Pendaki Perempuan Ucapkan Selamat Hari Kartini dari Kaki Everest

#AkuPerempuan Dua pendaki perempuan Indonesia ini sedang menuju puncak tertinggi dunia

Mathilda Dwi Lestari (Hilda) dan Fransiska Dimitri Inkiriwang (Deedee), sedang berusaha menyelesaikan misi mereka menjadi pendaki perempuan dari Indonesia yang pertama bisa mencapai 7 puncak tertinggi dunia. 

Dua perempuan berusia 23 tahun yang menamakan ekspedisi mereka The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala-Unpar (WISSEMU) kini menuju Everest. 

Setelah bertolak dari Indonesia pada tanggal 29 Maret 2018, Hilda dan Deedee sekarang sedang mempersiapkan diri di Base Camp Everest (Everest Base Camp-EBC). Sehari-hari mereka melakukan penyesuaian fisik dengan ketinggian. Mereka juga tetap melakukan latihan, mempertajam teknik pendakian, dan melatih mental mereka. 

Di Hari Kartini, Hilda dan Deedee melakukan kegiatan rutin di EBC. “Kami melakukan latihan teknik single rope (SRT)  di salah satu bukit berketinggian 5.420 mdpl. Bukit itu agak jauh dari camp dan jalurnya penuh batu yang sangat licin. Untungnya, cuaca cukup cerah dan angin tidak kencang,” cerita Deedee dari EBC kepada IDN Times.  

Kedua perempuan kuat ini pun meluangkan waktu untuk menyemangati perempuan Indonesia di Hari Kartini. Ini pesan dari mereka:

1. Semangat perjuangan Kartini bukan hanya untuk perempuan Indonesia

Pendaki Perempuan Ucapkan Selamat Hari Kartini dari Kaki Everestinstagram.com//ina7summits

“Peringatan Hari Kartini selalu identik dengan perempuan. Menurut kami, semangat dan perjuangan Kartini harus dirayakan oleh masyarakat Indonesia. Bukan hanya perempuan saja. Mengapa? Karena untuk membuat perubahan seperti yang dicita-citakan Kartini, tidak bisa hanya dilakukan perempuan. Laki-laki harus mendukung juga,” kata Deedee.

Tanpa kerjasama yang baik, antara laki-laki dan perempuan, cita-cita kesetaraan tidak akan terwujud. Ya, 'kan?

2. Sudah saatnya menghentikan perdebatan tentang siapa yang paling hebat

Pendaki Perempuan Ucapkan Selamat Hari Kartini dari Kaki Everestinstagram.com/ina7summits

Mendaki gunung bukanlah kegiatan yang populer untuk perempuan. Jumlah pendaki perempuan jika dibandingkan dengan pendaki laki-laki tentulah kalah. Namun, bukan tidak mungkin perempuan meraih prestasi yang sama dengan laki-laki. Apakah artinya laki-laki lebih hebat? Tentu bukan demikian alasannya. 

“Ibu Kartini memimpikan perempuan Indonesia mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki Indonesia. Mendapatkan kesempatan itu harus diperjuangkan. Laki-laki dan perempuan Indonesia harus punya keyakinan bahwa mereka bisa sejajar dan melakukan hal yang sama,” itu pesan Hilda untuk pembaca IDN Times.

Baca juga: Perempuan Pendaki 7 Puncak Dunia: Semua Bermula dari Langkah Kecil

dm-player

3. Jangan sampai perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan dijadikan alat untuk menjatuhkan

Pendaki Perempuan Ucapkan Selamat Hari Kartini dari Kaki Everestinstagram.com/ina7summits

Meski perempuan dan laki-laki bisa mendapat kesempatan yang sama, kita harus menyadari bahwa secara fisik dan mental, laki-laki akan berbeda dengan perempuan. 

“Secara fisik dan mental kualitas yang dimiliki laki-laki dan perempuan pasti akan berbeda. Namun, perebedaan itu bukan digunakan untuk saling menjatuhkan melainkan untuk saling melengkapi. Perempuan bakal bisa melakukan hal-hal yang dilakukan laki-laki. Tentu, caranya saja yang harus disesuaikan,” lanjut Hilda. 

Sebagai pendaki perempuan misalnya, Hilda dan Deedee harus berlatih fisik lebih berat daripada pendaki laki-laki. Menjadi pendaki, bukan serta merta membuat keduanya berotot kuat. Semuanya disesuaikan dengan porsinya. Untuk meraih kesempatan yang sama, yaitu mencapai 7 puncak dunia, pendaki perempuan perlu melakukan persiapan lebih lama dan panjang. Satu hal yang juga agak sulit untuk pendaki perempuan adalah meraih kepercayaan dari masyarakat juga keluarga, bahwa mereka mampu mencapai 7 puncak dunia itu. 

4. Perempuan harus melepaskan diri dari label yang melemahkan

Pendaki Perempuan Ucapkan Selamat Hari Kartini dari Kaki Everestinstagram.com/ina7summits

Deedee dan Hilda juga pernah lelah dengan label-label yang khas perempuan yang ditujukan ke mereka. Banyak yang meragukan kemampuan mereka untuk menyelesaikan misi. Namun, mereka mampu mematahkannya.
“Perempuan punya banyak label yang bikin lemah. Misalnya, perempuan tidak cukup kuat fisiknya untuk mendaki, tidak punya mental baja, dan lain-lain. Itu semua harus dipatahkan. Jangan percaya label-label itu deh. Tunjukan saja bahwa semua itu salah,” kata Hilda. 

5. Tetaplah bermimpi dan teguhlah dalam mewujudkannya

Pendaki Perempuan Ucapkan Selamat Hari Kartini dari Kaki EverestWISSEMU

Rencananya, Deedee dan Hilda menuju puncak Everest di ketinggian 8.848 mdpl pada 12 Mei 2018. Mimpi itu telah mereka tanamkan sejak tim Wissemu dibentuk 3 tahun lalu. Mimpi itulah yang membawa mereka sekarang ini. 

“Bermimpi saja tidak cukup sih, perlu usaha keras untuk mewujudkannya. Itulah yang harus dilakukan tidak hanya oleh perempuan, tetapi juga laki-laki. Tetaplah bermimpi dan bercita-cita besar. Jadilah perempuan yang bisa bangga terhadap dirinya. Itulah yang bisa kami lakukan untuk mewujudkan cita-cita Ibu Kartini,” kata Hilda. 

Sekarang, kita tunggu kabar keberhasilan mereka mencapai puncak tertinggi ya. Selamat Hari Kartini!

Baca juga: Mathilda Dwi Lestari: Perempuan Indonesia Pertama yang akan Mendaki 7 Puncak Dunia

Topik:

Berita Terkini Lainnya