Cerita Seru Ni'matul Azizah Menjadi Pengajar Al-Qur'an Braille

Berawal dari rasa penasaran terhadap Al-Qur'an Braille

Angka orang-orang dengan hambatan penglihatan di Indonesia memang gak sedikit. Banyak juga di antaranya yang merupakan seorang muslim. Kondisinya ini tentunya membuat mereka sulit untuk membaca Al-Qur'an. Namun, sebenarnya saat ini sudah banyak produksi Al-Qur'an Braille. Al-Qur'an Braille merupakan mushaf khusus untuk teman-teman yang mengalami hambatan penglihatan. Isinya sama seperti tulisan braille pada umumnya, yakni berupa kombinasi titik yang menyimbolkan huruf, angka, dan sebagainya.

Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui dan memahami terkait Al-Qur'an Braille. Hal tersebut menyebabkan banyak orang dengan hambatan penglihatan yang gak bisa mempelajari dan membaca Al-Qur'an. Karena memang kurangnya tenaga pengajar yang bisa membimbing mereka.

Berangkat dari fenomena ini, Ni'matul Azizah, seorang mahasiswi semester akhir di UIN Malang, memutuskan untuk bergabung dan mengabdi dalam Komunitas Belajar Al-Qur'an Braille Malang sebagai pengajar sekaligus sekretaris komunitas. Dalam wawancara langsung bersama IDN Times pada Minggu (09/04/2023) melalui daring, Ni'matul Azizah membagikan cerita serunya selama bergabung bersama Komunitas Belajar Al-Qur'an Braille Malang dan berinteraksi dengan teman-teman hambatan penglihatan.

1. Berawal dari rasa penasaran terhadap Al-Qur'an Braille hingga akhirnya menjadikan komunitas ini sebagai rumah

Cerita Seru Ni'matul Azizah Menjadi Pengajar Al-Qur'an BrailleNi'matul Azizah, pengajar di Komunitas Belajar Al-Qur'an Braille Malang (dok pribadi)

Komunitas Belajar Al-Qur'an Braille Malang sudah berdiri 5 bulan sebelum Ni'matul tergabung di dalamnya. Secara umum, Komunitas Belajar Al-Qur'an Braille Malang ini memiliki tujuan untuk memberikan pemahaman dan pembelajaran bagi teman-teman hambatan penglihatan agar mampu membaca Al-Qur'an. Adapun media yang digunakan adalah brailleAwalnya, Ni'matul bergabung dengan komunitas ini karena rasa penasarannya terhadap Al-Qur'an Braille.

"Saya tuh awalnya sebagai relawan komunitas. Keinginan awalnya karena ada kata ‘braille,’ itu sesuatu yang baru untuk saya, apalagi disandingkan dengan kata Al-Qur'an. Al-Qur'an yang saya tahu kan yang umum," tuturnya.

Setelah tergabung dalam komunitas ini, Ni'matul akhirnya bisa belajar banyak hal. Pada akhirnya, Ni'matul menjadikan komunitas ini sebagai rumah. Karena ia bisa hidup berdampingan dengan teman hambatan penglihatan. Pastinya, ada banyak pelajaran hidup yang bisa Ni'matul dapatkan di sini.

"Ketika saya sudah lancar Al-Qur'an Braille, saya bersandingan dengan teman-teman hambatan penglihatan, saya merasa ingin jadi jembatan keingintahuan teman-teman hambatan penglihatan terhadap Al-Qur'an biasa. Sehingga dari situ jadi banyak diskusi. Selain menjadi pengetahuan baru, saya pun akhirnya ingin menjadi bagian untuk meningkatkan pemahaman teman-teman hambatan penglihatan. Bukan hanya membaca Al-Qur'an, tetapi juga nantinya memaknai, memahami, sampai mengamalkan. Jadi, saya mengabdi di komunitas ini bukan hanya saya yang bermanfaat bagi mereka, tetapi juga saya banyak belajar dari mereka," jelasnya.

Sehingga, pada akhirnya komunitas ini berhasil menjadi tempat bagi Ni'matul untuk belajar. Di tempat ini juga, Ni'matul akhirnya banyak mengetahui fakta dan keseharian teman-teman hambatan penglihatan. Itulah yang akhirnya menggerakkan hati Ni'matul untuk terus mengabdi di komunitas ini. Memberikan pengajaran dan bisa bermanfaat bagi teman-teman hambatan penglihatan.

2. Hampir 90 persen teman-teman dengan hambatan penglihatan gak bisa membaca Al-Qur'an

Cerita Seru Ni'matul Azizah Menjadi Pengajar Al-Qur'an BrailleNi'matul Azizah bersama teman hambatan penglihatan di Komunitas Belajar Al-Qur'an Braille Malang (dok pribadi)

Salah satu latar belakang didirikannya Komunitas Belajar Al-Qur'an Braille Malang adalah karena masih banyak teman-teman hambatan penglihatan yang gak bisa membaca Al-Qur'an. Karena pembelajaran Al-Qur'an Braille pun sebenarnya cukup kompleks.

"Angka buta huruf Al-Qur'an teman-teman hambatan penglihatan masih tinggi. Berdasarkan ITMI (Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia), 90 persen teman-teman hambatan penglihatan gak bisa membaca Al-Qur'an, hal ini dikarenakan kurangnya pengajar Al-Qur'an Braille yang ada di Indonesia. Di sini lah keinginan menjadikan komunitas ini sebagai wadah untuk menciptakan pengajar-pengajar baru Al-Qur'an Braille," pungkas Ni'matul.

Hadirnya Komunitas Belajar Al-Qur'an Braille Malang diharapkan menjadi salah satu solusi dari kurangnya edukasi teman-teman hambatan penglihatan terhadap pemahaman dan pembelajaran Al-Qur'an. Karena gak bisa dipungkiri, bagi umat muslim, mempelajari dan mengamalkan Al-Qur'an merupakan hal yang wajib. Selain itu, Ni'matul dan para pengajar lainnya membuat sebuah modul sebagai panduan untuk membaca Al-Qur'an Braille.

"Kami juga ingin memberikan modul pembelajaran yang efektif, yang saat ini sedang saya buat bersama kawan-kawan pengajar lainnya, agar modul ini mampu memberikan pemahaman bagi pengajar–pengajar baru nantinya. Sehingga mereka gak perlu belajar dari 0. Jadi mereka lebih efektif melakukan pengajaran, karena yang kita sampaikan lewat modul ini merupakan studi kasus dari teman-teman hambatan penglihatan yang sudah kita ajari di komunitas ini. Tentunya, dengan hal itu, kita pun akhirnya bisa membantu proses pembelajaran agar menekan angka buta huruf Al-Qur'an bagi teman-teman hambatan penglihatan," tambahnya.

Modul ini nantinya akan berisi pemahaman terkait Al-Qur'an Braille. Karena sebelum menjadi pengajar Al-Qur'an Braille, tentunya kita harus memahaminya terlebih dahulu. Sehingga, para calon pengajar di komunitas ini nantinya gak harus belajar dari 0. Karena sudah ada tata cara dan panduannya yang terangkum dalam modul tersebut.

3. Bukan hanya sebagai komunitas belajar, tetapi ada juga konsep hidup berdampingan yang ditanamkan oleh komunitas ini

Cerita Seru Ni'matul Azizah Menjadi Pengajar Al-Qur'an BrailleNi'matul Azizah bersama teman hambatan penglihatan di Komunitas Al-Qur'an Braille Malang (dok pribadi)

Secara umum, hadirnya komunitas ini memang untuk memberikan pembelajaran Al-Qur'an Braille terhadap teman-teman hambatan penglihatan. Namun, menurut Ni'matul, ternyata komunitas ini juga ingin mencoba untuk menanamkan konsep hidup berdampingan. Konsep ini juga dijelaskan dan dituliskan dalam ayat suci Al-Qur'an.

"Di komunitas ini, ada variasi anggota, ada teman awas (yang gak memiliki hambatan apa pun) dan teman hambatan penglihatan. Sehingga, banyak sekali dinamika keseharian yang kami hargai dan nilainya sangat bagus, sangat kerasa hidup berdampingannya. Kami sepakat, jika kami sebarluaskan keadaan keseharian ini, mungkin gap komunikasi dunia teman awas dan teman hambatan penglihatan itu dapat dipersempit. Gak ada lagi kesalahpahaman atau kebingungan menghadapi situasi saat bertemu dengan teman hambatan penglihatan. Kami ingin mengamalkan apa yang ada di Al-Qur'an, yaitu hidup berdampingan," kata Ni'matul.

Hal paling unik dari komunitas ini adalah menyematkan sebutan 'teman hambatan penglihatan' daripada menyebutkan dengan 'tunanetra'. Menurut Ni'matul, sebutan ini terdengar lebih friendly dan lembut. Sehingga, gak akan menciptakan sekat-sekat antara teman awas dan teman hambatan penglihatan. Karena pada akhirnya, hidup berdampingan memang berguna untuk menciptakan kedamaian di dunia ini.

dm-player

"Salah satu value yang selalu saya tanamkan adalah hidup berdampingan. Kita di komunitas ini ada variasi anggota yang akan menjadi bangunan kokoh dan saling menguatkan satu sama lain. Karena saya pun belajar dari teman hambatan penglihatan dan mereka pun belajar dari kita. Jadi, saling memberikan kekuatan dan meningkatkan pengetahuan yang baru juga di antara kami," tuturnya.

Baca Juga: Global Shapers Bagikan 5 Kisah Srikandi Muda yang Inspiratif!

4. Pembelajaran Al-Qur'an Braille ternyata jauh lebih rumit daripada Al-Qur'an biasa

Cerita Seru Ni'matul Azizah Menjadi Pengajar Al-Qur'an BrailleNi'matul Azizah, pengajar di Komunitas Al-Qur'an Braille Malang (dok pribadi)

Al-Qur'an Braille dan Al-Qur'an biasanya tentunya memiliki banyak perbedaan. Al-Qur'an yang biasanya kita lihat berisi ayat suci menggunakan bahasa Arab. Sedangkan Al-Qur'an Braille memiliki bentuk dan konsep yang lebih rumit.

"Braille itu kan berawal dari titik-titik, Al-Qur'an Braille ini simbolisasi dari Al-Qur'an biasa, di mana huruf hijaiyah disimbolkan dengan kombinasi titik-titik tertentu. Misalnya di bacaan bismillahirrahmanirrahim, itu kan di Al-Qur'an biasa pendek ya, tapi di Al-Qur'an Braille itu panjang, karena kita harus menyusun satu per satu hijaiyah dan tajwidnya," jelas Ni'matul.

Itulah mengapa, pembelajaran Al-Qur'an Braille memang membutuhkan waktu yang cukup lama. Karena teman-teman hambatan penglihatan harus mengeja hurufnya satu per satu. Selain itu, Ni'matul dan pengajar lainnya pun selalu mengembangkan metode paling pas untuk mengajarkan Al-Qur'an Braille.

"Saat ini kami menggunakan metode personalize, di mana kami sangat memperhatikan kondisi setiap pelajar secara personal, dengan segala hambatan yang dimiliki, dalam segi kesehatan atau hal lainnya yang berkaitan dengan kehidupannya. Lalu, kami pelajari dan memberikan pembelajaran yang sesuai dengan masing-masing karakter serta kemampuan terbaik dari masing-masing pelajar," ujarnya.

5. Kegigihan teman-teman hambatan penglihatan dalam mempelajari Al-Qur'an menjadi pelajaran berharga bagi hidup Ni'matul

Cerita Seru Ni'matul Azizah Menjadi Pengajar Al-Qur'an BrailleNi'matul Azizah, pengajar di Komunitas Al-Qur'an Braille Malang (dok pribadi)

Selama bergabung di Komunitas Belajar Al-Qur'an Braille Malang, ada banyak pelajaran hidup yang berhasil dipetik oleh Ni'matul. Ia melihat bahwa teman-teman hambatan penglihatan ternyata memiliki kegigihan yang luar biasa. Contohnya adalah ketika ada seorang Ibu yang mau belajar Al-Qur'an Braille demi memberikan pengajaran kepada anaknya.

"Saya semakin lebih sadar keistimewaan menjadi seorang perempuan ketika di komunitas ini saya bertemu dengan Ibu yang memiliki anak. Saya melihat bagaimana seorang Ibu yang mendidik anaknya dengan memberikan contoh membaca Al-Qur'an. Padahal beliau ini adalah teman hambatan penglihatan dan anaknya awas. Hal itu merupakan pengalaman yang menginspirasi, melihat interaksi keduanya itu membuat saya sadar. Kita, sebagai perempuan, memang harus menjadi tonggak pendidikan untuk anak dan keistimewaan itu harus kita jaga nilainya. Seorang ibu harus memberikan contoh sebaik mungkin, supaya nantinya bisa mengajarkan anaknya," katanya.

Ni'matul juga menambahkan, ia mendapatkan energi tambahan ketika menyaksikan semangat dan kegigihan dari teman hambatan penglihatan untuk membaca Al-Qur'an. Semakin lama Ni'matul bergabung dan berinteraksi dengan mereka, ia semakin sadar bahwa sebenarnya di antara kita dan teman hambatan penglihatan itu gak ada perbedaan. Karena dapat dilihat, ternyata hambatan yang mereka miliki pun gak menjadi alasan bagi mereka untuk berhenti belajar.

6. Tips berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman-teman hambatan penglihatan

Cerita Seru Ni'matul Azizah Menjadi Pengajar Al-Qur'an BrailleNi'matul Azizah bersama teman hambatan penglihatan di Komunitas Al-Qur'an Braille Malang (dok pribadi)

Sampai saat ini, mungkin ada di antara kita yang masih bingung dan sungkan ketika berinteraksi dengan teman hambatan penglihatan. Kita juga sering dihadapkan pada situasi yang membingungkan ketika akan membantu mereka. Ni'matul memberikan tips untuk permasalahan ini.

"Sebelum kita membantu teman hambatan penglihatan, alangkah lebih baiknya kita kenalan dulu. Karena satu hal yang paling penting dari teman hambatan penglihatan adalah orientasi mobilitas. Lalu, tanyakan apakah mereka butuh dibantu atau tidak. Kalau butuh bantuan, mereka pasti bilang," jelasnya.

Jadi, ketika kita berniat membantu mereka, jangan langsung membantunya atau justru menyentuh mereka. Karena mereka gak bisa tahu siapa kita, maka perkenalkan diri terlebih dahulu. Lalu, jangan lupa untuk menanyakan apakah ada yang bisa kita bantu. Jika gak ada, maka kita gak perlu memaksa untuk membantu mereka.

"Kita tuh gak boleh langsung menyimpulkan bahwa kita harus membantu teman hambatan penglihatan. Karena sama halnya seperti kita bisa melakukan sesuatu, tetapi kita dianggap tidak bisa, itu kan gak enak," tutup Ni'matul.

Itu dia hasil wawancara IDN Times dengan Ni'matul Azizah. Kisahnya ini bisa menjadi pelajaran bagi kita agar mau hidup berdampingan dengan siapa pun, tanpa memandang kekurangan. Kamu juga bisa melihat dan belajar tentang dunia teman hambatan penglihatan melalui laman Instagram https://www.instagram.com/alquranbraille.mlg/.

Baca Juga: Suka Duka Bivitri Susanti Berkiprah di Dunia Hukum, Pernah Kena Hack

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya