Kisah Andrea Neysa Menginisiasi Gerakan Indonesia Bebas Bully

Andrea juga pernah menjadi korban bullying

Fenomena bullying di Indonesia memang sudah memasuki tahap yang lebih serius. Setiap tahunnya selalu ada berita dari kasus bullying. Bahkan, banyak juga korban bullying yang mendapatkan dampak cukup parah dari stres, depresi, bahkan kematian. Namun, sayangnya, masih banyak juga masyarakat yang kurang aware dengan fenomena bullying ini.

Berangkat dari masalah tersebut, akhirnya Andrea Neysa Ardelia membangun dan menggagas gerakan Indonesia Bebas Bully (IBB). Gerakan tersebut sebagai bentuk kepedulian Andrea terhadap kasus bullying yang terus terjadi. Dalam wawancara langsung bersama IDN Times pada Senin (13/02/2023) melalui daring, Andrea membagikan kisahnya selama membangun gerakan Indonesia Bebas Bully.

1. Sebelum membangun komunitas IBB, Andrea ternyata pernah menjadi korban bully

Kisah Andrea Neysa Menginisiasi Gerakan Indonesia Bebas BullyAndrea Neysa Ardelia, Founder gerakan Indonesia Bebas Bully (IBB). (dok. Andrea Neysa Ardelia)

Andrea melihat bullying sebagai kasus yang sangat serius. Andrea pun ternyata pernah menjadi korban bullying semasa sekolahnya. Sehingga, ia sudah paham bagaimana rasanya menjadi korban bullying. Dampaknya pun ternyata gak main-main. Itulah mengapa, Andrea merasa kasus bullying ini memang penting dan cukup kritis.

"Indonesia Bebas Bully dibangun atau terbentuk pada Oktober 2020. Aku membangun IBB sendirian dan tanpa paksaan, pure dari keinginan, minat, serta pengalamanku. Karena aku adalah korban bullying dari kecil. Dari kecil aku sudah mengalami berbagai macam bentuk bullying, mulai dari fisik, verbal, mental, dan lain-lain," tutur Andrea.

Perundungan yang diterima oleh Andrea pun cukup parah. Andrea mengalami bullying sejak SD, SMP, hingga SMA. Selama masa sekolahnya, Andrea mendapatkan bully secara verbal dan fisik. Menurut Andrea, pertama kali dirinya di-bully adalah karena penampilan fisiknya.

"Ketika aku masuk SD, aku baru tahu apa itu bullying. Pertama kali kena bullying itu karena aku jelek, gigiku tonggos. Itu akhirnya jadi bahan bully semua orang. Bullying pertama yang aku terima adalah verbal. Lalu, merambat ke fisik, bahkan rambutku pernah digunting juga," ujar Andrea.

Hal tersebut berlanjut pula sampai Andrea masuk ke bangku SMP dan SMA. Di SMA, bully yang diterima Andrea bentuknya adalah verbal. Andrea sering mendapatkan hinaan, cemoohan, bahkan pernah juga difitnah oleh kawan-kawannya.

"Aku sering dikata-katain dan diteror. Masuk SMA, bully yang aku dapatkan makin keras. Aku pernah difitnah hamil, sampai separah itu. Puncak paling parah dari bullying yang aku dapatkan adalah kelas 9 SMP. Jadwal aku udah full banget dan aku juga di-bully serta mengalami pelecehan seksual. Di saat itu juga, aku akhirnya mulai self-harm atau menyakiti diri sendiri. Ketika aku down, aku merasa gak bisa mengekspresikan itu kepada orang lain dan self-harm adalah solusi satu-satunya saat itu," katanya.

Itulah mengapa Andrea selalu menekankan bahwa dampak bullying memang sangat parah. Karena ia pun merasakan dampaknya bagi dirinya sendiri. Bukan hal yang mudah baginya untuk berdamai dengan keadaan tersebut. Terlebih, bully yang didapatkan oleh Andrea pun sudah sangat intens dan parah.

2. Andrea melewati proses yang panjang untuk berdamai dengan keadaan

Kisah Andrea Neysa Menginisiasi Gerakan Indonesia Bebas BullyAndrea Neysa Ardelia di kegiatan kampus Universitas Diponegoro (dok. Andrea Neysa Ardelia)

Bagi Andrea, berdamai dengan keadaan memang bukan hal yang mudah. Namun, Andrea tetap harus melakukan hal tersebut untuk melanjutkan kehidupannya. Titik balik Andrea adalah ketika masa SMA, Andrea mulai belajar berdamai dan akhirnya membangun gerakan IBB atau Indonesia Bebas Bully. Sejak saat itu, Andrea mulai menyibukkan dirinya dengan berbagai hal.

Kini, Andrea merupakan mahasiswa Psikologi di Universitas Diponegoro dan aktif juga di BEM Psikologi Universitas Diponegoro sebagai staf muda. Andrea juga aktif di kegiatan luar kampus, misalnya sebagai Founder di IBB. Selain itu, Andrea aktif sebagai ketua Ikatan Alumni Global Islamic School (GIS) 2023-2025 dan beberapa volunteer. Misalnya seperti content creator di Psylution Indonesia dan intern di PT. Rumah Konsul Indonesia sebagai PR (Public Relation).

Salah satu hal yang memengaruhi Andrea untuk mencapai perubahannya adalah prinsip stoikisme. Saat ini, aliran filsafat stoikisme memang tengah ramai diperbincangkan. Menurut Andrea, stoikisme ternyata sangat mampu mengubah hidup seseorang.

"Hidup gak selamanya mulus, pasti ada naik turunnya. Dengan kita menyadari dan menerima itu, jadi kita juga gak banyak pikiran. Sejak aku mengaplikasikan aliran stoikisme, hidupku jadi lebih tenang. Aku jadi benar-benar fokus terhadap diri sendiri, apa yang mau aku gapai dan kejar. Aku juga gak terlalu banyak overthinking dan khawatir. Dengan stoikisme, aku menjadikan bullying sebagai batu loncatan untuk membuatku lebih baik. Akhirnya, aku sekarang bisa membangun IBB. Jadi, aku memutarbalikkan kesedihanku dan menerima itu sebagai bagian dari hidup," jelas Andrea.

Bagi Andrea, stoikisme bukan berarti kita menyerah dan pasrah. Namun, menyadari bahwa kesedihan, kegagalan, dan jatuh bangun adalah bagian dari hidup. Sejak saat itulah, Andrea mulai bisa memaknai kehidupannya dan mulai berdamai dengan keadaan. Sejak saat itu pula, akhirnya Indonesia Bebas Bully (IBB) mulai digagas oleh Andrea.

3. Latar belakang IBB disebabkan kasus bullying yang terus meningkat di Indonesia

Kisah Andrea Neysa Menginisiasi Gerakan Indonesia Bebas BullyLogo Indonesia Bebas Bully (dok. Indonesia Bebas Bully)

IBB atau Indonesia Bebas Bully merupakan gerakan yang dibangun oleh Andrea pada Oktober 2020. Program dan tujuan dari komunitas ini adalah ingin memberikan edukasi kepada masyarakat melalui bullying. Andrea melihat bahwa kasus bullying di Indonesia memang memasuki tahap yang kritis.

"Aku sudah mengumpulkan beberapa riset terkait bullying. Pertama, di tahun 2015, WHO melalui GSHS (Global School-based student Health Survey) membuat survei, yang menyebutkan bahwa 21 persen atau sekitar 18 juta anak usia 13-15 mengalami bullying dalam 1 bulan terakhir di tahun itu. Itu secara global. Di Indonesia, terdapat survei KPAI pada tahun 2020 yang mencatat adanya 119 kasus perundungan terhadap anak. Jumlah itu melonjak karena tahun-tahun sebelumnya hanya 30-60-an. Di tahun 2022 menurut KPAI, terdapat 226 kasus kekerasan fisik dan psikis termasuk perundungan," jelasnya.

Dari data dan angka tersebut, sebenarnya sudah terlihat jelas bahwa kasus bullying itu memang gak main-main. Andrea juga menyebutkan, data di atas adalah kasus yang terlihat dan terdata. Mungkin saja, masih sangat banyak kasus lainnya yang gak terdata karena data tersebut hanya mencatat kasus yang 'terlihat' dan 'dilaporkan'.

"Pastinya banyak kasus perundungan yang belum terdata. Bullying itu gak harus terlihat secara jelas. Karena bullying gak hanya secara fisik, tapi bisa secara verbal atau omongan. Terus, ada juga yang namanya mental bullying, misalnya mendiamkan atau mengabaikan orang lain. Jadi, aku ingin IBB bisa meningkatkan pendidikan moral, jadi orang tahu bullying itu apa, dampaknya seperti apa, dan ciri-cirinya bagaimana," tuturnya.

Andrea juga menyebutkan, kalau bukan kita, siapa lagi? Karena jika kita juga enggan untuk peduli terhadap kasus bullying, maka bisa jadi kasus itu akan semakin parah. Itulah mengapa, akhirnya Andrea dengan keyakinannya membangun komunitas Indonesia Bebas Bully.

Baca Juga: Febriany Eddy, CEO Perempuan Pertama di Industri Tambang Indonesia

4. Urgensi isu bullying di Indonesia memang sangat tinggi, banyak masyarakat yang masih belum aware

Kisah Andrea Neysa Menginisiasi Gerakan Indonesia Bebas BullyAndrea Neysa Ardelia ketika menjadi pembicara di podcast Gritte Agatha (dok. Andrea Neysa Ardelia)

Keresahan Andrea sebenarnya bertambah juga karena ternyata banyak masyarakat yang masih belum aware terhadap kasus bullying. Apalagi di lingkungan sekolah, terkadang banyak orang yang masih menyepelekan kasus ini. Melalui IBB, Andrea ingin memberikan edukasi dan meningkatkan awareness masyarakat terhadap bullying.

dm-player

"Aku melihat bahwa kasus bullying di negara kita itu cukup urgent dan kritis. Namun, orang-orang belum banyak yang ingin menyuarakan karena masih banyak orang yang menormalisasi bullying. Ketika aku nyari riset, ternyata kasus bullying ini sangat luar biasa. Kita sekarang lagi melakukan kegiatan nih, mungkin di luar sana ada yang sedang mengalami bullying, mulai dari anak-anak hingga dewasa," katanya.

Gak dimungkiri, terkadang masih banyak orang yang menganggap bahwa perundungan adalah kasus sepele. Terlebih jika terjadi di bangku TK atau SD, mereka akan selalu berlindung dalam kalimat 'namanya juga anak-anak.' Padahal, jika dibiarkan, maka kasus bullying akan terus berlanjut dan semakin parah.

Kasus bullying mungkin memang gak bisa hilang sepenuhnya. Namun, setidaknya komunitas IBB ini bisa membantu masyarakat agar lebih aware. Jika masyarakat sudah semakin aware, maka kasus bullying pun diharapkan bisa semakin berkurang.

5. Lewat IBB, Andrea memiliki goals untuk menanamkan pendidikan moral pada masyarakat

Kisah Andrea Neysa Menginisiasi Gerakan Indonesia Bebas BullyAndrea Neysa Ardelia, Founder gerakan Indonesia Bebas Bully (IBB). (dok. Andrea Neysa Ardelia)

IBB memiliki dan mengusung banyak program dengan tujuan meningkatkan edukasi bullying pada masyarakat. Andrea menyebutkan, program yang rutin adalah membuat konten di feeds Instagram terkait edukasi bullying. Mulai dari macam-macam bullying, dampak, hingga alasan seseorang melakukan bullying. Selain itu, ada juga program People Who Inspire yang membagikan kisah influencer atau artis yang pernah berjuang dalam kasus bullying. 

IBB juga sering kali berkolaborasi dengan komunitas atau organisasi lainnya. Adapun program 'Ruang Bicara' menyediakan wadah bagi para korban bullying untuk bercerita keresahan dan permasalahannya. Terakhir adalah program '15 Seconds Time' yang berisi video 15 detik dari para pengurus IBB dan berisi pesan motivasi.

Andrea menyebutkan, nama 'Indonesia Bebas Bullying' mungkin menimbulkan banyak pertanyaan. Apakah Indonesia benar-benar bisa bebas dari kasus bullying? Menurut Andrea, jika berpikir secara realistis, mungkin itu memang hal yang mustahil. Namun, tujuan dari IBB adalah meningkatkan pendidikan moral terkait bullying.

"Bullying ini memang susah untuk hilang sepenuhnya. Namun, goals yang ingin IBB capai adalah meningkatkan pendidikan moral, gimana caranya orang-orang harus paham bullying itu apa dan dampaknya bagaimana. Lalu, kenapa bullying itu berbahaya sekali, bukan hanya untuk korban, namun untuk pelaku juga," katanya.

Jika masyarakat sudah paham urgensi dari kasus bullying, maka mereka pun akan semakin aware. Andrea juga berharap, mungkin nantinya akan semakin banyak orang yang menyuarakan kasus bullying.

Dengan begitu, kasus ini memang gak hilang sepenuhnya, namun setidaknya bisa berkurang. Selain itu, Andrea juga berharap IBB bisa semakin melebarkan sayapnya dalam meminimalkan kasus bullying di Indonesia.

"Harapannya adalah kita harus banyak program yang berkolaborasi dengan eksternal, jadi kita bisa nge-reach semakin jauh. Aku punya mimpi, IBB bisa bekerja sama dengan Kemendikbud. Kalau gak salah, pak Nadiem pernah mencetuskan 3 dosa dalam pendidikan, salah satunya perundungan. Aku berharap, one day, IBB bisa membantu kementerian untuk menanggulangi itu," harapnya.

6. Menurut Andrea, kejahatan gak boleh dibalas dengan kejahatan juga

Kisah Andrea Neysa Menginisiasi Gerakan Indonesia Bebas BullyAndrea Neysa Ardelia, Founder gerakan Indonesia Bebas Bully (IBB). (dok. Andrea Neysa Ardelia)

Sebagai korban bullying, mungkin banyak kejadian kurang menyenangkan yang didapatkan oleh Andrea. Terlebih, Andrea juga sudah mendapatkan bullying sejak duduk di bangku SD. Namun, Andrea memiliki prinsip bahwa, 'jangan membalas kejahatan dengan kejahatan.' 

"Jangan melawan kejahatan dengan kejahatan karena gak akan selesai. Hal itu sering juga aku sampaikan ketika ditanya ‘bagaimana cara menghadapi bullying’. Itu adalah tips yang aku dapatkan dan dampaknya luar biasa. Misalnya kita dikatain, kalau kita emosi, maka secara gak langsung kita diseret sama mereka ke bawah. Kita masuk ke perangkap mereka dan mereka akan senang dengan itu," kata Andrea.

Seperti yang disebutkan Andrea, kejahatan yang dibalas dengan kejahatan memang gak akan menemukan titik akhir. Misalnya, ketika ada seseorang yang di-bully. Lalu, orang itu malah ikut mem-bully orang lain.

Maka, kasus tersebut hanya akan berputar di lingkaran yang sama dan gak akan pernah selesai. Andrea menambahkan, jika kita membalasnya dengan kebaikan, maka mereka mungkin akan berhenti. Lalu, kualitas dalam diri kita pun akan bertambah.

"Ini juga jadi quotes di Cinderella, yaitu have courage and be kind. Karena ada power yang luar biasa dari kebaikan. Dari hal terkecil pun, itu bisa punya power yang luar biasa dan dapat memengaruhi diri kita serta orang-orang di sekitar kita. Jadi, gak usah kita lawan kejahatan dengan kejahatan, balas saja dengan dengan kebaikan. Karena secara gak langsung, kualitas diri kita akan meningkat," tutur Andrea.

7. Pesan Andrea untuk para pelaku dan korban bullying di Indonesia

Kisah Andrea Neysa Menginisiasi Gerakan Indonesia Bebas BullyAndrea Neysa Ardelia, Founder gerakan Indonesia Bebas Bully (IBB). (dok. Andrea Neysa Ardelia)

Di akhir wawancara, Andrea menyampaikan pesan untuk para pelaku dan korban bullying di Indonesia. Ia menyebutkan, untuk para pelaku, entah pernah atau sedang, sadari bahwa bullying bukan hal yang keren. Bullying juga bukan untuk menaikkan derajat kita, karena gak ada baiknya sama sekali. Menurutnya, belum terlambat bagi para pelaku bullying untuk berubah.

"Bagi pelaku bullying, tenang saja, bukan berarti kamu akan jadi pelaku selamanya. Tuhan selalu memberikan setiap detik kepada manusia untuk berubah. Sadari bahwa bullying itu bukan hal baik dan segeralah berubah. Jangan malu dan segan untuk berubah menjadi lebih baik. Manfaatkan kesempatan dengan baik untuk menjadi seseorang yang lebih baik," saran Andrea.

Selain itu, Andrea juga menyampaikan pesan untuk para korban bullying di Indonesia. Sebagai orang yang pernah mendapatkan bullying, Andrea pun tahu bagaimana rasanya menjadi korban. Tentunya, itu bukanlah pengalaman yang menyenangkan.

"Untuk korban, aku tahu dampaknya memang long-term dan berdampak juga pada keseharian kita. Namun, jangan sungkan untuk meminta bantuan. Karena kita sebagai manusia selalu butuh bantuan. Bangunlah support system yang sehat dan hiduplah di lingkungan sehat. Jadi, kamu gak memikul semuanya sendirian," katanya.

Andrea menambahkan, ketika jadi korban, jangan terpuruk dalam waktu yang lama. Kita memang perlu memvalidasi semua perasaan dalam diri sendiri, sedih dan menangis adalah hal yang wajar. Namun, sebaiknya jangan berlarut-larut. Jangan lupa untuk bangkit dan kembali melanjutkan kehidupan ini.

Itu dia hasil wawancara IDN Times dengan Andrea Nesya Ardelia. Apa yang dilalui oleh Andrea bisa menjadi pelajaran hidup bagi kita semua. Semangat dan keyakinannya bisa membuat Andrea menjadi pribadi yang lebih baik.

Selalu ingat bahwa jangan pernah membalas kejahatan dengan kejahatan. Selain itu, jangan malas untuk peduli terhadap kasus bullying yang masih marak terjadi di negara kita.

Baca Juga: Ira Lathief, Perempuan Tangguh di Balik Wisata Kreatif Jakarta

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya