Kisah Panglima Khalid bin Walid, Pedang Allah yang Senantiasa Terhunus

Khalid bin Walid pemuda Makkah yang cerdas

Jakarta, IDN Times - Sebagai umat Rasulullah SAW, penting kita mempelajari sirah nabawiyah serta meneladani sikap dan laku Rasulullah SAW. Sebagaimana firman Allah SWT;

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.“ (QS. Al-Ahzab/33:21)

Meneladani rasul dan para sahabatnya dapat memberikan hidayah untuk kita, yang dapat kita terapkan di kehidupan sehari-hari. Nah, kali ini kita mengenal kisah sahabat yang tangguh, yaitu Khalid bin Walid radhiyallahu'anhu.

Baca Juga: Mengenal Kepribadian dan Karakter Siti Khadijah

1. Khalid bin Walid panglima perang kafir Quraisy yang terkenal dengan strategi perangnya

Kisah Panglima Khalid bin Walid, Pedang Allah yang Senantiasa TerhunusIlustrasi (unsplash.com/Mads Schmidt Rasmussen)

Dikisahkan dari buku Biografi 60 Shahabat Nabi karya Khalid Muhammad Khalid seperti dikutip dari laman archive.org, Syaifullah Al-Maslul atau yang biasa dikenal dengan Khalid bin Walid, lahir sekitar 17 tahun sebelum masa pembangunan Islam.

Khalid adalah bagian dari suku Bani Makhzum. Ayahnya bernama Walid bin al-Mughirah yang memiliki jabatan sebagai kepala suku Bani Makhzum. Sedangkan ibunya bernama Lubabah binti al-Harith.

Setelah kelahirannya, sesuai tradisi dan budaya kaum Quraisy pada saat itu, Khalid muda dikirim ke sebuah suku Badui di gurun, di mana ia akan dirawat oleh seorang ibu angkat.

Saat Khalid berumur lima atau enam tahun, ia dikembalikan ke orang tuanya di Makkah. Pada masa kanak-kanaknya, Khalid pernah mengalami serangan cacar ringan, cacar tersebut hilang walaupun meninggalkan beberapa bekas luka di pipi kirinya.

Khalid adalah sosok panglima perang kafir Quraisy yang terkenal dengan strategi perangnya yang pintar mencari celah lawan, sebelum masuk Islam. 

2. Khalid bin Walid masuk Islam setelah diajak Rasulullah SAW

Kisah Panglima Khalid bin Walid, Pedang Allah yang Senantiasa TerhunusMasjidil Haram di Makkah, Arab Saudi (IDN Times/Umi Kalsum)

Pada suatu saat, ada satu orang bernama Aban bin Walid bin Mughirah datang dan bersyahadat mendatangi Nabi Muhammad SAW. Ia termasuk sosok pemuda asal Makkah yang sangat cerdas. Lalu, Rasulullah SAW bertanya pada Aban;

"Wahai Aban, mana sahabatmu Khalid bin Walid? Ia sangat cerdas, dan Islam tidak mungkin tersembunyi pada orang-orang yang berakal seperti Khalid bin Walid. Demi Allah apabila ia masuk Islam maka kami akan muliakan dan kedepankan dia sebagai pemimpin kami." 

Aban kemudian mengirimkan surat kepada Khalid, menceritakan apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepadanya, dan mengajak Khalid masuk Islam. Menerima surat tersebut, Khalid pun tergugah, karena sebetulnya sudah lama Khalid tertarik dengan Islam tapi tak tahu caranya, dan takut serta malu dengan sukunya. 

Kemudian, Khalid bin Walid radhiyallahu'anhu akhirnya memenuhi undangan tersebut, menghadap pada Rasulullah SAW dan akhirnya masuk Islam.

3. Khalid bin Walid berjuluk Pedang Allah yang senantiasa terhunus

Kisah Panglima Khalid bin Walid, Pedang Allah yang Senantiasa TerhunusIlustrasi gurun pasir (Unsplash/Rabah al-Shammary)

Saat Khalid masuk Islam, Rasulullah SAW sangat bahagia karena kemampuan berperang yang dimiliki Khalid dapat memperkuat Islam dengan perjuangan jihad.

Dalam banyak kesempatan, Khalid diangkat menjadi panglima perang dan menunjukkan hasil kemenangan atas segala upaya jihadnya. Ia mendapat julukan "Pedang Allah yang Terhunus".

Khalid bin Walid radhiyallahu'anhu adalah salah satu dari panglima-panglima perang penting yang tidak terkalahkan.

Pada masa kekhalifahan Abu Bakar radhiyallahu'anhu, Khalid bin Walid ditunjuk menjadi panglima pasukan untuk menghadapi tentara Byzantium dengan jumlah pasukan 240.000, dan pada saat itu pasukan Islam hanya berjumlah 46.000 orang. Meski kalah jumlah, Khalid sama sekali tak gentar menghadapinya.

Kuantitas tentunya dapat dikalahkan dengan kualitas, Khalid menyusun strategi dengan membagi 46.000 pasukan Islam menjadi 40 batalion, sehingga seakan-akan pasukannya berjumlah amat banyak.

Berkat usaha dan semangat juang Khalid dan segenap pasukannya, akhirnya pasukan Islam yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu berhasil memukul mundur tentara Romawi dan menaklukkan wilayah itu.

Setelah memenangkan sejumlah peperangan pada pemerintahan Abu Bakar, Khalid bin Walid dicopot dari posisinya oleh khalifah Umar bin Khattab.

4. Umar bin Khattab menangis karena belum sempat mengembalikan jabatan Khalid bin Walid

Kisah Panglima Khalid bin Walid, Pedang Allah yang Senantiasa TerhunusIlustrasi masjid (Unsplash/Thomas Young)

Khalid bin Walid radhiyallahu'anhu wafat pada 642 Masehi. Pada saat wafatnya Khalid, Umar bin Khattab menangis karena belum sempat mengembalikan jabatan Khalid bin Walid sebelum ia dipanggil ke Rahmatullah.

Pada akhirnya, Khalid wafat di atas ranjangnya, padahal Umar bin Khattab ingin ia wafat dalam keadaan syahid saat sedang berjihad di jalan Allah SWT.

Kini, jasad sang Pedang Allah itu dimakamkan di salah satu Masjid Suriah. Masjid itu diberi nama, Khalid bin Walid Mosque. Khalid mendermakan peralatan perang dan kuda untuk berjihad di jalan Allah SWT. 

Baca Juga: Kisah Pilu Abu Hurairah, Perawi Berjuluk Bapaknya Kucing

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya