3 Alasan Partisipan Perempuan di Pilkada Masih Rendah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Bagi partisipan yang ingin maju Pilkada maupun Pileg, rekam jejak partisipan menjadi hal penting yang dinilai partai politik. Karena hal itulah yang nantinya menjadi penentu, apakah partisipan tersebut memiliki elektabilitas yang baik atau tidak. Termasuk, partisipan perempuan yang juga ingin sama-sama berjuang dalam kursi Pilkada maupun Pileg.
Direktur Eksekutif Puskapol FISIP UI Aditya Perdana mengatakan, pada akhirnya parpol akan mengedepankan kader partainya yang memiliki pengalaman, untuk dicalonkan dalam Pilkada atau Pileg.
“Entah itu di petahana atau DPR, partai politik ketika mencalonan kadernya lebih mengutamakan yang memiliki pengalaman, entah itu yang di petahana maupun DPR,” ujar Aditya di Media Center KPU RI, Jakarta, Rabu (1/8).
Apa saja penyebab partisipasi perempuan di dunia politik dan posisi sentral lainnya masih rendah?
1. Elektabilitas menjadi hal utama
Aditya mengatakan banyak partai politik yang memilih kadernya dari berbagai kalangan, tidak terkecuali public figure. Faktor popular menjadi alasan parpol memilih calon kadernya tersebut, namun elektabilitas tetap menjadi acuan bagi parpol tersebut.
“Jejak rekam nampaknya jadi perhatian dari elite partai untuk mencalonkan kadernya. Sehingga nanti akan ketahuan, maka yang bisa bekerja secara efektif. Hal ini bisa dilihat saat masa kampanye berlangsung,” tutur Aditya.
Baca Juga: Ketimpangan Partisipasi Perempuan di Pilkada Serentak
2. Masih ada perspektif perempuan: belum waktunya memimpin
Editor’s picks
Perspektif di kalangan pria yang menganggap bahwa kaum perempuan belum memiliki kesempatan yang tepat untuk memimpin, kata Aditya, menjadi faktor rendahnya angka partisipasi perempuan pada posisi sentral, termasuk Pilkada ataupun Pileg. Kesempatan bagi perempuan itu sendiri belum luas diberikan.
“Banyak kaum pria yang memiliki perspektif belum saatnya perempuan untuk maju. Sehingga masih banyak partisipan perempuan yang menjabat baik di sekertaris, sebagai moderator, dan bukan posisi-posisi sentral,” tutur dia.
3. Perlu memikirkan program tentang isu perempuan
Menurut Aditya ada beragam isu dan juga kepentingan perempuan yang perlu diperhatikan. Di mana, berbagai kepentingan tersebut terkadang perempuan itu sendiri yang memahami, sehingga saat partisipan perempuan itu berniat maju dalam Pilkada dan Pileg, perlu memikirkan tentang program yang berkaitan dengan visi misi tersebut.
“Bicara soal program yang ditawarkan dalam lima tahun ke dapan, tapi programnya tersebut masih nyomot,” kata dia.
Menurut kamu wanita punya hak yang sama di semua bidang gak, termasuk politik. Setuju gak guys?
Baca Juga: Pilkada Belum Ramah bagi Partisipasi Perempuan, Kenapa?