Kenapa Istilah Feminisme Dianggap Begitu Tabu untuk Dikatakan? 

Apa yang salah dengan pemahaman ini?

Dalam beberapa tahun belakangan, pergerakan feminis telah menarik sejumlah perhatian di beberapa penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia. Meskipun banyak yang mengaku dan mengklaim diri sebagai feminis, tak sedikit pula yang merasa tidak mengidentifikasi diri mereka dengan sebutan demikian. Apa yang salah dengan pemahaman ini sehingga banyak yang lebih menyebut diri mereka sebagai aktivis kesetaraan gender daripada feminis?

Banyak publik figur yang terang-terangan menyuarakan feminisme seperti Emma Watson yang meluncurkan kampanye kesetaraan dengan PBB dan Jameela Jamil yang membuat kampanye Body Positivity Warrior. Itu pun masih belum membuat para perempuan, terutama di Indonesia masih bisa menerima ideologi ini dengan tangan terbuka dan penuh kebijaksanaan.

1. Perkembangan feminisme di Indonesia sendiri tak tergolong mulus dan cepat

Kenapa Istilah Feminisme Dianggap Begitu Tabu untuk Dikatakan? YouTube.com/ElizaCheisa

Pergerakan feminisme di Indonesia termasuk dalam kategori yang tidak terlalu mendapat sambutan yang baik dari masyarakat kita, terlebih dari para laki-laki yang selama ini dimanjakan dengan kentalnya budaya patriarki di Indonesia.

Berlangsungnya momen Women’s March di beberapa kota di Indonesia semakin membuat kita menyadari bahwa masyarakat kini perlahan sudah mulai mengerti pentingnya memahami kesetaraan gender dan apa saja dampaknya jika diskriminasi gender, budaya patriarki dan sikap anti feminisme ini semakin menyebar luas.

Jika memang banyak yang menganggap bahwa kesetaraan gender itu penting, lantas mengapa masih sedikit orang yang mengaku atau mengklaim diri mereka sebagai feminis? Bisa saja mereka hanya merasa bahwa istilah feminis benar-benar merepresentasikan diri mereka. Istilah feminisme sendiri rasanya juga cenderung gak menarik perhatian para wanita pekerja dari kelas menengah ke bawah.

2. Hanya percaya pada hak asasi manusia saja, tanpa memercayai ideologi feminisme, sama saja bohong

Kenapa Istilah Feminisme Dianggap Begitu Tabu untuk Dikatakan? unsplash.com/@massimorinaldi27

Feminisme, tentu saja, merupakan bagian dari hak asasi manusia pada umumnya – tapi memilih menggunakan istilah yang samar seperti hak asasi manusia, sama saja kamu mengabaikan, menolak atau pura-pura gak sadar tentang permasalahan gender secara spesifik. Dan tentu saja, itu bisa berarti kamu gak mau tahu bahwa selama ini masyarakat yang mendapat tempat di kelas kedua itu adalah perempuan.

Juga, dengan menggunakan istilah hak asasi manusia dan menolak istilah feminisme, kamu juga menolak bahwa banyak permasalahan sosial yang sebenarnya hanya fokus terhadap kaum perempuan saja, bahwa permasalahan ini gak cuma sekadar dengan menjadi manusia, tapi secara spesifik tentang menjadi perempuan.

Selama berabad-abad, dunia terbagi dalam dua kelompok, laki-laki dan perempuan, dan kemudian dilanjutkan dengan mengasingkan dan mengopresi atau menindas salah satu kelompok. Dan rasanya adil-adil saja ketika kita mengharapkan bahwa setiap solusi yang ada juga mengakui fakta-fakta tersebut.

Gender selalu menjadi sorotan di berbagai belahan dunia. Kini sudah saatnya kita mulai untuk menyusun rencana untuk membuat tempat yang aman dan berbeda dari sebelumnya. Dunia yang lebih adil. Dunia di mana laki-laki dan perempuan menjadi bahagia karena diri mereka sebenarnya. Pembicaraan soal gender kadang membuat orang gak nyaman, bahkan kadang bikin perdebatan yang saling menyakiti.

Kita semua, entah itu laki-laki atau perempuan, selama ini kadang menolak untuk membicarakan soal gender, karena lebih mudah untuk menghindari permasalahan yang ada. Karena hanya dengan memikirkan cara-cara untuk mengganti atau mengubah status quo saja sudah bikin gak nyaman dan ribet banget rasanya "mendingan aku menikah saja" untuk kabur dari kenyataan dan hidup bahagia dalam penghakiman masyarakat tentang bagaimana perempuan seharusnya menjalani kehidupan.

3. Beberapa laki-laki merasa terancam hanya dengan memikirkan ideologi satu ini. Kenapa?

Kenapa Istilah Feminisme Dianggap Begitu Tabu untuk Dikatakan? twitter.com/rappleridntimes

Mungkin, perasaan insecure ini berasal dari bagaimana cara orangtua kita membesarkan anak-anak cowok mereka, bagaimana harga diri mereka bisa dengan mudahnya berkurang bahkan menghilang jika gak mampu bertindak secara ‘natural’ sebagai seorang laki-laki. Banyak laki-laki yang gak melakukan apa pun untuk mengubah keadaan karena tentu saja, mereka merasa nyaman dengan semua privilege atau perlakuan istimewa dari masyarakat karena mereka laki-laki.

dm-player

Percakapan soal gender bisa bikin gak nyaman, ada banyak cara mudah untuk mengakhiri percakapan ini. Beberapa orang bahkan membawa teori-teori tentang biologi dan mamalia (terutama kera), tentang bagaimana kera betina menyerahkan diri sebagai submisif kepada kera jantan, semacam itu, dan banyaknya kata-kata mutiara mengenai betapa mulianya perempuan jika di rumah dan mengurus suami serta anak-anak mereka.

Orang-orang ini kadang gak sadar bahwa gak semua perempuan terlahir dan memiliki kehidupan yang penuh dengan privileges seperti mereka. Gak semua perempuan memiliki suami kaya dan memiliki jabatan penting di pekerjaan sehingga ia tak harus pusing memikirkan besok harus makan apa dan besok anak-anaknya bayar uang sekolah pakai apa.

Poinnya adalah: kita bukan kera. Kera tinggal di hutan dan makan cacing dan buah-buahan. Kita tidak seperti itu. Orang bilang, “Laki-laki yang miskin juga punya kesulitan dan masalah hidup juga lho, kayak perempuan juga.” Memang benar, tapi bukan itu masalahnya.

Gender dan kelas sosial itu berbeda, laki-laki miskin tetap punya privileges sebagai laki-laki, meskipun mereka gak punya privilege untuk hidup kaya dan enak. Dan inilah yang gak bisa dimiliki perempuan sejak dulu, dan hingga kini masih banyak yang mendapat perlakuan diskriminatif hanya karena mereka perempuan.

Baca Juga: Feminisme Perjuangkan Kesetaraan, Bisakah Diterapkan di Indonesia?

4. Kita hidup dalam sistem patriarki, yang didominasi & dikuasai oleh laki-laki. Sistem ini tentu gak membuat wanita berada dalam posisi yang menguntungkan

Kenapa Istilah Feminisme Dianggap Begitu Tabu untuk Dikatakan? twitter.com/rappleridntimes

Feminisme itu bukan tentang membuat perempuan, atau laki-laki, merasa nyaman dengan struktur yang dibuat laki-laki, menguntungkan laki-laki, dan hanya memusatkan laki-laki di semua pergerakan masyarakat. Perempuan sudah cukup merasakan emotional labor untuk mencoba bertahan dalam tatanan sosial seperti ini. Perempuan hanya ingin diperlakukan setara sebagai manusia, itu saja.

Istilah kesetaraan gender, meski terdengar mewah, sebenarnya mengganggu kemampuan perempuan untuk mengatasi semua hambatan yang biasanya dihadapi perempuan. Perempuan gak hadir sebagai sebuah gender, namun manusia yang hidup dalam tubuh biologis perempuan; gender adalah istilah stereotip yang secara sosial dipecah menjadi dua, laki-laki dan perempuan, sebuah hirarki yang diciptakan laki-laki untuk membenarkan eksploitasi dan penindasan pada perempuan.

Ketika feminisme didefinisikan sebagai kesetaraan dengan laki-laki, itu adalah pengakuan yang jelas bahwa laki-laki adalah standar bagi kita untuk menyamakan diri, kalau gak sama kayak laki-laki berarti bukan feminisme sama sekali. Alih-alih ngomong “Perempuan bisa melakukan hal yang laki-laki lakukan” sebaiknya kita menyadari bahwa perempuan bisa melakukan hal luar biasa yang gak bakal pernah bisa laki-laki lakukan.

Perbedaan biologis, kemampuan untuk menciptakan kehidupan alias mengandung, adalah sebuah anugerah. Dan kadang kemampuan perempuan untuk melahirkan ini juga yang membuat laki-laki tak menganggap perempuan sebagai manusia seutuhnya, padahal sebaliknya.

5. Alasan kenapa perempuan selalu ditindas tentu saja karena kita, perempuan, berbeda dari laki-laki

Kenapa Istilah Feminisme Dianggap Begitu Tabu untuk Dikatakan? unsplash.com/@camilacordeiro

Karena secara historikal, patriarki menggunakan berbagai perbedaan untuk membenarkan kesenjangan sosial. Kita, perempuan, gak pernah dipandang setara sebagai manusia: kita gak perlu dilihat setara karena persamaan yang dimiliki antara laki-laki dan perempuan, tapi justru karena perbedaan itulah yang membuat kita semua sama. Semua orang gak ada yang sama, bukankah itu sebenarnya sebuah persamaan? Lagipula, kenapa sih orang-orang sebegitunya gak suka adanya perbedaan dan selalu memaksa untuk menyamakan diri satu sama lain? Padahal kan, diversity is beautiful, gitu kata IDN Media.

Ketika kita mendefinisikan feminisme sebagai kesetaraan gender, apa yang sebenarnya sedang kita perjuangkan adalah kesetaraan di dalam sistem gender itu sendiri — penghormatan yang setara untuk maskulinitas dan feminitas.

Jadi katakan dengan lantang: feminisme itu tentang bagaimana perempuan melepaskan diri dari jerat patriarki, bukan tentang menguasai, menindas laki-laki dan mengambil alih dunia. Karena jujur saja, masih banyak hal yang lebih penting daripada mengambil alih dunia dan membiarkan para perempuan berkuasa di atas laki-laki.

Baca Juga: 7 Kesalahpahaman Feminisme yang Sering Orang Lakukan, Termasuk Kamu!

Topik:

  • Novaya
  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya