5 Dampak jika Terus Melakukan Quiet Quitting, Jadi Kurang Produktif!

Walau tahu batasan bukan berarti semaunya sendiri ya

Istilah quiet quitting memang sedang ramai dibicarakan banyak orang, terutama di media sosial. Quiet quitting sendiri bisa diartikan tindakan yang dilakukan seseorang untuk membatasi diri dari pekerjaan yang tidak seharusnya dilakukan. Mereka yang melakukannya merasa perlu membatasi aktivitas kerjanya dan cenderung mengerjakan pekerjaan yang sesuai job desc-nya saja.

Fenomena seperti ini ternyata tidak bisa dianggap sepele begitu saja. Apalagi jika terus-terusan dilakukan, hal ini bisa berdampak bagi diri sendiri maupun perusahaan. Walaupun banyak yang beranggapan, quiet qutting bisa menjadi salah satu upaya agar mencapai work life balance, namun tak sedikit yang merasa tidak diuntungkan. Inilah lima dampak yang akan dirasakan jika terus melakukan quiet quitting.

1. Merasa tidak dapat berkembang 

5 Dampak jika Terus Melakukan Quiet Quitting, Jadi Kurang Produktif!Laptop yang ringan lebih mudah untuk dibawa-bawa daripada laptop yang berat. (freeimage.me)

Bagi sebagian orang, melakukan hal baru saat bekerja bisa jadi challenge tersendiri. Makanya tidak sedikit orang yang suka tantangan dalam pekerjaan. Hingga tak jarang, pekerjaan yang menantang dengan gaji yang besar selalu jadi incaran.

Sayangnya, ketika kamu memilih untuk membatasi diri dalam pekerjaan, tentunya bisa mempersempit ruang gerakmu. Kamu jadi hanya bekerja hal-hal itu saja dan terkesan sangat monoton. Pastinya kamu akan merasa sangat bosan.

2. Sulit untuk mencapai career goals yang diinginkan

5 Dampak jika Terus Melakukan Quiet Quitting, Jadi Kurang Produktif!Ilustrasi tidak bisa mencapai career goals (pexels.com/RODNAE Productions)

Coba teliti lagi apa career goals atau tujuan bekerja yang ingin kamu capai? Apakah hanya sekadar mencari uang saja? Atau ada tujuan yang lebih besar lagi?

Tak dapat dimungkiri, generasi millenial pasti menginginkan hal yang lebih dalam bekerja. Entah berupa penghargaan atau hanya sekedar pengakuan saja. Umumnya, mereka lebih berambisi untuk lebih baik lagi.

Kalau pada akhirnya kamu memilih untuk tetap quiet quitting, kamu pasti akan tertinggal jauh dengan rekanmu. Hal itu akan mempersulit untuk dapat mencapai career goals yang kamu inginkan.

3. Muncul konflik dengan rekan kerja

5 Dampak jika Terus Melakukan Quiet Quitting, Jadi Kurang Produktif!Ilustrasi konflik dengan rekan kerja (pexels.com/Yan Krukov)

Konflik antar rekan kerja memang hal yang biasa terjadi. Akan tetapi, melakukan quiet quitting bukannya mengurangi konflik justru malah menambah masalah. Bayangkan saja, ketika kamu memilih untuk bekerja secukupnya dan tidak mau mengerjakan tugas tambahan yang bukan tanggung jawabmu. Bisa mempengaruhi penilaian orang terhadapmu.

Orang akan menilaimu tidak bisa diandalkan dan bisa mempengaruhi kinerja lainnya. Selain itu, kamu bisa dianggap memberi dampak negatif bagi pekerja yang lain.

Baca Juga: 5 Cara Akrabkan Kembali Hubungan Renggang dengan Rekan Kerja

4. Menurunkan kepercayaan perusahaan padamu

5 Dampak jika Terus Melakukan Quiet Quitting, Jadi Kurang Produktif!Ilustrasi kurang respect (pexels.com/Yan Krukov)

Lama kelamaan perusahaan tidak bisa memberikan nilai yang penuh padamu. Terutama untuk penilaian kinerja. Kamu akan dianggap pekerja yang kurang produktif dan tidak layak untuk dipertahankan.

Perusahaan selalu ingin mencari karyawan yang royal dan dapat diandalkan. Jika kamu masih terus-terusan melakukan quiet quitting, perusahaan jadi kurang respect kepadamu.

5. Bisa berakibat pada pemutusan kerja 

5 Dampak jika Terus Melakukan Quiet Quitting, Jadi Kurang Produktif!Ilustrasi pemutusan kerja (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)

PHK bisa menjadi pilihan terakhir jika kamu tidak bisa perform dengan baik. Alih-alih ingin cari aman, kamu malah membuat kinerjamu semakin menurun. Tidak mustahil jika perusahaan bisa saja memutuskan kontrakmu sewaktu-waktu.

Zaman yang terus berkembang maju ini memang menuntut pekerja untuk terus meningkatkan kualitas. Agar kamu bisa tetap bekerja, mau tidak mau harus bisa mengikuti perkembangan. Walaupun akhir-akhir ini banyak yang burnout akibat pekerjaan, tetapi bukan berarti kamu memilih quiet quitting terus menerus, atau parahnya hanya bekerja semaumu saja.

Wajar semua orang lebih memilih bekerja sesuai job desk-nya. Hanya saja, kita perlu fleksibel juga. Bukan lantas memberikan banyak batasan dalam bekerja.

Kamu perlu mengeksplor banyak hal agar bisa meningkatkan karirmu. Selain itu, perlu adanya keterbukaan dengan perusahaan tentang hal-hal apa saja yang sudah menjadi kesepakatan. Sehingga ketika ada hal yang tidak nyaman bisa segera tersampaikan dengan baik.

Baca Juga: 5 Tanda Rekan Kerja Iri dengan Prestasi Kerjamu, Waspada!

Puspita Diah Photo Verified Writer Puspita Diah

Trust your hunches. They're usually based on facts filed away just bellow the conscious level - DR. Joyce Brothers

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Wahyu Kurniawan

Berita Terkini Lainnya