Pilkada Belum Ramah bagi Partisipasi Perempuan, Kenapa?

Meski dari tahun ke tahun menunjukkan kenaikan

Jakarta, IDN Times - Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan angka partisipasi perempuan dalam pemilihan legislatif sebesar minimal 30 persen. Dengan demikian, keterlibatan perempuan harus didorong untuk bisa mencapai angka tersebut bahkan lebih.

Sayangnya, partisipasi perempuan dalam pemilihan kepala dan wakil kepala daerah masih belum ramah bagi perempuan itu sendiri. Meskipun angka partisipasi perempuan pada Pilkada 2018 sudah mencapai 9,06 persen, angka tersebut masih dianggap kecil.

“Kita bisa simpulkan bahwa gelombang Pilkada di tahun 2015, 2017 dan 2018 ini masih belum ramah bagi perempuan. Walaupun kisarannya sudah naik dari Pilkada 2015 hanya 8 persenan, di Pilkada 2018 ini sudah 9 persen,” kata Peneliti di Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Maharddhika di Media Center KPU Jakarta, Rabu (1/8).

1. Latar belakang terpilihnya perempuan di Pilkada 2018

Pilkada Belum Ramah bagi Partisipasi Perempuan, Kenapa?ANTARA FOTO/Moch Asim

Maharddhika menjelaskan ada beberapa faktor yang pada akhirnya bisa membawa partisipan perempuan melenggang maju dan terpilih dalam bursa Pilkada 2018. Di antaranya jaringan kekerabatan, kader partai, anggota legislator, hingga petahana. Keempat faktor tersebut yang menjadi kunci perempuan akhirnya memenangkan Pilkada 2018. Dari data yang disampaikan oleh Perludem, jaringan kekerabatan menjadi faktor paling dominan.

“Perempuan yang berlatar belakang memiliki jaringan kekerabatan 54,84 persen menang dalam Pilkada 2018. Sedangan yang kader partai sebesar 48,39 persen, anggota legislator sebesar 41,94 persen dan pertahana dengan angka 29,03 persen,” ujarnya. 

Baca Juga: Ketimpangan Partisipasi Perempuan di Pilkada Serentak

2. Banyak partisipan perempuan hanya “mencomot” visi misi

Pilkada Belum Ramah bagi Partisipasi Perempuan, Kenapa?Instragam.com/@ingrid_kansil

Salah satu persiapan bagi calon partisipan yang akan melenggang maju ke Pilkada juga menyiapkan program dan visi misi yang akan dibawanya ketika menjabat. Hingga saat ini, masih banyak partisipan perempuan yang hanya “mencomot” program-program yang diusung. Sehingga program yang diusung belum sepenuhnya memiliki visi misi yang jelas kedepannya.

“Artinya mereka tetap menyematkan isu-isu tentang gender bahkan perempuan tapi tidak menjabarkan lebih lanjut seperti apa programnya, misal tentang keadilan gender seperti apa nanti akan ditetapkan. Jadi hanya disematkan begitu saja. Sehingga partisipan perempuan ini harus memiliki program yang memang bisa menjawab isu-isu terkait perempuan,” kata Maharddhika.

3. Partai masih belum serius untuk mengusung kepetingan perempuan

Pilkada Belum Ramah bagi Partisipasi Perempuan, Kenapa?IDN Times/Sukma Shakti

Hal lain yang juga menyebabkan partisipasi perempuan masih rendah adalah belum adanya keseriusan dari partai untuk mengusung perempuan. Terutama untuk mengutamakan kepentingan-kepentingan perempuan itu sendiri.

“Partai tidak serius secara ideologi dan mengedepankan kepentingan perempuan dalam visi misinya,” tuturnya.

Baca Juga: Menang Pilkada, 10 Potret Liburan Hengky Kurniawan ke Jepang

Topik:

  • Sugeng Wahyudi

Berita Terkini Lainnya