Langkanya Quality Time di Keluarga Zaman Now

Media sosial jadi pelarian anak ketika orangtua lalai

Jakarta, IDN Times – Keluarga menjadi tempat pertama bagi seorang anak untuk belajar dan bertumbuh dengan baik. Dukungan dan kasih sayang yang diberikan orangtua bisa membentuk karakter anak hingga dewasa. 

Salah satunya melalui quality time. Dalam kegiatan ini,  orangtua bisa mencurahkan perhatian lebih di tengah kesibukan yang mungkin mencuri waktu kebersamaan bersama keluarga.

Psikolog Anak dan Remaja dari Yayasan Pulih, Gisella Tani Pratiwi mengatakan quality time menjadi hal yang sebenarnya sederhana untuk dilakukan oleh keluarga. “Tapi nyatanya itu sangat sulit dilakukan,” kata Gisella kepada IDN Times di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Jakarta, belum lama ini.

Banyak orangtua yang justru menggunakan waktu bertemu dengan anak untuk menanyakan hal-hal yang sifatnya kurang membangun komunikasi. Seperti pertanyaan mengenai nilai di sekolah hingga tugas pekerjaan rumah sang anak.

“Kalau kita bertemu dengan anak, kita menatap matanya tidak? Kita bertanya tidak gimana tadi di sekolah? Karena biasanya kalau bertemu pasti yang ditanyakan itu soal PR, nilanya berapa? Jangan lupa kerjakan PR. Padahal basic-nya bertemu anak itu ya, kita mau ngapain nih? Mau melakukan apa bersama-sama?” jelasnya.

Baca Juga: 7 Sifat Millennial yang Paling Bikin Resah Orangtua, Kamu Pernah?

1. Quality time membuat anak merasa diterima oleh keluarga

Langkanya Quality Time di Keluarga Zaman Nowpixabay.com/Anemone

Gisella mengatakan, quality time yang diciptakan orangtua kepada anaknya, bisa membangun sebuah konsep bahwa si anak merasa diterima di dalam keluarga. Karena di dalam quality time itu, anak diajak berkomunikasi, berdiskusi, hingga menjadi diri sendiri.

Selain untuk kedekatan komunikasi antar anak dan orangtua, tambah Gisella, quality time ini bisa membuat anak merasa diterima. Si anak akan merasa mendapatkan dukungan yang besar dari segala aspek oleh orangtuanya. "Jadi anak bisa lebih termotivasi dan komunikasi pun menjadi lancar,” katanya.

2. Quality time vs era digital

Langkanya Quality Time di Keluarga Zaman NowUnsplash/Burst

Gisella juga memaparkan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017 mengenai penggunaan internet di Indonesia. Dalam survei tersebut terungkap bahwa 143, 26 juta dari 262 juta penduduk Indonesia menggunakan internet. Pengguna terbanyak berada di usia 19 - 34 tahun (generasi millennials) dengan presentase 49,52 persen. Sedangkan untuk usia 13 – 18 tahun sebanyak 16,68 persen.

Selain itu, data dari Mikro Survei Ekonomi dan Sosial Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) 2016 menjelaskan, sebagian besar penggunaan internet di kalangan siswa sekolah dasar dan sederajat adalah untuk hiburan seperti games, menonton TV, hingga radio. Sementara itu di urutan kedua, internet digunakan untuk mengerjakan tugas. 

Menurut Gisella, media sosial bisa memfasilitasi anak dan remaja untuk mengaktualisasikan diri, sesuatu yang mungkin belum didapatkan dari keluarga. 

Di satu sisi, lingkungan menampilkan hal-hal baru, sementara generasi ini biasanya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. "Di sisi lain, keluarga belum bisa memfasilitasi hal tersebut, makanya beralih ke media sosial,” ujarnya.

3. Keterlibatan orangtua di tengah era digital melalui quality time

Langkanya Quality Time di Keluarga Zaman NowPexels.com

Tidak bisa dipungkiri bahwa anak dan remaja saat ini telah akrab dengan teknologi dan digitalisasi. Penggunaan gawai dan internet tanpa pengawasan orangtua tentu akan membawa dampak negatif.

Satgas Perlindungan Anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr Eva Devia Harmoniati, SpA(K) juga mengatakan 94 persen orangtua setuju bahwa mengawasi penggunaan gawai pada anak adalah hal yang penting. Data ini diperoleh dari Mobile Device Usage Among Young Kids, A Southest Asia Study in November 2014.

“Bentuk pengawasannya bisa berupa batasan waktu, pencegahan belanja aplikasi, penggunaan gawai, mengontrol penggunaan aplikasi, mengakses daftar aplikasi hingga membedakan profil setiap anak,” ujar Dr Eva.

Tapi, menurut Gisella, orangtua juga perlu paham bagaimana sebenarnya quality time tersebut dimanfaatkan. “Waktu luang dalam quality time itu juga harus digunakan untuk anak dan remaja bisa meregulasi dirinya, memahami keinginan si anak, melakukan kegiatan outdoor hingga memberinya motivasi,” tuturnya.

4. Keluarga harus mulai mencari cara ciptakan quality time

Langkanya Quality Time di Keluarga Zaman NowPixabay.com/Free-Photos

Gisella juga menyampaikan, sudah saatnya keluarga zaman now mulai memperhatikan untuk menciptakan quality time yang rutin. Momen inilah yang bisa digunakan untuk menggali diri potensi dan karakter anak dan remaja lebih dalam. Dari sanalah, orangtua akan mulai memiliki pemahaman mengenai apa yang diinginkan dan diharapkan oleh anak dan remaja kelak.

“Orangtua jadi bisa tahu, kalau sudah besar si anak maunya apa? Mereka bisa saling berdiskusi, misal kalau si anak mau menjadi seorang guru, maka orangtua bisa langsung memberi arahan dan motivasi," jelasnya. 

Dengan demikian, si anak juga bisa belajar menganalisis sesuatu. Ketika menghadapi masalah atau tantangan di kemudian hari, si anak bisa mencari solusi dan alternatif melalui komunikasi yang baik yang tercipta dari quality time itu sendiri.

5. Era digital jadi tantangan keluarga zaman now

Langkanya Quality Time di Keluarga Zaman Nowwww.salesforce.com

Sebagai keluarga yang hidup di era digital, orangtua juga harus ikut berubah mengikuti zaman yang ada. Perlu adanya kesepakatan antara orangtua dan anak untuk sama-sama berkompromi dalam penggunaan internet dan gawai. “Bahkan orangtua dan mertua,” kata Direktur Kakatu, Muhamad Nur Awaluddin. 

Sebab, Awaluddin yang juga mantan pecandu video game itu mengatakan bahwa salah satu pelarian anak dan remaja saat orangtua lalai mengawasi dan memberi perhatian gawai dan internet.

6. Quality time berikan pengalaman terbaik bagi anak dan remaja

Langkanya Quality Time di Keluarga Zaman Nowpexels.com/Markus Spiske freeforcommercialuse.net

Gisella menambahkan, quality time yang dibangun oleh keluarga tidak hanya memberikan waktu yang lebih kepada anak. Waktu senggang berkualitas itu juga bisa menjadi ajang bagi orangtua untuk memberikan pengalaman terbaik dalam hidup kepada anak-anak mereka.

Kebutuhan anak, menurut Gisella, sama di semua generasi, yakni kasih sayang dari orangtua. Namun, tidak semua anak mendapatkan keluarga yang utuh, korban broken home contohnya. Kondisi keluarga yang retak membuat mereka tidak mendapatkan manfaat dari quality time itu sendiri. 

"Tapi ya itu, mengajak anak dan remaja untuk lebih aktif melakukan kegiatan di luar hingga lupa dengan gawainya akan memberikan pengalaman terbaik bagi mereka," imbuh Gisella. 

Dia yakin bahwa pengalaman quality time itu bisa diberikan oleh siapa saja. Namun inti paling penting, melalui momen itulah, orangtua bisa memberikan bekal dan nutrisi yang positif untuk hidup anak-anak ke depan.

Baca Juga: Menurut Studi Terbaru, Gadget Sebabkan Gangguan pada Otak Anak

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya