IWD 2020: Liliek Sulistyowati Tak Lelah Melawan Diskriminasi HIV/AIDS

#IWD2020 #EachForEqual

Memeringati International Women's Day yang jatuh di bulan Maret, IDN Times menggelar acara dengan tema #EachForEqual. Diselenggarakan di kantor IDN Media Creative Lab Surabaya pada 7 Maret 2020, acara ini menghadirkan Tri Rismaharini selaku walikota Surabaya dan lebih dari 20 pembicara wanita inspiratif di berbagai bidang yang akan menceritakan perjuangan masing-masing dalam mewujudkan #EachForEqual.

Acara ini menyisakan berbagai kisah menarik, salah satunya datang dari Liliek Sulistyowati, pendiri Yayasan Abdi Asih. Perempuan yang lebih akrab disapa Vera ini menceritakan kisahnya mengurus anak-anak dengan HIV/AIDS di hadapan para audiens yang hadir di Surabaya Creative Lab. Seperti apa kisahnya?

1. Merawat anak-anak dengan HIV/AIDS adalah bagian dari tanggung jawabnya

IWD 2020: Liliek Sulistyowati Tak Lelah Melawan Diskriminasi HIV/AIDSIDN Times/Abraham Herdyanto

Sebenarnya, Vera tidak ingin menceritakan kesulitan yang ia alami. Sebab, ini adalah bagian dari tanggung jawabnya merawat anak-anak dengan HIV/AIDS. Tak terhitung berapa banyak keluarga yang membuang anak atau cucu dalam kondisi buruk akibat HIV/AIDS dan ia merawatnya dengan sepenuh hati.

"Anak-anak kecil yang ingin bermain, bisa diusir. Malam juga tidak bisa tidur kalau ada anak yang sakit," tutur Vera menceritakan kisah pilu dalam merawat anak-anak penderita HIV/AIDS setiap hari.

Meski banyak mengalami perlakuan diskriminatif, Vera mengaku tidak lelah dan ikhlas menerima. Menurutnya, ini adalah bagian dari perjuangan dalam merawat anak-anak dengan HIV/AIDS.

Baca Juga: IWD 2020: 6 Pembicara di Sesi Literasi IWD 2020 by IDN Times

2. Namun, seringkali ia memperoleh perlakuan negatif dari masyarakat

dm-player
IWD 2020: Liliek Sulistyowati Tak Lelah Melawan Diskriminasi HIV/AIDSIDN Times/Nena Zakiah

Tidak sedikit perlakuan negatif yang ia terima dari sekitar. Misalnya, sering dihadapkan dengan rapat RT karena warga tidak suka ada anak-anak penderita HIV/AIDS di lingkungan tempat tinggal mereka. Bahkan, ia bisa diludahi oleh orang yang tidak suka dengannya.

"Belum lagi kalau anak penderita HIV meninggal, harus segera dikubur walau tengah malam. Di kuburan pun kami harus bertengkar karena anak-anak HIV/AIDS tidak boleh dikubur di sana," ungkapnya dengan nada yang emosional.

Saat diperbolehkan dikubur di sana pun, kuburannya harus diberi tanda Mr. X, tidak boleh menunjukkan identitas aslinya. Menurutnya, ini karena masyarakat belum paham tentang HIV/AIDS dan pemerintah punya kewajiban untuk membantu agar masyarakat mengerti.

3. Namun, ia tidak menyerah dan terus berjuang untuk merawat anak-anak dengan HIV/AIDS

IWD 2020: Liliek Sulistyowati Tak Lelah Melawan Diskriminasi HIV/AIDSIDN Times/Nena Zakiah

Vera menghidupi anak-anak asuhnya di Yayasan Abdi Asih dengan hasil keringatnya sendiri. Ia berjualan nasi dari pukul 04.00-09.00 di depan rumahnya dan mengandalkan hasil berjualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Apa yang orang lain katakan, saya tidak peduli. Tidak banyak orang yang menginjak tempat kami. Sampai saya menutup mata, saya tidak akan pernah meninggalkan pekerjaan ini," tegas Vera.

Acara International Women's Day bertema#EachForEqual merupakan pertemuan independen yang diinisiasi oleh IDN Times sebagai komitmen untuk mengapresiasi para perempuan yang memperjuangkan kesetaraan hak di berbagai bidang.

Baca Juga: Mengenal Sosok Liliek Sulistyowati, Pahlawan bagi Anak-Anak ODHA

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya