah yang dianggap aman bisa jadi tempat kekerasan seksual

Kisah Yolanda Eka Safitri dalam Memperjuangkan Kesetaraan Genderinstagram.com/yesasey95

Selain memperjuangkan kesetaraan gender, saat ini Yolanda tengah memperjuangkan RUU PKS agar segera disahkan. Ini karena isu tentang kekerasan seksual, terutama bagi perempuan, bukan lagi masalah yang berada di kelas nasional, melainkan masalah internasional.

Buktinya, selama masa pandemik ini, kasus kekerasan terhadap perempuan mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Bahkan, kasus kekerasan tersebut banyak ditemui terjadi di dalam ranah rumah tangga. 

"Katanya, rumah kan tempat paling aman untuk manusia, tetapi buktinya apa? Kasus-kasus kekerasan yang sekarang terjadi justru banyak ditemui di dalam ranah rumah tangga. Berarti ini kan sudah sangat krusial. Apa yang sekarang ini tampak, hanya seperti permukaan gunung es, yang di dalamnya tuh masih banyak lagi yang belum kita tahu," jelasnya.

Selain itu, tidak adanya hukum yang jelas mengatur tentang kekerasan seksual, terkadang membuat korban merasa gak nyaman dan harus menghadapi stigma serta tekanan dari berbagai lapisan masyarakat.

"Kondisi dan situasinya gak aman untuk korban bercerita. Mereka menghadapi stigma dan tekanan. Kita masih tetap berjuang bagaimana RUU PKS ini disahkan secepat mungkin karena sudah bukan masalah yang biasa. Ini masalah yang serius," tegasnya.

6. Terkait kekerasan seksual, Yolanda menegaskan bila RUU PKS adalah kunci yang bisa menangani permasahan tersebut

Kisah Yolanda Eka Safitri dalam Memperjuangkan Kesetaraan Genderinstagram.com/yesasey95

Berbicara tentang kekerasan seksual, pasti erat kaitannya dengan RUU PKS. Hal ini jelas karena RUU PKS dianggap sebagai kunci utama untuk menangani berbagai macam permasalahan terkait kekerasan seksual.

Yolanda pun beranggapan sama dan menjelaskan jika RUU PKS sangat penting, bahkan memiliki skala prioritas yang tinggi untuk segera disahkan. Sebab, RUU PKS sendiri berfokus pada penanggulangan dan pemulihan korban serta tersangka agar tidak melakukan kesalahan yang sama.

"Fokus utama RUU PKS itu adalah penanggulangan dan pemulihan korban. Itu yang diutamakan. Selain itu, ada pula proses penanggulangan terhadap tersangka supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama. Itu ada di RUU PKS. Sudah lengkap, sudah rinci, fokusnya jelas," terangnya.

Demikian kisah Yolanda Eka Safitri dalam memperjuangkan kesetaraan gender, feminisme, dan pengesahan RUU PKS. Semoga ceritanya bisa menjadi inspirasi bagimu, ya!

Baca Juga: Kisah Putri Dwiandari dan Kepedulian pada Komunikasi Ibu-Anak

Topik:

  • Muhammad Tarmizi Murdianto
  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya