Kisah Hana Madness, Seorang Pejuang dan Aktivis Kesehatan Mental

#AkuPerempuan Ia menuangkan keresahannya lewat seni rupa

Lewat akun Instagram-nya, Hana Madness senang membagikan doodle art-nya. Karya-karya yang lahir dari seniman muda itu banyak yang berangkat dari permasalahan kesehatan mentalnya. Hana adalah seorang pejuang sekaligus pegiat isu kesehatan mental di Indonesia.

Ditemui di acara Be Aware of Your Mental Health yang digelar di IDN Media HQ, pada Rabu (26/2) lalu ia menuturkan kisah inspiratifnya.

1. Seni sebagai medium berekspresi

Kisah Hana Madness, Seorang Pejuang dan Aktivis Kesehatan MentalHana Madness menghadiri sesi diskusi "Be Aware of Your Mental Health" di IDN Media HQ. 27 Februari. IDN Times/Klara Livia

Saat masih duduk di bangku SMP, Hana menyadari ada konflik yang terjadi di dalam dirinya sendiri. Hal ini juga diperburuk dengan situasi yang terjadi di rumah dan lingkungannya. "Akhirnya, pas aku sekolah aku cuma bawa sketch book dan drawing pen, yang mana itu jadi senjata buat jaga kewarasan aku sih," ujar perempuan bernama asli Hana Alfikih ini.

Selain dua alat menggambar itu, Hana juga sering membawa baju ganti untuk menginap di tempat lain sepulang sekolah. Rasa senangnya untuk menggambar dan mewarnai terbawa hingga ia dewasa.

"Aku dulu suka nge-doodling dan ngerangkai kata-kata. Dulu sih aku gak bermain banyak warna kaya sekarang tapi lebih ke black and white," kata Hana. Perubahan gaya menggambarnya itu ia akui dipengaruhi juga oleh keadaan emosionalnya.

2. Karyanya sudah melalangbuana ke luar negeri

Kisah Hana Madness, Seorang Pejuang dan Aktivis Kesehatan MentalPenutupan sesi diskusi "Be Aware of Your Mental Health" di IDN Media HQ. 27 Februari. IDN Times/Klara Livia

Hana beberapa kali terbang ke luar negeri untuk memamerkan karyanya. "Aku pernah ke Korea, Jepang, dan UK. Khususnya UK aku udah bolak-balik 4 kali ke sana," ujarnya.

Perempuan kelahiran tahun 1992 ini mengikuti beberapa festival seni di luar negeri seperti Unlimited Festival dan Festival Takeover di Inggris. Selain itu, ia pun turut terlibat dalam pembuatan sebuah film dokumenter bertema pasung yang diputar secara khusus di Jerman.

Dua tahun lalu, Hana menjadi salah satu inisiator sebuah festival seni dan disabilitas yang pertama di Indonesia bertajuk "Festival Bebas Batas".

3. Keluarga sempat kesulitan memahami kondisinya

Kisah Hana Madness, Seorang Pejuang dan Aktivis Kesehatan MentalCuplikan sesi diskusi "Be Aware of Your Mental Health" di IDN Media HQ. 27 Februari. IDN Times/Klara Livia

Lahir dan besar di keluarga yang religius, Hana mengaku sempat merasa kesulitan untuk menjelaskan kondisinya kepada keluarga. "Awalnya iya (kesulitan), tapi sekarang mereka bangga banget bahkan keluarga besar aku yang notabenenya religius pun sangat respect. Karena mereka melihat banget aku tuh benar-benar dari bawah, the very bottom of everthing tapi sekarang bisa berkarya dan diapresiasi oleh publik," tuturnya sambil tersenyum.

Saat pertama kali menceritakan permasalahan kesehatan mentalnya di publik, Hana sempat ditentang karena isu tersebut dipandang sebagai aib yang harus ditutupi. Ia mengatakan, "Jadi, aku mengedukasi lingkungan sekitarku dulu sih sampai mereka akhirnya appreciate apa yang aku lakukan selama ini ".

dm-player

Masa lalu yang kelam gak semerta-merta menyurutkan api semangat Hana dalam menjalani hidup. "Meskipun dengan masa lalu aku yang kelam dan buruk, tapi aku selalu percaya bahwa aku selalu bilang ke mamaku bahwa aku gak bisa lagi ubah skenario yang sudah terjadi di masa laluku. Aku cuma bisa fokus ke hari ini dan esok," tutur perempuan asal Jakarta ini.

Baca Juga: Kisah Esther Gayatri Saleh, Pilot Uji Perempuan Indonesia yang Pertama

4. Momen terendah dalam hidup Hana ada di masa-masa remajanya

Kisah Hana Madness, Seorang Pejuang dan Aktivis Kesehatan MentalSri Juwita dan Hana Madness menjadi pembicara dalam sesi diskusi "Be Aware of Your Mental Health" di IDN Media HQ. 27 Februari. IDN Times/Klara Livia

Hana menceritakan salah satu momen di masa kelamnya yang telah berlalu. "Pernah ngamen, pernah tidur di trotoar musala waktu SMP, pernah juga di pos satpam sampai dinyamukin barengan sama teman cewek," ujarnya.

Saat itu, ia mengaku sering gak pulang ke rumah. Selama itu terjadi ia sering kali menjumpai pelecehan baik secara verbal atau pun fisikal. Hana mengatakan, "Aku ingin pulang ke rumah tapi gak ada alasan, serba sulit keadaannya. Dan, coba berusaha menjadi diriku sendiri meskipun aku breakdown mentaly from the inside ya."

5. Terinspirasi dari sosok Sylvia Path dan Virginia Wolf

Kisah Hana Madness, Seorang Pejuang dan Aktivis Kesehatan MentalPenutupan sesi diskusi "Be Aware of Your Mental Health" di IDN Media HQ. 27 Februari. IDN Times/Klara Livia

Selain caregiver-nya, Hana mengatakan bahwa ia sangat terinspirasi oleh banyak seniman hebat yang ia kenal. Ia menyebutkan beberapa di antaranya seperti Sylvia Plath dan Virginia Wolf.

"Mereka bisa besar dengan karyanya meski pun dengan kejiwaan yang mereka punya, itu menginspirasi aku banget sih," pungkasnya.

6. "It's okay not to be okay, it's okay to say no, and it's okay to have your own space," tutur Hana

Kisah Hana Madness, Seorang Pejuang dan Aktivis Kesehatan MentalHana Madness menghadiri sesi diskusi "Be Aware of Your Mental Health" di IDN Media HQ. 27 Februari. IDN Times/Klara Livia

Keberanian untuk speak up terhadap kondisi kesehatan mental dan jujur terhadap diri sendiri adalah dua hal penting yang menurut Hana perlu disadari oleh setiap orang. Menurutnya, perasaan terpaksa dan rasa gak enakan yang sering dilakukan oleh orang-orang bisa merusak dari dalam diri.

"It's okay not to be okay, it's okay to say no, it's okay to have your own space, itu semua yang selalu aku katakan pada diriku sendiri," tutur perempuan yang lahir di bulan Oktober ini.

Saat diwawancara oleh IDN Times Hana mengatakan harapannya, "Aku merasa aku punya power sekarang, gimana caranya agar aku bisa meng-influence orang lain dalam interest of mental health mereka, membuat mereka lebih aware kepada diri mereka dan lingkungan sekitar mereka."

Itu dia hasil obrolan IDN Times dengan Hana Madness. Sangat inspiratif ya!

Baca Juga: Rena Masri: Perempuan Millennial Harus Independen & Eksplorasi Diri

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya