Mengenal Sosok Liliek Sulistyowati, Pahlawan bagi Anak-Anak ODHA

#AkuPerempuan Anak-anak ODHA dirawat dengan kasih sayang

Surabaya, IDN Times - Pukul empat sore, matahari mulai meredup di kawasan Surabaya Selatan. Belum selesai memarkirkan motor, S, bocah laki-laki berusia lima tahun berlari-larian menyambut saya.

Ia menunjukkan rasa penasarannya lewat pertanyaan-pertanyaan polos khas anak-anak. "S memang rasa ingin tahunya tinggi, Mbak," ujar salah seorang perempuan yang ikut mengurus Yayasan Abdi Asih.

Pendiri Yayasan Abdi Asih, Liliek Sulistyowati atau lebih akrab disapa Vera, masih berada di luar. Saya menunggu sebentar. Tak kurang dari 10 menit, ia datang. Perempuan berusia 60 tahun ini, pun bersedia membagikan kisahnya kepada IDN Times.

1. Sering berpindah-pindah tempat tinggal

Mengenal Sosok Liliek Sulistyowati, Pahlawan bagi Anak-Anak ODHAIDN Times/Nena Zakiah

Kami duduk di ruang tamu bagian luar, tak jauh dari gerobak tempat ia berjualan nasi setiap pagi. Yayasan Abdi Asih kini terletak di Jl. Dukuh Kupang Timur XI No. 41 Surabaya.

Sebelumnya, yayasan ini telah berpindah-pindah lokasi. Vera mengaku bahwa tempat tinggalnya saat ini mengontrak, mungkin hingga 1-2 tahun mendatang.

Di tempat inilah, ada empat anak-anak tinggal dengannya, terdiri dari tiga anak perempuan dan satu anak laki-laki, dengan rentang usia 3-7 tahun. Menurut perempuan kelahiran Ujung Pandang, 20 Mei 1959 ini, tiga anak tersebut positif AIDS, sementara anak perempuan berinisial A yang berusia empat tahun, hasil tesnya dinyatakan negatif HIV.

2. Anak-anak ini terinfeksi HIV dari orang tuanya

Mengenal Sosok Liliek Sulistyowati, Pahlawan bagi Anak-Anak ODHAIDN Times/Nena Zakiah

Sembari menghela napas, Vera mengatakan bahwa anak-anak ini mendapatkan virus HIV dari orang tuanya. Hal ini bermula dari suami yang berganti-ganti pasangan di luar tanpa memakai pengaman.

Mereka tak sadar jika telah membawa virus HIV. Lalu, mereka berhubungan badan dengan istrinya dan jika istrinya mengandung, ia menularkan virus tersebut ke anaknya.

Ketika dilahirkan, anak itu terinfeksi dengan virus HIV. Kebanyakan orangtua anak-anak di sini, telah meninggal karena HIV.

Sementara, keluarga atau kakek neneknya pun enggan merawat. Mau tak mau, anak-anak itu dirawat olehnya. Bahkan, terkadang Vera ikut merawat ibu sang anak yang sakit-sakitan sampai meninggal.

3. Berbagai bentuk diskriminasi pun pernah dirasakan

Mengenal Sosok Liliek Sulistyowati, Pahlawan bagi Anak-Anak ODHAIDN Times/Nena Zakiah

Bukan sekali dua kali Vera beserta anak-anak asuhnya mengalami diskriminasi. Salah satu anak yang ia rawat, bahkan ditolak oleh masyarakat di daerah asalnya.

"Contohnya, N dari Papua. Bapak dan ibu kandungnya meninggal di sana. Waktu pulang ke desanya, ia ditolak oleh masyarakat dan dipaksa tinggal di kandang kambing," ujar Vera.

Sementara itu, ia juga pernah memberikan makanan ke tetangga di sekitar tempatnya tinggal. Tetapi, makanan itu justru dikembalikan dengan alasan takut tertular HIV.

"Bahkan, ada yang dibuang di depan mata saya. Tapi, apa saya harus sakit hati? Tidak! Saya anggap itu adalah ketidaktahuan mereka, karena mereka belum mengerti," jelas Vera.

4. Merawat anak-anak ODHA perlu perhatian khusus

Mengenal Sosok Liliek Sulistyowati, Pahlawan bagi Anak-Anak ODHAIDN Times/Nena Zakiah
dm-player

Saat obrolan sedang berlangsung, tak jarang anak-anak asuh Vera berlarian dan merajuk meminta perhatian padanya. Vera memperlakukan mereka dengan sabar, layaknya anak sendiri.

"Merawat anak-anak ODHA perlu perhatian khusus. Mereka harus rutin minum obat antiretroviral (ARV) setiap pagi dan sore," terang Vera.

Biasanya, Vera memberi obat ARV pada pagi hari pukul 07.00 dan malam di jam 19.00. Mereka juga harus menghindari makanan tertentu, seperti ayam karena bisa membuat mereka bernanah.

"Jika ada penyakit yang sudah mengarah ke sana, dosis obat akan ditambah menjadi 6 kali sehari," ujar perempuan yang mengaku mengidolakan R.A. Kartini ini.

Baca Juga: Nitchii: Perempuan Hebat Itu Tidak Menjatuhkan Perempuan Lain

5. Untuk memenuhi kebutuhannya, Vera berjualan nasi setiap hari

Mengenal Sosok Liliek Sulistyowati, Pahlawan bagi Anak-Anak ODHAIDN Times/Nena Zakiah

Perjuangan Vera tak berhenti di situ. Ia memutuskan untuk berdiri di atas kakinya sendiri dan pantang mengemis pada pihak lain.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, Vera mendapatkannya dari berjualan nasi. "Saya jam satu malam sudah bangun, berjualan nasi di depan teras rumah, yang penting bisa membiayai anak-anak," tuturnya.

Uang yang ia peroleh digunakan untuk membelikan pampers dan susu untuk anak-anak asuhnya. "Untuk menjalankan yayasan ini, saya juga tidak dibantu pemerintah. Saya tidak pernah membuat proposal yang mengatasnamakan anak-anak ini," tegas Vera.

Meski bukan darah dagingnya, Vera mengaku ikhlas. Ia memperlakukan mereka seolah-olah anaknya sendiri.

6. Berkat dirawat dengan penuh kasih sayang, anak-anak ini bisa hidup di luar perkiraan usianya

Mengenal Sosok Liliek Sulistyowati, Pahlawan bagi Anak-Anak ODHAIDN Times/Nena Zakiah

Empat anak yang ia asuh berusia antara 3-7 tahun. Salah satu anak berinisial S, pernah diprediksi usianya hanya bertahan hingga 2 bulan saja.

Tetapi, buktinya sampai sekarang S bisa menginjak usia lima tahun, hal yang tak pernah ia prediksi akan terjadi. "Tidak hanya perlu dikasih makan, anak-anak juga perlu diberi kasih sayang," ungkapnya.

Anak-anak ini hidup layaknya anak pada umumnya. Mereka juga bersekolah dan mengaji setiap sore.

"Guru ngaji dipanggil dan datang setiap jam 15.30 di hari Senin-Kamis. Hari Jum'at sampai Minggu libur," terang Vera. Sayangnya, menurut Vera, anak-anak ini paling lama bertahan hidup hingga usia 8 tahun saja.

7. Ia pun tak lelah memberi edukasi tentang HIV

Mengenal Sosok Liliek Sulistyowati, Pahlawan bagi Anak-Anak ODHAIDN Times/Nena Zakiah

Di akhir kisah, Vera menuturkan bahwa ada banyak orangtua dan keluarga yang hendak menitipkan anak-anaknya yang terkena HIV. Namun, sebisa mungkin ia memberi pemahaman bahwa HIV tidak akan menular apabila ditangani dengan baik.

"Saya sudah puluhan tahun merawat anak-anak ODHA dan tidak tertular," ujarnya. Sebisa mungkin, anak-anak itu dirawat oleh orangtua atau keluarganya dulu dan tidak buru-buru dititipkan kepadanya.

"Lagipula, anak-anak tidak bisa memilih dari orangtua mana ia akan dilahirkan. Itu bukan ujian untuk anak, tetapi ujian bagi kita sebagai orang dewasa, apakah peduli atau tidak," tutup Vera dengan senyuman.

Baca Juga: Kisah Driver Ojek Online, Ratna Wulan "Si Ratu Aspal" Pejuang Keluarga

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya