4.045 Titik Panas Terdeteksi di Sumsel, Terbanyak Agustus 2020

Jumlah titik panas meningkat dari Juli 2020 ke Agustus 2020

Jakarta, IDN Times - Sebanyak 4.045 titik panas atau hotspot terdeteksi di Sumatra Selatan (Sumsel) sejak 1 Januari 2020 hingga 14 Oktober 2020. Dengan jumlah tersebut, tingkat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Sumsel relatif lebih rendah dibandingkan pada tahun 2019.

"Ada 4.045 hotspot selama Januari-Oktober 2020, lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada 2019 yang mencapai 15.677 titik," kata Kabid Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, Ansori, di Palembang seperti dikutip dari ANTARA, Jumat (16/10/2020). 

Baca Juga: Lahan Gambut Mulai Kering, BPBD Ingatkan Ancaman Karhutla

1. Hotspot paling banyak terdeteksi pada Agustus dan September 2020

4.045 Titik Panas Terdeteksi di Sumsel, Terbanyak Agustus 2020Ilustrasi (ANTARA FOTO/Rony Muharrman)

BPBD Sumsel, per Kamis 15 Oktober 2020, mencatat 4.045 hotspot tersebut paling banyak terdeteksi pada Agustus (1.121 titik) dan September (473 titik). Periode tersebut bersamaan dengan puncak musim kemarau.

"Peningkatan paling drastis terjadi dari Juli (388 titik) ke Agustus (1.121 titik)," tuturnya. 

2. Wilayah Sumsel terdeteksi memiliki hotspot terbanyak

4.045 Titik Panas Terdeteksi di Sumsel, Terbanyak Agustus 2020Karhutla Dusun Sigumoi Sumut (Dok. BNPB)

Namun, hotspot pada 2020 masih ditemukan merata di 17 kabupaten/kota di Sumsel. Paling banyak terdeteksi di Kabupaten Musi Banyuasin sebanyak 623 titik, disusul Muara Enim (573 titik), OKI (475 titik), Musi Rawas (457 titik), Banyuasin (307 titik), PALI (287 titik), Ogan Ilir (234 titik), Muratara (236 titik).

Kemudian OKU (196 titik), Lahat (186 titik), Empat Lawang (176 titik), OKU Selatan (122 titik), OKU Timur (66 titik), Prabumulih (42 titik), Palembang (36 titik), Lubuklinggau (18 titik), dan Pagaralam (11 titik).

3. Operasi siaga karhutla akan berakhir pada 31 Oktober 2020

4.045 Titik Panas Terdeteksi di Sumsel, Terbanyak Agustus 2020KLHK Mulai Lakukan TMC untuk Cegah Karhutla di Sumatera Selatan dan Jambi (Dok. KLHK)

Ansori mengatakan, hingga saat ini, satgas masih melakukan pemadaman di beberapa lokasi. Skala kebakarannya masih relatif kecil karena lahan gambut dan hutan sudah kembali basah seiring masuknya musim hujan di Sumsel.

Oleh karena itu, kemungkinan besar operasi siaga karhutla di Sumsel yang akan berakhir pada 31 Oktober, tidak akan diperpanjang seperti tahun sebelumnya.

"Pertimbangannya sekarang sedang transisi ke musim hujan dan sudah banyak curah hujan," ujar Ansori.

Baca Juga: Polda Sumsel Amankan 22 Orang Terkait Karhutla Selama Juli-Agustus

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya