101 Climate Change Actions: Lampu Pintar untuk Petani Naga Banyuwangi

Kisah hasil karya mahasiswa di Banyuwangi

Jakarta, IDN Times - Muhammad Abdul Rohman, salah satu pendiri Hoki Smart Lamp mengisahkan bagaimana menyediakan listrik tenaga surya untuk petani buah naga di sebuah desa di Banyuwangi, Jawa Timur. Selain itu, ia juga memanfaatkan bambu untuk mengkreasikan sebuah lampu 'pintar'.

Rohman menceritakan karyanya ini dalam program “101 Climate Change Actions” yang diselenggarakan IDN Times pada Selasa, 28 Desember 2021. Desember dijadikan IDN Times sebagai bulan Peduli Perubahan Iklim. Program tersebut tayang setiap Senin hingga Jumat mulai pukul 16.00 WIB melalui live Instagram @idntimes. Berikut hasil wawancara selengkapnya.

Apa kabar?

Alhamdulillah sehat. Sekarang masih di kampus di Banyuwangi. Saya masih seorang mahasiswa di Politeknik Banyuwangi sekarang lagi semester lima dan mau menyusun skripsi TA. Saya asli Banyuwangi.

Di Politeknik Banyuwangi ambil jurusan apa?

Saya sendiri dari prodi Teknik Informatika angkatan 2019.

Bagaimana awalnya muncul ide untuk membantu para petani buah naga menggunakan energi terbarukan, yaitu tenaga surya melalui Hoki Smart Lamp?

101 Climate Change Actions: Lampu Pintar untuk Petani Naga BanyuwangiMuhammad Abdul Rohman, narasumber program “101 Climate Change Actions”. (Tangkapan Layar instagram.com/idntimes)

Hoki Smart Lamp itu awalnya terdiri dari lima anggota. Berawal dari sebuah program kreativitas mahasiswa vokasi pada 2020 lalu, yang mana kami mendapat pendanaan usaha senilai Rp34 juta, yang kami kembangkan sebagai modal usaha untuk lampu hias berbasis Internet of Things dari bahan bambu yang terukir dengan motif khas kearifan lokal asli Banyuwangi.

Sedangkan untuk panel surya sendiri, berawal dari program kreativitas mahasiswa yang didanai pada 2021. Kami dibimbing Bapak Alfin, selaku dosen pembimbing, yang kemudian beliau menyarankan kami untuk membuat Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Berawal dari latar belakang buah naga itu sendiri. Buah naga itu kan memakai listrik konvensional dari PLN. Untuk mempercepat proses fotosintesis buah naga itu menggunakan sinar lampu, supaya perkembangan buahnya lebih cepat.

Listrik konvensional itu kan menambah biaya operasional para petani ya, dengan adanya listrik tenaga surya itu, membantu para petani mengurangi biaya operasional tersebut. Selain menggunakan PLTS tadi, kita juga dilengkapi dengan bisa dikontrol melalui Internet of Things seperti smart farming yang bisa di-on dan off kan lampunya melalui aplikasi.

Sudah berlangsung berapa lama yang untuk petani buah naga ini?

Sekitar enam bulan, mulai dari Juni, penerapannya itu di lahan petani buah naga.

Membaca sebuah artikel, dikatakan bahwa baru ada satu hamparan lahan petani yang menggunakan PLTS ini, kalau sekarang apakah sudah bertambah?

101 Climate Change Actions: Lampu Pintar untuk Petani Naga BanyuwangiMuhammad Abdul Rohman di perkebunan buah naga. (instagram.com/seorangrohman)

Untuk sekarang masih satu petani itu, karena kita memiliki keterbatasan biaya untuk pembuatan alat. Kemarin mengajukan ke pemerintah maksimal hanya boleh Rp10 juta. Kami lolos pendanaan Rp9,8 juta, dan itu hanya berhasil untuk membuat satu buah PLTS dengan dua panel surya, karena biaya pembuatan baterai dan inverter mahal, jadi kita terkendala di situ. Jadi kita hanya meng-cover 40-an lampu saja untuk satu lahan petani.

Satu lampu untuk berapa meter persegi dari lahan buah naga?

Satu lampu itu bisa untuk empat pohon, karena urutan lampunya itu seperti zig-zag. Jadi dalam satu lampu itu bisa dimanfaatkan untuk menerangi empat pohon. Lampunya itu ada di tengah-tengah. Dan untuk dua panel surya senilai 100 WP bisa menyuplai 40 lampu dalam satu setengah jam per malam. Selanjutnya, dibuat hybrid ke listrik konvensional. Jadi total pencahayaan per malam itu tiga jam.

Siapa yang awalnya memiliki ide untuk menciptakan lampu panel surya untuk kebun buah naga?

Dari dosen pembimbing saya namanya Bapak Alfin Hidayat, S.T., M.T. dalam rangka program kreativitas mahasiswa.

Apakah pada awal diberikan ide oleh dosen pembimbing, mas Rohman dan teman-teman terpikirkan konteks mengurangi krisis iklim?

Salah satu yang melatarbelakangi kita untuk mengangkat panel surya karena di sini listrik konvensional itu sudah over, jadi sudah tidak kuat untuk menyuplai lahan-lahan buah naga. Dengan adanya event tadi, kami berinovasi dengan dosen pembimbing untuk berupaya menciptakan sesuatu yang bisa diterapkan dengan latar belakang yang ada. Dengan adanya itu, harapan kami ke depannya bisa kami kembangkan lagi agar bisa membantu para petani.

Berapa luas lahan dari petani buah naga yang menggunakan Hoki Smart Lamp?

Kalau untuk Hoki Smart Lamp sama buah naga ini beda konteks. Hoki Smart Lamp itu usaha saya dengan teman-teman yang bergerak di bidang lampu hias pintar tapi tidak di pertaniannya. Untuk pertaniannya ini perkembangannya lagi. Jadi luas lahan buah naga yang menggunakan lampu panel surya itu kurang lebih seperempat hektare, karena keterbatasan biaya tadi. Kami hanya mampu menyuplai 40 lampu dalam waktu satu setengah jam per malam. Total lampu untuk buah naga itu tiga jam. Jika terlalu lama nanti tumbuhnya malah ke batang bukan buahnya.

Jadi lampu yang digunakan di lahan buah naga dengan Hoki Smart Lamp beda ya?

Iya beda. Tapi sama saja menggunakan lampu LED. Kalau di PLTS kita menggunakan lampu yang sudah dimiliki oleh petani. Sedangkan untuk Hoki Smart Lamp kita menggunakan lampu yang isinya dibuat sendiri.

Bagaimana hasil setelah menggunakan lampu tenaga surya? Apakah betul terjadi peningkatan produktivitas dari kebun buah naga?

Kalau untuk produktivitas itu memang menggunakan lampu, tapi sebelumya itu tidak menggunakan lampu, namun hasil panennya kan memang kurang maksimal. Penggunaan lampu sebelum ada PLTS itu sudah ada. Namun, dengan seluruh biaya operasional menggunakan listrik konvensional, itu sangat mahal. Dengan adanya PLTS, itu berguna untuk menekan biaya petani. Untuk hasil panennya sendiri sudah cukup baik, karena sebelumnya sudah menggunakan lampu dari listrik konvensional.

Apakah sudah ada perhatian dan bantuan dari pemerintah?

Untuk saat ini belum ada. Kemarin saja pendanaannya dari dirjen vokasi. Dari pemerintah kabupaten setempat belum ada.

Apakah pertanian buah naga ini lumayan besar dan banyak di Banyuwangi?

101 Climate Change Actions: Lampu Pintar untuk Petani Naga BanyuwangiDengan memanfaatkan listrik sebagai rekayasa sinar matahari di malam hari, petani buah naga di Lhokseumawe, Aceh, berhasil meningkatkan hasil panen hingga 2,5 kali lipat menjadi 500 kilogram (kg). (Dok. PLN)

Iya. Khususnya di Banyuwangi selatan. Banyaknya di sana.

Apakah ada pihak lain yang berupaya membantu petani selain kalian?

Setahu saya kalau untuk PLTS yang terintegrasi Internet of Things baru angkatan saya.

Apa itu Hoki Smart Lamp?

101 Climate Change Actions: Lampu Pintar untuk Petani Naga BanyuwangiLampu pintar Hoki Smart Lamp. (instagram.com/hoki_smartlamp)

Hoki Smart Lamp merupakan inovasi lampu hias berbasis Internet of Things menggunakan bahan dasar bambu dan kayu. Itu bertempat di Kecamatan Kalipuro, jaraknya cukup jauh dari lokasi pertanian buah naga itu, karena kami memiliki latar belakang yang berbeda-beda.

Di Kalipuro tersedia banyak lampu dan juga perajin bambu yang kreatif. Namun, harganya masih terlalu murah. Satu buah lampu dan bambu itu seharga sekitar Rp30 hingga Rp50 ribu dan belum ada teknologinya. Nah, setelah kita branding dan buatkan teknologi yang terintegrasi dengan IoT, harga jual tadi naik menjadi sekitar Rp135 hingga Rp145 ribu per buah.

Siapa yang mendesain?

Iya, saya dan teman-teman. Tapi kita juga menggandeng perajin setempat. Tapi desainnya dari kita.

Maksudnya dengan Internet of Things itu bagaimana?

101 Climate Change Actions: Lampu Pintar untuk Petani Naga BanyuwangiLampu pintar Hoki Smart Lamp. (instagram.com/hoki_smartlamp)

Jadi lampunya itu bisa dimatikan dari jauh menggunakan smartphone. Kami menggunakan micro controller yang ditanam di lampu tadi, sehingga lampu tadi bisa dikontrol menggunakan smartphone menggunakan koneksi wi-fi. Bisa menghidupkan, menyalakan, meredupkan, dan menerangkan.

Bagaimana pemasarannya di Banyuwangi?

Kemarin kita kerja sama dengan dua pusat oleh-oleh. Alhamdulillah penjualannya cukup baik. Kita juga melayani B2C, penjualan langsung ke customer. Bisa melalui e-commerce. Kita juga sudah buatkan buku panduan supaya memudahkan customer saat mengoperasikannya.

Apa harapan untuk Hoki Smart Lamp dan PLTS yang membantu petani buah naga?

Mungkin untuk pemerintah terkait dari bidang pertanian agar bisa membantu menanam modal supaya kami bisa mengembangkan, dan menjangkau petani yang lebih luas lagi. Karena kalau petani sendiri yang melakukan instalasi, mereka pasti keberatan di awal karena biaya pembuatannya sangat mahal, Rp10 juta, meskipun hanya itu saja, tanpa biaya tambahan. Tapi dari jurnal yang saya baca, harus diganti baterai dan inverternya kalau sudah 10 tahun. 

Baca Juga: Pemuda Banyuwangi Bikin PLTS untuk Bantu Petani Buah Naga

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya