Begini Pedihnya Jeritan Hati Korban Asap Karhutla di Siak

Lahan sawitnya ikut terbakar, Sri hanya bisa menangis

Jakarta, IDN Times - Sri Lerry, 25 tahun, masih ingat saat asap tebal mengepung desanya di Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak, Provinsi Riau, sejak Juli hingga Agustus 2019. Saat itu jarak pandang hanya beberapa meter dan pernafasannya mulai terasa sesak.

Pada saat bersamaan anaknya yang masih berusia di bawah tiga tahun juga mengalami mengalami sesak nafas dan demam, membuatnya harus mendapatkan perawatan khusus di Puskesmas setempat. 

"Ini aja (menunjuk anaknya yang batita) demam dan sesak," ujar Sri wajah kepada IDN Times di warung kaki lima miliknya yang berdiri di tepi Jalan baru, Kecamatan Dayun, Siak Jumat (11/10). 

Asap yang mengepung Kecamatan Dayun berasal dari kebakaran hutan dan lahan. Sri mengatakan kebakaran lahan di daerahnya sebenarnya tidak separah daerah lain, namun asapnya tetap sangat mengganggu.

1. Anak batitanya sakit selama sebulan

Begini Pedihnya Jeritan Hati Korban Asap Karhutla di SiakANTARA FOTO/FB Anggoro

Sri Lerry mengatakan anaknya mengalami sakit selama satu bulan penuh. Untungnya kondisi sang anak perlahan pulih seiring membaiknya kualitas udara dan hilangnya asap. "Saya berobat ke Puskesmas terdekat aja, dikasih obat dan perawatan," tutur Sri.

Sri mengatakaan dirinya mendapatkan masker secara gratis dari sekolah sang adik yang baru duduk di Sekolah Dasar. Guru adiknya membagikan sejumlah masker untuk digunakan oleh keluarga di rumah. Sri masker gratis hanya dibagikan di daerah pusat kota dan sekolah-sekolah saja.

Baca Juga: Kabupaten Hijau, Kolaborasi Kabupaten Siak Cegah Karhutla

2. Sri tetap berjualan walau asap mengepung

Begini Pedihnya Jeritan Hati Korban Asap Karhutla di SiakIDN Times/Istimewa

Sri mengatakan warungnya tetap buka selama asap mengepung. Keputusan membuka warung itu bukan tanpa risiko. Sebab lokasi kebakaran hutan dan lahan tak jauh dari warungnya. Selain itu Sri juga menjaga warung sambil mengasuh kedua anaknya.

Hal itu terpaksa dia lakukan karena tidak ada orang yang bisa dititipkan. Ayah Sri sibuk bekerja sementara ibundanya mengalami sakit demam dan sesak, sehingga harus beristirahat di rumah.

Sementara itu warungnya juga sepi. Sebab asap tebal membuat warga lebih memilih berdiam di rumah.

3. Lahan sawit milik Sri ikut hangus terbakar

Begini Pedihnya Jeritan Hati Korban Asap Karhutla di SiakANTARA FOTO/Rony Muharrman

Sri bercerita, pada tahun 2018, lahan sawitnya mengalami kebakaran hebat dan hangus terbakar. Saat menceritakan kejadian tersebut dengan tatapan hampa. "Ladang (Sawit) kami juga terbakar," kata Sri.

Padahal, Sri melanjutkan, biaya yang ia kucurkan untuk modal lahan sawit tersebut tidak sedikit. Itu sebanya ia menangis saat mengetahui lahannya habis terbakar. "Gede sekali (biayanya). Saya cuma bisa menangis," tutur Sri.  

Sampai saat ini, bekas lahan sawitnya yang terbakar ia biarkan begitu saja. Sebab Sri dan keluarga tak memiliki biaya memfungsikan lagi lahan tersebut. 

Seperti diketahui, kebakaran hutan dan lahan terjadi Pulau Sumatera sepanjang Maret hingga Oktober ini. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat kebakaran yang terjadi di Sumatera Selatan mencapai 11.826 hektare (Maret 2019 - Oktober 2019), Riau 49.226 hektare (Februari - Oktober 2019), dan Jambi 11.022 hektare (Juli - Oktober 2019).

Bahkan, per tanggal 15 Oktober 2019, kualitas udara di wilayah tersebut masuk kategori sangat tidak sehat. Akibatnya siswa di Kota Palembang sempat diliburkan.

Baca Juga: Ada Kebakaran Hutan, Kunjungan Wisatawan Asing Jalur Udara Turun

Topik:

  • Dwi Agustiar
  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya