Kisah Suzy Hutomo, Executive Chairperson The Body Shop Indonesia

#IDNTimesLife Simak kisahnya memperjuangkan RUU PKS

Terhitung 28 tahun berlalu sejak Suzy Hutomo mendirikan The Body Shop Indonesia. Bagi Suzy, ada tiga visi yang coba ia bawa pada perusahaan kecantikan tersebut. Yaitu berkaitan dengan planet, people, dan profit.

Sepak terjangnya di dunia bisnis juga dibarengi dengan geliat aktivismenya di bidang lingkungan dan isu-isu sosial. Nilai-nilai tersebut juga tampak pada kampanye pengesahan RUU PKS yang dilakukan The Body Shop Indonesia.

Pada wawancara khusus bersama IDN Times yang diselenggarakan pada Jumat (19/2/2021), Suzy pun membagikan pengalaman dan sudut pandangnya.

1. Sudah hampir 30 tahun sejak Suzy mendirikan The Body Shop Indonesia

Kisah Suzy Hutomo, Executive Chairperson The Body Shop IndonesiaIDN Times/Tyas Hanina

Selama pandemik Covid-19 terjadi, Suzy banyak menghabiskan waktu di kediamannya di Bali. Selain memimpin perusahaannnya, Executive Chairperson dan Owner dari The Body Shop Indonesia ini juga aktif berkegiatan sebagai aktivis lingkungan hidup.

"Saya activist environment, jadi saya punya proyek juga di Sanur untuk membersihkan sampah dan lain-lain. Dan, saya juga punya akun @sustainable_suzy dengan konten seputar sustainable livingyang menarik untuk anak muda," pungkasnya.

Semangatnya untuk menjaga lingkungan tumbuh dari kebiasaan yang dibangun keluarganya sendiri. Setiap akhir pekan, mereka menghabiskan waktu di Puncak serta Kepulauan Seribu. Momen berharga tersebut membuat Suzy kecil merasa punya koneksi khusus dengan alam.

Energi tersebut juga dirasakannya ketika pertama kali mengunjungi toko The Body Shop di London. "Waktu lewat sana, saya merasa tertarik untuk masuk tokonya. Terus saya lihat ada banyak pamflet tentang animal testing. Dan, ternyata mereka menjual produk perawatan tubuh," kenangnya.

Setelah menjadi customer dari brand kecantikan tersebut, Suzy dan sang suami juga merasa tertantang untuk meneruskan bisnisnya di Indonesia. Meski sempat dipandang sebelah mata tentang pilihan tersebut, ia tetap merasa yakin dengan nilai perusahaannya.

"Aku merasa cocok dengan The Body Shop karena ada pesan lingkungan dan produknya mengandung natural ingredients. Selain itu, aku juga mengagumi sosok Anita Roddick selaku pendirinya," tutur Suzy sambil tersenyum.

2. Membawa misi mulia untuk mengedukasi pelanggan tentang pentingnya merawat lingkungan

Kisah Suzy Hutomo, Executive Chairperson The Body Shop Indonesiainstagram.com/sustainable_suzy

Tentunya ada banyak yang rintangan yang harus dilewati Suzy saat membangun bisnisnya.

"The Body Shop Indonesia sebagai retail brand harus mencari tempat strategis untuk berjualan. Kendalanya karena kita belum terkenal, masih banyak yang meragukan," ujarnya.

Untuk mengatasi kendala tersebut, Suzy berusaha meyakinkan orang-orang bahwa The Body Shop Indonesia adalah brand kecantikan yang punya masa depan gemilang. Ia mengatakan,

"Karena kita belum bisa menunjukkan kalau kita udah sukses. Tapi, kita tetap bisa ngasih pandangan dan rencana kita depannya".

Sebagai bagian dari kegiatan promosinya, ia pun bekerja sama dengan salah satu media lokal untuk memuat feature tentang Anita Roddick. Setelahnya, semakin banyak orang yang mendatangi tokonya.

Rintangan yang lain berkaitan dengan persoalan harga dan kebiasaan unik yang dibangun oleh perusahaannya. "Karena import dutty waktu itu masih tinggi sekali. Jadi, barangnya gak bisa dijual terlalu murah juga," katanya.

Selain menjelaskan tentang benefit produk kepada konsumen, The Body Shop Indonesia juga berusaha mengedukasi tentang masalah lingkungan. Mulai dari aturan untuk gak memberikan kantung plastik, sampai imbauan untuk mengembalikan packaging produk yang telah dipakai.

3. Selain aktif berkampanye tentang isu lingkungan, Suzy juga banyak mengangkat topik kesetaraan gender. Salah satunya soal RUU PKS

Kisah Suzy Hutomo, Executive Chairperson The Body Shop Indonesiainstagram.com/sustainable_suzy

Selain aktif membuat konten di Instagram, Suzy juga menulis beberapa artikel terkait permasalahan lingkungan pada blog pribadinya. Perempuan berkacamata ini juga sempat menjabat sebagai anggota dari berbagai organisasi lingkungan, seperti Greenpeace South East Asia, Yayasan KEHATI, Yayasan Lensa Masyarat Nusantara , dan Yayasan Kopernik.

Chairwoman dari The Body Shop Indonesia ini juga kerap kali menunjukkan concern-nya terhadap isu gender. Saat ditanya apa hal yang mendorong kepedulian tersebut, Suzy menjawab dengan tegas,

"Alasan pertama karena saya seorang perempuan. Di mana kita kadang merasa gak selalu otomatis mendapatkan posisi yang setara".

Suzy juga merasa beruntung tumbuh pada lingkungan keluarga yang memegang nilai kesetaraan gender. Meski, ia juga gak menampik masih ada situasi sulit yang menimpa perempuan lainnya terkait masalah gender disequality.

"Kenapa kita gak bisa membawa suatu perubahan untuk perempuan? To be respected equally, memiliki hak yang sama, serta mempunyai kepercayaan diri yang sama. Yang terakhir juga bisa merasa aman," pungkasnya.

Suzy mengatakan bahwa untuk menciptakan lingkungan yang adil dan nyaman tersebut dibutuhkan dukungan akan kampanye stop sexual violence. Campaign ini juga berkaitan dengan isu pengesahan RUU PKS (Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual).

"Karena memang situasi kekerasan seksual sudah cukup banyak di Indonesia. Bahkan masa pandemik ini peningkatannya sangat tajam. Angkanya meningkat dalam tahun terakhir 70 persen," ujarnya.

Berangkat dari kesadaran tersebut dan pengalaman pribadinya penyintas kekerasan seksual Suzy semakin tergerak untuk bersuara.

Baginya, masalah kekerasan seksual adalah sesuatu yang harus dilawan bersama. Sebab setiap orang bisa menjadi korban dari tragedi memilukan itu.

"Supaya semua bisa terlindungi dan masalah ini bukan cuma jadi sesuatu yang private," tambahnya.

4. Tentang "Shoes in Silence", aksi dan pameran seni yang bertujuan untuk mendorong pengesahan RUU PKS

Kisah Suzy Hutomo, Executive Chairperson The Body Shop Indonesiainstagram.com/sustainable_suzy

"Karena ranah hukum yang gak lengkap itu. Jadi ketika mau melindungi seorang penyintas, society masih menganggap isu tersebut adalah ranah pribadi," ujar Suzy.

Pemilik akun Instagram @sustainable_suzy juga berpendapat bahwa permasalahan ini juga harus menjadi isu utama yang dibahas oleh pemerintah, termasuk juga dalam mengesahkan RUU PKS.

Untuk mendorong movement tersebut, The Body Shop Indonesia mengadakan kampanye bernama "Shoes in Silence". Berupa ajakan untuk menyumbangkan sepasang sepatua untuk mewakili diri mereka berdemo di depan gedung DPR.

dm-player

Sepatu yang selama ini dipandang sebagai bagian perangkat busana seseorang, dalam gerakan ini juga menjadi representasi dari perjalanan hidup pemakainya. Setelah kampanye itu dijalankan, sudah ada 500 sepatu yang disumbangkan pada aksi ini.

Sepatu-sepatu tersebut menjadi simbol dari langkah dan suara untuk menyuarakan perjuangan menghentikan kekerasan seksual. Kumpulan sepatu ini pun dipamerkan pada instalasi seni yang berlokasi di Komnas Perempuan. Art exhibition yang juga memuat tentang kisah pribadi para korban dan penyintas ini juga berlangsung secara daring. Dari situs tersebut telah terkumpul dana donasi sebesar 1,1 M untuk Yayasan Pulih.

Kampanye pengesahan RUU PKS ini bukanlah pengalaman pertama The Body Shop mendorong pengesahan RUU yang berkaitan dengan masalah gender. Pada 2004-2008, mereka sempat ikut andil dalam kampanye pengesahan UU KDRT.

Di tahun selanjutnya, mereka juga berupaya untuk mendorong pemerintah Indonesia meretifikasi UU tentang sex trafficking.

"Jadi, sudah dua kali kami berkampanye tentang hal itu. Setelah sudah lewat 11 tahun kita gak melakukannya, saya rasa ini sudah saatnya mendorong isu gender kembali," pungkasnya.

 

Seraya tersenyum simpul, Suzy pun lanjut bercerita, "Saya bicara dengan teman-teman NGO bagaimana mendorong isu ini. Draft itu (RUU PKS) sendiri kan udah diusulkan oleh berbagai organisasi udah 8 tahun lamanya".

Setelah sempat keluar dari prolegnas tahun lalu, RUU PKS kembali menjadi prolegnas prioritas di Baleg DPR. Oleh karena itu, Suzy merasa isu ini masih harus dikawal.

Baca Juga: Simak Perjalanan Inspiratif Alimah Fauzan, Founder Perempuan Berkisah

5. Mendorong penciptaan ruang aman bagi para korban dan penyintas jadi hal yang penting untuk dilakukan

Kisah Suzy Hutomo, Executive Chairperson The Body Shop Indonesiainstagram.com/sustainable_suzy

Sebelum kampanye tersebut berjalan, Suzy juga mengupayakan adanya kesadaran bersama tentang gentingnya masalah kekerasan seksual pada perusahaannya.

"Kita adakan webinar internal dan sama-sama kita putuskan untuk melanjutkannya. Emang ada risiko, because this is not about products. Namun, ini menyangkut social justice," ujarnya.

Ketika ditanya apa harapannya untuk perkembangan RUU PKS, Suzy mengaku masih optimis.

Ia bilang, "I think it’s a long haul. Artinya if it doesn’t happen this year, kita lanjutkan dengan terus menjalankan petisi dan gak putus asa".

Rancangan Undang-undang yang membahas tentang masalah kekerasan seksual ini makin terasa relevan seiring dengan meningkatnya kasus kekerasan seksual selama pandemik. Kasus tersebut terjadi pada lingkungan terdekat korban secara fisik, atau pun berupa kekerasan berbasis online.

Menurut Suzy, dibutuhkan pemahaman mendalam tentang online security dan keberanian untuk melaporkan kasusnya.

"Sayangnya saat ini gak ada RUU yang melindungi kita dari hal itu. Itulah mengapa kita musti cukup kuat & lebih confident to say this is wrong, this is crime, dan ini salahnya dia," pungkasnya.

Selain itu, ia juga merekomendasikan pentingnya untuk mencari kontak serta merujuk pada pihak-pihak yang dapat membantu. Misalnya, seperti layanan konseling dari Yayasan Pulih.

"Itu alasan kenapa kita mencari donasi untuk Yayasan Pulih. Karena dana yang dikumpulkan akan diarahkan untuk membangun safe space untuk perempuan-perempuan yang memerlukan bantuan," tambahnya.

6. Bagi Suzy, setiap orang bisa membawa perubahan penting kepada society

Kisah Suzy Hutomo, Executive Chairperson The Body Shop Indonesiainstagram.com/sustainable_suzy

Sebagai seseorang yang aktif di dunia bisnis, Suzy lumayan aktif menyuarakan isu-isu marginal seperti lingkungan dan gender.

Mengenai hal itu, ia berpendapat, "Kita kan gak tinggal di Menara Gading, tapi di dalam society. Bahwa lingkungan dan masyarakat itu penting".

Menjadi tonggak perubahan juga bisa dilakukan dari berani berpendapat, pesan tersebut ia terima dari Anita sebagai sosok yang dikaguminya.

Ia bercerita, "Anita suka bilang kalau kamu gak merasa punya impact, coba kamu masuk dalam kelambu. Saat ada 1 ekor nyamuk, kamu merasakannya gak? Nah, siapa pun bisa jadi 'nyamuk' itu".

Untuk menjadi sosok yang berani unjuk gigi dan berpendapat juga dibutuhkan perjalanan yang panjang. Perempuan yang tinggal di Pulau Dewata ini juga punya pengalaman menarik seputar itu. Dahulu, Suzy sering merasa kurang percaya diri dan mendapat diskriminasi secara halus.

"Diskriminasi mungkin akan terus ada. Tapi, kita harus tau bahwa masih ada yang mendukung kita. Selain itu, kita juga harus educate para pria tentang masalah ini. Dan, pihak perempuannya juga harus belajar membangun kepercayaan diri," tambahnya.

Selain sempat bermasalah dengan kepercayan dirinya, Suzy juga pernah mengalami keterpurukkan pada masa Krisis Ekonomi 1998. Perusahaannya saat itu punya sejumlah hutang yang harus dibayar dan kondisi penjualan produknya sedang gak terlalu baik.

"Gimana mengatasinya? Saya rasa dengan tetap calm lalu menginventaris hal-hal yang masih positif. Mulai dari reputasi dan hubungan baik," katanya. Setelah berpikir dengan kepala dingin, ia pun mendapat banyak pelajaran penting dari kondisi sulit tersebut.

 

"Baru kita sadar kalau reputasi itu sangat penting. Dan, the ability of negotiate juga membantu. Selain itu, kita juga harus memupuk self confidence kembali dan menghubungi pihak yang bisa membantu," tambahnya.

7. Menurut Suzy, tingkat kehebatan seseorang terlihat dari seberapa besar impact positif yang bisa diberikannya

Kisah Suzy Hutomo, Executive Chairperson The Body Shop Indonesiainstagram.com/sustainable_suzy

Selama wawancara, beberapa kali Suzy menyebutkan nama Anita Roddick. Sosok perempuan tersebut sangat menginspirasinya dalam hal berbisnis dan menjadi dirinya sendiri.

"Dia orang yang sangat gak konvensional, kreatif, dan suka inovasi. Tapi, dia juga sangat rendah hati dan apa adanya" tutur Suzy mengenang sosok Anita.

Selama perjalanannya membangun dan mengembangkan perusahaan The Body Shop Indonesia, Suzy telah bertemu dengan banyak sosok inspiratif.

Saat ditanya apa kesamaan kualitas yang ada pada diri mereka, ia menjawab, "If you contribute untuk melakukan sesuatu perubahan untuk orang lain ke arah yang lebih baik, that is your mark. Baik perempuan atau pria, people who can contribute to make a positive change".

Pada penghujung wawancara di siang hari itu, aktivis lingkungan ini juga menitipkan pesannya untuk perempuan millennials di Indonesia.

"Dream big! Jangan korting mimpi anda. Kejar mimpi itu, tapi tetap realistis," katanya.

Itu dia rangkuman kegiatan wawancara IDN Times dengan Suzy Hutomo. Kamu bisa membantu menandatangani petisi pengesahan RUU PKS melalu situs tbsfightforsisterhood.co.id.

Baca Juga: Kisah Swietenia Puspa Lestari, Sambil Menyelam Sabet Banyak Prestasi!

Topik:

  • Pinka Wima
  • Febriyanti Revitasari
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya