6 Sungai Meluap, Bolaang Mongodow Selatan Berstatus Tanggap Darurat

22.655 jiwa terdampak banjir, satu meninggal dunia

Jakarta, IDN Times – Banjir yang terjadi dalam beberapa hari terakhir menyebabkan kerugian harta benda dan korban jiwa di di Kabupaten Bolaang Mongodow Selatan, Sulawesi Utara.

Banjir pertama menerjang pada 24 Juli 2020, merendam 7 kecamatan. Beberapa hari kemudian, tepatnya 31 Juli, datang banjir susulan. Bahkan banjir kembali melanda pada awal Agustus, menyebabkan kerusakan di wilayah pemukiman warga.

Rentetan bencana tersebut membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari, mulai 24 Juli hingga 6 Agustus 2020.

"Tak hanya banjir, longsor terjadi di beberapa titik yang menyebabkan distribusi logistik bantuan terhambat," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati, melalui keterangan tertulis yang diterima IDN Times, Selasa (4/8/2020).

1. Sebanyak 22.655 jiwa terdampak banjir bandang dan tanah longsor, satu meninggal

6 Sungai Meluap, Bolaang Mongodow Selatan Berstatus Tanggap DaruratBolaang Mongondow Selatan (Dok. BNPB)

Tim Reaksi Cepat (TRC) BNPB melaporkan bencana tersebut menelan satu korban jiwa. Sebanyak 7.046 KK atau 22.655 jiwa terdampak banjir bandang dan tanah longsor.

BPBD setempat mengidentifikasi 64 rumah rusak berat dan 29 lainnya hanyut. Selain itu beberapa jembatan, seperti jembatan Kombot Timur, Salongo 1, Salongo Besar, Bakida, Sinandaka dan Pakuku Jaya, rusak.

"Pemerintah daerah dan unsur-unsur terkait telah membentuk pos komando (Posko) untuk melakukan respons darurat. Mereka telah menyalurkan makanan siap saji, air bersih dan bahan makanan kepada warga terdampak," ujar Raditya.

2. Tiga kecamatan terisolir sehingga distribusi bantuan logistik melalui jalur air dan udara

6 Sungai Meluap, Bolaang Mongodow Selatan Berstatus Tanggap DaruratBolaang Mongondow Selatan (Dok. BNPB)

Ia mengatakan tiga kecamatan terisolir sehingga pendistribusian bantuan logistik dilakukan melalui jalur perairan. Ketiga kecamatan tersebut yakni Helumo, Tomini dan Posigadan.

"Adapun kebutuhan yang diperlukan warga terdampak, antara lain makanan siap saji, perlengkapan dapur, kasur atau tikar, selimut, tenda pengungsi, serta paket sandang," tuturnya.

Air bersih dibutuhkan warga karena distribusi air terganggu setelah jaringan pipa air PDAM sebagian besar rusak. Di sisi lain, keterbatasan mobil tangki air menghambat pendistribusian kepada warga terdampak.

"Bantuan logistik BNPB telah tiba di Manado, siap untuk pengiriman, TRC BNPB di lokasi bencana telah mengkordinasikan pendistribusian bantuan logistik dengan bantuan helikopter untuk menjangkau wilayah yang terisolasi," ujar lelaki yang resmi menjabat sebagai Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB sejak 5 Mei 202 itu.

Ia menjelaskan, ekskavator juga diturunkan untuk pembersihan lumpur maupun material longsor pada ruas jalan penghubung antara Kabupaten Bolaang Mongondow dengan Bolaang Mongondow Selatan. Titik longsor terpantau di ruas jalan Doloduo – Molibagu, Onggunoi – Pinolosian, Molibagu-Momalia, jalan Desa Tabilaa dan Molibagu dengan kondisi gorong-gorong ambruk sekitar 3 meter.

3. Enam sungai di sekitar lokasi meluap dan menggenangi permukiman warga

6 Sungai Meluap, Bolaang Mongodow Selatan Berstatus Tanggap DaruratBolaang Mongondow Selatan (Dok. BNPB)

Melihat kronologi kejadian, sejak 31 Juli 2020, pukul 18.45 waktu setempat sampai 1 Agustus hujan lebat masih turun di wilayah Bolaang Mongondow Selatan. Kondisi ini menyebabkan Sungai Bolangaso, Sungai Toluaya, Sungai Salongo, Sungai Nunuka, Sungai Mongolidia, Sungai Milangodaa dan beberapa anak sungai lain meluap.

"Air pun menggenangi pemukiman masyarakat dan merusak rumah, fasilitas umum, serta infrastruktur," jelasnya.

Berdasarkan Analisis dan Prakiraan Hujan BMKG Nomor 7 bulan Juli 2020, diprediksikan curah hujan di beberapa wilayah Provinsi Sulawesi Utara pada Agustus-Oktober berkisar dari 201 mm - 400 mm.

Menyikapi potensi yang masih tinggi, masyarakat diimbau selalu waspada dan siap siaga mengantisipasi dampak fenomena alam tersebut, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang.

Baca Juga: Cuaca Ekstrem, 5 Kecamatan di Gorontalo Terdampak Banjir dan Longsor

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya