Jelang Puncak Kemarau, KLHK Modifikasi Cuaca untuk Cegah Karhutla

Puncak musim kemarau diprediksikan terjadi Juni-Agustus

Jakarta, IDN Times - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tengah gencar mengambil langkah pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah rawan Indonesia. Langkah pencegahan itu pun tetap dilakukan pada Idulfitri 1441 Hijriah, Minggu (24/5) kemarin.

KLHK bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), TNI AU, dan mitra kerja melakukan rekayasa hujan melalui Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di wilayah Provinsi Riau.

"Tim tetap bekerja di hari raya dengan melakukan satu sorti penerbangan. Adapun target penyemaian di Kabupaten Bengkalis, Siak, dan Kepulauan Meranti, menghabiskan 800 kg garam NaCl," ungkap Direktur Pengendalian Karhutla KLHK, Basar Manullang, dalam keterangan tertulisnya yang diterima IDN Times, Senin (25/5).

Baca Juga: Kemenkes Khawatir Makser N95 Langka saat Masa Rentan Karhutla

1. Potensi awan hujan di langit Riau masih terlihat

Jelang Puncak Kemarau, KLHK Modifikasi Cuaca untuk Cegah KarhutlaTMC oleh tim lapangan (Dok. KLHK)

Basar mengatakan, TMC tetap dilakukan berdasarkan rekomendasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan BPPT. Melalui pantauan, potensi awan hujan di wilayah langit Riau masih terlihat.

Untuk itu, jika pelaksanaan TMC ditunda, maka jadwal pelaksanaan yang hanya 15 hari kerja, bisa menjadi lebih lama. Sementara, Sumatera Selatan akan menjadi wilayah yang sedang menunggu pelaksanaan TMC.

"Tim tetap bekerja demi Merah Putih. Sebagaimana arahan Ibu Menteri pada kami, rekayasa hujan ini sangat penting artinya guna membasahi gambut, mengisi kanal dan embung, karena sebentar lagi kita akan memasuki musim kering. Mudah-mudahan dengan upaya ini kita bisa mencegah kebakaran hutan dan lahan berskala besar" ujarnya.

2. Sepuluh sorti penerbangan dengan total penyemaian 8 ton garam telah dilakukan di Riau

Jelang Puncak Kemarau, KLHK Modifikasi Cuaca untuk Cegah KarhutlaTMC oleh tim lapangan (Dok. KLHK)

Sejak operasi TMC pada 13 Mei hingga 24 Mei 2020, telah dilakukan 10 sorti penerbangan dengan total bahan semai garam NaCl 8 ton di wilayah Provinsi Riau. TMC itu berhasil menghasilkan hujan di wilayah Kota Pekanbaru, Siak, Kuala Kampar, Sei Pakning, Kandis dan Sedinginan.

"Sejak dimulainya operasi rekayasa hujan melalui TMC tanggal 14 hingga 24 Mei, tercatat total volume air hujan secara kumulatif diperkirakan mencapai 33,1 juta m3," ujar Basar.

3. Puncak musim kemarau diprediksikan terjadi pada periode Juni hingga Agustus

Jelang Puncak Kemarau, KLHK Modifikasi Cuaca untuk Cegah KarhutlaPersonel Manggala Aqni membawa selang air untuk melakukan pemadaman Karhutla Gambut di Kecamatan Lalolae, Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, pada 1 Desember 2019. (ANTARA FOTO/ManggalaAqn)

Berdasarkan prediksi BMKG, musim kemarau akan mencapai puncaknya pada periode Juni hingga Agustus. KLHK melakukan rekayasa hujan melalui TMC karena melihat mayoritas Titik Pemantauan Tinggi Muka Air Tanah (TP-TMAT) lahan gambut di Provinsi Riau, telah menunjukkan level waspada. 

"Kita syukuri rekayasa hujan yang dilakukan beberapa hari ini telah menambah tinggi muka air tanah gambut di Riau untuk mencegah terjadinya karhutla. Kalaupun masih terjadi, mudah-mudahan pasokan air ini cukup untuk mengisi embung dan kanal guna membantu tim darat melakukan pemadaman. Kita sangat berharap jangan sampai ada karhutla di situasi masyarakat sedang mengalami bencana pandemik corona," katanya.

KLHK memprioritaskan langkah TMC di berbagai provinsi yang rawan karhutla seperti Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan untuk wilayah Sumatera. TMC dilakukan dengan pesawat Casa A-2107 milik TNI AU yang membawa garam dan menyemaikannya di sekitar awan hujan, dengan ketinggian sekitar 10.000-12.000 feet.

Berdasarkan data satelit, jumlah hotspot di Provinsi Riau tanggal 1 Januari-20 Mei 2020, tercatat 271 titik dengan confident 80-100 persen. Jumlah ini menurun bila dibandingkan pada periode sama tahun lalu yang mencapai 503 titik. Dalam dua pekan terakhir tidak terpantau ada hotspot di wilayah Riau.

4. Menteri LHK ucapkan terima kasih kepada seluruh tim lapangan yang tetap bekerja pada Idulfitri 1441H

Jelang Puncak Kemarau, KLHK Modifikasi Cuaca untuk Cegah Karhutla(Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar) IDN Times/Aldzah

Menteri LHK Siti Nurbaya menyampaikan ucapkan terima kasih pada seluruh tim lapangan yang masih tetap bekerja di hari Idulfitri 1441H. Ia juga turut mendoakan semoga langkah pencegahan tersebut mendapat hasil terbaik.

"Saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih pada dedikasi tim yang luar biasa. Tetap jaga keselamatan. Saya terus mengikuti laporan setiap hari dari lapangan, mendoakan semoga kerja terbaik bagi Bangsa ini membawa manfaat bagi masyarakat, terutama di daerah rawan karhutla," kata Menteri Siti.

Ia menambahkan bahwa dalam waktu dekat, pihaknya akan meminta kalangan dunia usaha melakukan transfer teknologi pemantauan Tinggi Muka Air Tanah (TMAT) gambut pada kelompok masyarakat.

"Banyak lahan hutan tanam industri (HTI), hak guna usaha (HGU), bahkan lahan masyarakat yang berada di Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) yang harus dijaga. Pasca kejadian tahun 2015, setiap konsesi yang berada di KHG, diwajibkan memiliki Titik Pemantauan Tinggi Muka Air Tanah (TP-TMAT)," ujarnya.

Salah satu fungsi TP-TMAT untuk memastikan kebasahan gambut berada pada batas aman. Ada lebih dari 10.690 TP-TMAT di 280 perusahaan yang memiliki tanggung jawab menjaga dan memulihkan ekosistem gambut.

"Saya sudah minta segera ada transfer teknologi dari dunia usaha ke masyarakat, agar gambut masyarakat juga bisa terpantau dan dilakukan upaya  pembasahan dini. Transfer teknologi ini sangat penting artinya untuk upaya mencegah karhutla sejak dini dengan membasahi gambut, karena gambut yang kering rentan terbakar, dan bila sudah terbakar sangat sulit dipadamkan," katanya.

Baca Juga: KLHK Pilih TMC untuk Cegah Kebakaran Hutan di Tengah Pandemik COVID-19

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya