Sawitri Hadiati, Mengabdikan Hidupnya untuk Anak Berkebutuhan Khusus

#AkuPerempuan Tantangan melawan stigma buruk masyarakat

Kartini itu bernama Sawitri Retno Hadiati. Mungkin bagi masyarakat umum, nama Sawitri tidak pernah dikenal sebelumnya. Namun, bagi lebih dari 200 Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Surabaya, Sawitri merupakan sosok pahlawan penuh kasih sayang.

Di  Yayasan Peduli Kasih Anak Berkebutuhan Khusus yang dia dirikan sejak 2012 lalu, Sawitri bagaikan sumber energi positif bagi Para ABK dan orangtua untuk tetap semangat menjalani hidup. Meskipun perbedaan menjadi dinding pembatas antara mereka (ABK) dengan lingkungan sekitar.

1. Sebagian menganggapnya gila, sebagian lagi menganggapnya mulia

Sawitri Hadiati, Mengabdikan Hidupnya untuk Anak Berkebutuhan KhususIDN Times/Putriana Cahya

Sawitri mendirikan Yayasan Peduli Kasih untuk ABK pada April 2012. Namun, pada 2016, ibu dari tiga orang anak itu meninggalkan 13 tahun karirnya sebagai dosen dan praktisi kesehatan. Ia memilih mengabdikan diri sepenuhnya kepada yayasan. Sebagian menganggapnya gila, sebagian lagi menganggapnya mulia.

Sawitri berjibaku dengan kecemasan-kecemasan yang terus menjadi pertanyaan di kepalanya. "Apa yang bisa diharapkan dari sekadar mengelola yayasan? Sementara kebutuhan finansial terus meningkat," katanya kepada IDN Times, pertengahan Maret lalu. Apalagi kala itu putri keduanya sedang menempuh pendidikan psikologi di Universitas Indonesia.

"Saat ikhlas membantu sesama dan berkecimpung dalam kegiatan sosial, semua pasti dicukupkan oleh Tuhan," tuturnya. "Saya juga heran, gimana caranya bisa bertahan. Tapi semuanya memang butuh proses dan tidak mudah."

2. Selesaikan pendidikan hingga S3 meski dari keluarga tak mampu

Sawitri Hadiati, Mengabdikan Hidupnya untuk Anak Berkebutuhan KhususIDN Times/Putriana Cahya

Sebagai seorang perempuan, mengenyam pendidikan setinggi-tingginya merupakan tantangan tersendiri. Di tengah stereotipe masyarakat di mana menempatkan pendidikan bagi perempuan adalah hal yang muluk, Sawitri berjuang melawan batasan ekonomi keluarganya.

Setelah lulus Sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Sawitri akhirnya mendapatkan beasiswa S2 di Australia. Selanjutnya, Sawitri berhasil mengenyam pendidikan Doktoral-nya di Universitas Airlangga, Surabaya, sekaligus menjadi dosen di sana. Sambil menempuh pendidikan, Sawitri juga bekerja sebagai dokter umum di berbagai rumah sakit di Surabaya. 

3. Sedih saat menyaksikan kontrasnya perlakuan ABK di Amerika dan Indonesia 

Sawitri Hadiati, Mengabdikan Hidupnya untuk Anak Berkebutuhan KhususIDN Times/Putriana Cahya

Perjalanannya terjun ke dunia ABK berawal saat dia mengikuti seminar mengenai wanita dan penyandang disabilitas di Universitas Gallaudet, Washington DC, Amerika Serikat. Ia menyempatkan hadir ke sebuah acara untuk ABK yang digelar tak jauh dari kotanya singgah. 

Sosok wanita sederhana ini terkesan dengan bagaimana cara lembaga sosial tersebut memperlakukan anak berkebutuhan khusus. Ditambah lagi pemerintah Amerika Serikat sangat pro pada penyandang disabilitas, terutama dalam pemenuhan hak mereka  mendapat pendidikan.

Merasa terketuk, ada sepucuk niat dalam hati Sawitri untuk melakukan hal serupa bagi ABK di Indonesia. Mengingat keadaan dan perlakuan yang mereka terima di negeri ini jauh berbeda dibanding Amerika.

Sikap bullying terhadap ABK di Indonesia cenderung tinggi dan terus meningkat, karena kurangnya sosialisasi ke masyarakat. Belum lagi fasilitas pendidikan khusus belum bisa menjangkau seuruh kalangan anak berkebutuhan khusus.

4. Ingin mengubah persepsi tentang ABK di masyarakat

dm-player
Sawitri Hadiati, Mengabdikan Hidupnya untuk Anak Berkebutuhan KhususIDN Times/Putriana Cahya

Setelah bersinggungan langsung dengan ABK di Amerika, ia merasakan betapa berat beban mental dan moral para orangtua serta penyandang disabilitas lantaran keberadaan mereka tak banyak didukung. Seharusnya, mereka punya tempat untuk berbagi beban dan berkeluh kesah tanpa merasa dihakimi.

Perasaan inilah yang memicunya mendirikan Yayasan Peduli Kasih Anak Berkebutuhan Khusus (YPK ABK) di Surabaya. Dengan dibantu sejumlah kawannya, yayasan ini fokus dalam merangkul dan mengedukasi para orangtua yang punya anak berkebutuhan khusus.

"Kadang orangtua merasa masalahnya hanya pada bagaimana membuat anak mereka bisa mandiri dan punya masa depan lebih baik. Padahal tugas kita justru mengubah sudut pandang orangtua dan lingkungan sekitar terhadap ABK," ujar Sawitri.

Para orangtua juga diedukasi bagaimana cara menghadapi pandangan orang terhadap kondisi anaknya. Mereka tidak perlu down atau bahkan malu.

Baca juga: Layinuvar Anggia, Merantau Seorang Diri ke Ibu Kota Demi Pengabdian

5. Sudah lebih dari 200 ABK pernah terdaftar di yayasannya

Sawitri Hadiati, Mengabdikan Hidupnya untuk Anak Berkebutuhan KhususIDN Times/Putriana Cahya

Sejak berdiri pada 4 April 2012, Yayasan Peduli Kasih mencatat ada 200 ABK dan orangtua yang terdaftar sebagai  keluarga besar yayasan. Sementara itu, setiap harinya tidak kurang dari 20 ABK bermain dan belajar di rumah yang menjadi basecamp YPK ABK.

Meski sederhana, ia dan pengurus yayasan berupaya memberikan fasilitas seperti komputer, agar anak-anak bisa mengenal perkembangan teknologi. 

Sawitri ingin membuktikan bahwa kepedulian untuk ABK bisa dilakukan melalui hal-hal yang sederhana. Tujuannya tidak lain adalah memberikan dukungan bagi orangtua agar selalu bahagia, tidak marah apalagi membandingkan anaknya yang berkebutuhan khusus dengan anak lainnya. 

6. Harapan bagi masa depan anak berkebutuhan khusus

Sawitri Hadiati, Mengabdikan Hidupnya untuk Anak Berkebutuhan KhususIDN Times/Putriana Cahya

Sawitri berkeinginan langkah kecilnya ini bisa menginspirasi masyarakat bahwa memiliki ABK adalah anugerah. Ia mengharapkan peran pemerintah untuk memberikan dukungan penuh kepada ABK, terutama dalam hal pendidikan. Karena pendidikan formal belum mampu meng-cover seluruh siswa ABK di Surabaya. Bahkan program inklusi saja juga belum berjalan optimal.

Terakhir, Sawitri mengungkapkan bahwa mempunyai anak berkebutuhan khusus seharusnya tak menjadi akhir dari segalanya. Wajar jika pada awalnya mungkin terasa berat sekali, tetapi seiring berjalannya waktu, hal tersebut seperti sebuah tantangan menyenangkan untuk bisa membesarkan buah hati dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Buat kita yang memiliki teman atau saudara berkebutuhan khusus, sayangi mereka ya. Jangan sampai biarkan perundungan atau bullying terus menimpa mereka. Karena ABK adalah anugerah!

Baca juga: Made Citra Dewi: Jadi Anggota TNI Itu Berat, tapi Indah

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya