Kisah Pilu Abu Hurairah, Perawi Berjuluk Bapaknya Kucing

Sahabat Rasulullah SAW dengan ingatan luar biasa

Jakarta, IDN Times - Mengenal dan mempelajari sirah nabawiyah perlu dilakukan agar dapat meniru suri teladan sejati Rasulullah SAW, sebagaimana firman Allah SWT.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.“ (QS. Al-Ahzab/33:21)

Maka itu, perlu untuk mengetahui kisah hidup nabi, termasuk para sahabatnya. Kali ini, kita akan mengenal kisah sahabat yang namanya sangat familiar, yaitu Abu Hurairah radhiyallahu'anhu.

Baca Juga: Kisah Utsman bin Affan, Sahabat Nabi Pemilik Dua Cahaya

1. Abu Hurairah lahir dari keluarga miskin, hingga pernah makan batu karena kelaparan

Kisah Pilu Abu Hurairah, Perawi Berjuluk Bapaknya KucingPeziarah mengunjungi bukit Jabal Rahmah di kawasan Padang Arafah, Makkah Al Mukarramah, Arab Saudi, Sabtu (4/5/2019). ANTARA FOTO/Aji Styawan

Dikisahkan dari buku "Biografi 60 Shahabat Nabi" karya Khalid Muhammad Khalid seperti dikutip dari laman archive.org, Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi atau yang familiar kita kenal dengan Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, diperkirakan lahir pada tahun 19 sebelum hijriyah.

Abu Hurairah berasal dari kabilah Bani Daus dari Yaman, dengan nama asli Abdullah bin Amin. Usia Abu Hurairah 30 tahun lebih muda dari Rasulullah SAW. Masa kecil Abu Hurairah tidak mudah, ia pernah bercerita dibesarkan oleh ibunya seorang diri karena ayahnya telah tiada, sehingga ia dibesarkan dalam keadaan yatim.

Ia hijrah pun dalam keadaan miskin harta, tak memiliki apa-apa. Abu Hurairah radhiyallahuanhu bahkan pernah sampai memakan batu untuk mengganjal perutnya yang kelaparan pada satu waktu hingga mengalami kejang karena sakit menahan lapar.

Abu Hurairah bekerja di perkebunan Binti Ghazwan hingga menjadi pelayan (khadam) demi memenuhi kebutuhannya. Kemudian, atas izin Allah SWT, ia dinikahkan dengan anak perempuan keluarga tersebut.

2. Kecintaannya terhadap kucing menjadikan julukan sebagai bapaknya kucing

Kisah Pilu Abu Hurairah, Perawi Berjuluk Bapaknya KucingIlustrasi kucing rumahan. (IDN Times/Nurulia R. Fitri)

Nama Abu Hurairah memiliki arti bapaknya kucing kecil, nama ini didapatkan karena Abu Hurairah memiliki seekor kucing peliharaan yang selalu ia gendong dan disayangi kemanapun pergi.

Kucing itu bak bayangan yang selalu mengikutinya kemana saja. Kucing itu dirawat sepenuh hati, dimandikan, dibersihkan, dan tentunya diberi makanan yang layak.

Abu Hurairah berkata, "Aku dahulu bekerja menggembalakan kambing keluargaku dan di sisiku ada seekor kucing kecil (Hurairah). Lalu ketika malam tiba aku menaruhnya di sebatang pohon, jika hari telah siang aku pergi ke pohon itu dan aku bermain-main dengannya, maka aku diberi kuniyah Abu Hurairah (bapaknya si kucing kecil)." 

3. Abu Hurairah sedih ibunda menghina Rasulullah SAW

Kisah Pilu Abu Hurairah, Perawi Berjuluk Bapaknya KucingJabal Rahmah, Arafah, Makkah (IDN Times/Umi Kalsum)

Abu Hurairah memeluk Islam pada tahun ke-7 Hijriyah ketika Rasulullah SAW dalam perjalanan menuju Khaibar. Kemudian, Nabi mengganti nama Abu Hurairah menjadi Abdurrahman yang artinya hamba Yang Maha Pengasih.

Saat itu, ibunya belum menerima Islam, bahkan menghina Rasulullah SAW. Abu Hurairah radhiyallahu'anhu pun sedih dengan reaksi sang ibunda hingga ia pun pergi menemui Nabi.

"Mengapa kau menangis, wahai Abu Hurairah?" tanya Rasulullah.

"Aku tidak bosan-bosannya mengajak ibuku masuk Islam. Tetapi ia selalu menolak. Hari ini ia kuajak masuk Islam, tapi ia malah mengucapkan kata-kata yang tidak pantas mengenai dirimu, wahai Rasulullah, yang tak sudi kudengar. Tolonglah doakan, ya Rasulullah, semoga ibuku tergugah masuk Islam," kata Hurairah.

Rasulullah SAW pun mendoakan semoga hati ibunda Abu Hurairah terbuka dan tergugah untuk segera masuk Islam. Kemudian, Abu Hurairah kembali menemui ibunya lalu mengajak kembali masuk Islam. Ternyata ibunya telah berubah pikiran dan bersedia masuk agama Allah SWT.

Meski hanya bertemu Rasulullah SAW tiga tahun sebelum beliau wafat, Abu Hurairah sangat mencintai Rasulullah. Sehingga siapapun yang mencintai Nabi, maka ia pun ikut mencintainya.

4. Periwayat hadis yang tajam ingatannya dan seorang amir Bahrain

Kisah Pilu Abu Hurairah, Perawi Berjuluk Bapaknya Kucingilustrasi rombongan Abu Bakar pergi ke Syam (unsplash.com/Inbal Malca)

Abu Hurairah senang sekali mengikuti dan berada di dekat Rasulullah SAW, sehingga ia selalu mengingat perilaku dan perkataan Nabi. Kemampuan daya ingatnya yang tajam, pernah diuji beberapa orang terkait ketajaman ingatannya akan hadis-hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkannya.

Suatu hari Abu Hurairah dipanggil oleh seseorang yang mengaku ingin belajar hadis-hadis Rasulullah SAW. Dengan senang hati, dia menyampaikan beberapa hadis dari Rasulullah, dan ternyata tanpa sepengetahuannya, ada seseorang yang bertugas mencatat semua hadis yang beliau sampaikan.

Setelah beberapa tahun mereka memanggil Abu Hurairah lagi dan menanyakan terkait hadis yang sama, Abu Hurairah radhiyallahu'anhu sampaikan sama persis dengan apa yang dicatat oleh orang-orang yang mengujinya tersebut tanpa berkurang atau berlebih satu kata pun. Semua orang pun terkesima.

Berkat ingatannya yang kuat itu, Abu Hurairah telah meriwayatkan tidak kurang dari 5.000 hadis Rasulullah SAW untuk kaum muslimin. Di zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, Abu Hurairah radhiyallahu'anhu diangkat menjadi seorang amir atau gubernur di daerah Bahrain.

5. Abu Hurairah menangis jelang akhir hayatnya, karena merasa bekal amalnya sedikit

Kisah Pilu Abu Hurairah, Perawi Berjuluk Bapaknya KucingPemakaman di Arab Saudi (Dok. IDN Times)

Ketika sakit pada akhir hayatnya, Abu Hurairah menangis. Orang-orang bertanya mengapa ia menangis. Ia menjawab bahwa ia menangis bukan karena sedih akan meninggalkan dunia dan akan berpisah dengan dunia, ia menangis karena merasa perjalanan masih jauh, sedangkan bekal amalnya hanya sedikit. Ia menangis karena ia tak tahu di jalan mana ia akan berada, apakah di surga atau neraka.

Marwan bin Hakam datang berkunjung menengok Abu Hurairah radhiyallahu'anhu. Marwan berkata, "Semoga Allah segera menyembuhkanmu, wahai Abu Hurairah!"

Mendengar doa tersebut, Abu Hurairah justru berdoa sebaliknya. "Ya Allah, aku sudah rindu bertemu dengan-Mu. Semoga Engkau juga begitu terhadapku. Segerakanlah bagiku pertemuan itu!"

Tak lama setelah Marwan berada di rumahnya, Abu Hurairah wafat dengan tenang. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepadanya.

Baca Juga: Kisah Abu Bakar, Sahabat Nabi yang Dikenal Jujur dan Dermawan

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya