Banyak Paslon Pilkada Tak Pahami Cara Menggaet Suara Millennials

#Pilkada2018 Masih memakai cara tradisional

Jakarta, IDN Times - Jumlah pemilih pemula menjadi prioritas untuk diperhatikan. Dengan banyaknya jumlah pemilih pemula yang terdiri dari generasi Millennials tersebut, secara tidak langsung tentu memiliki pengaruh dalam Pilkada serentak 2018 ini.

Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia/ SIGMA, Said Salahuddin, mengatakan ada sekitar 19 juta pemilih pemula. “Terdapat 19 juta pemilih pemula yang masuk menjadi pemilih dan akan menentukan daerahnya. Suara mereka mungkin signifikan,” ujarnya di kantor IDN Times, Rabu (27/6).

1. Generasi Millennials jadi sasaran paslon berkampanye

Banyak Paslon Pilkada Tak Pahami Cara Menggaet Suara MillennialsIDN Times/Abraham Herdyanto

Banyaknya jumlah pemilih muda yang masuk dalam kategori generasi Millennials membuat pasangan calon kepala daerah menjadikan mereka sebagai target dalam kampanyenya selama ini. Suara mereka yang berpengaruh signifikan inilah yang bisa menjadi sasaran pada aktivitas kampanye beberapa waktu lalu.

Sehingga hal itu pun berpengaruh pada konsep kampanye dengan tujuan menarik perhatian mereka semua. Salah satu caranya dilakukan melalui media sosial karena generasi Millennials lebih dekat dengan media sosial untuk mendapatkan informasi dan berkomunikasi.

“Mereka berinteraksi dalam rangka merebut hati kaum Millennials. Jadi kegiatan dan konsepnya dibuat memang untuk Millennials,” jelasnya.

2. Sayangnya sejumlah cara masih bersikap tradisional

Banyak Paslon Pilkada Tak Pahami Cara Menggaet Suara MillennialsIDN Times/Fitria Madia

Meskipun sejumlah pasangan calon kepada daerah telah menyadari potensi suara generasi Millennials, namun cara-cara yang digunakan masih tradisional. Hal ini malah dimanfaatkan untuk menggaet pemilih dengan politik fanatik.

Menurut Sahid, generasi muda perlu diberikan wawasan terkait dengan pasagan calon epalda daerah tersebut. Agar mereka bisa mengetahui secara rinci teng program-program yang kedepannya akan dijalankan. Sehingga pemilih Millennials ini bisa menentukan kepala daerah dengan tepat dan sesuai dengan apa yang dibutuhkannya.

“Harusnya generasi Millennials bisa memilih pasangan si anu karena mereka begitu, atau saya memilih pasangan yang ini karena alasan ini. Pola-pola perbandingan tersebut bagus karena mereka mendapatkan informasi yang lengkap atas apa yang dipilihnya,” jelasnya.

3. Zaman yang semakin terbuka

Banyak Paslon Pilkada Tak Pahami Cara Menggaet Suara MillennialsIDN Times

Meskipun dalam proses pemilihan kepala daerah kita merahasiakan siapa yang dipilih, namun pada dasarnya para pemilih itu sendiri menunjukkan gerak-gerik dukungan terhadap calon pasangan tertentu. Sehingga kerahasiaan atas pilihan kepala daerah tersebut bukan lagi sesuatu yang ditutupi.

“Pada akhirnya, pemilu gitu sudah tidak lagi merasa kerahasiaan menjadi penting. Toh semua sudah ada informasinya,” jelasnya.

Baca juga: 10 Potret Manis Arumi Bachsin Temani Emil Dardak Mencoblos, Romantis!

Topik:

  • Sugeng Wahyudi

Berita Terkini Lainnya