Kenapa Penyintas COVID-19 Bisa Reaktif Saat Rapid Test Antibodi?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Seorang dokter sekaligus PhD Candidate in Medical Science di Kobe University Jepang, Adam Prabata, menjelaskan kenapa seseorang yang sudah sembuh dari COVID-19 hasil rapid tes antibodinya akan tetap reaktif.
Adam mengatakan hal tersebut bisa terjadi karena rapid test antibodi bertujuan memeriksa antibodi. Tes itu bukan untuk mengecek keberadaan virus penyebab COVID-19 di dalam tubuh seseorang.
"Seseorang terinfeksi virus penyebab COVID-19, lalu bergejala, dan memiliki antibodi terhadap COVID-19," kata Adam Prabata seperti dikutip dari akun Instagram @adamprabata, Selasa (17/11/2020).
1. Antibodi belum terdeteksi pada fase awal terinfeksi COVID-19
Adam mengatakan hasil reaktif dari rapid test antibodi tidak menandakan seseorang memiliki virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 di dalam tubuhnya. Sebab, antibodi memang belum terdeteksi pada fase awal terinfeksi, tetapi dapat terdeteksi setelah seseorang dinyatakan sembuh dari COVID-19.
"Rapid test antibidi reaktif tidak sama dengan sedang terinfeksi COVID-19," katanya.
Baca Juga: Jangan Bingung! Ini Bedanya Rapid Test Antibodi dan Rapid Test Antigen
2. Antibodi COVID-19 bisa terdeteksi hingga enam bulan pascainfeksi
Editor’s picks
Adam mengatakan kadar antibodi terhadap COVID-19 bisa bertahan di titik puncak hingga dua bulan lamanya. Setelahnya, antibodi akan menurun sebanyak 50 persen.
"Namun, masih dapat terdeteksi hingga enam bulan ke depan," jelasnya.
Hal itu lah yang menyebabkan hasil rapid test orang yanh sudah sembuh bisa reaktif walaupun sudah enam bulan pasca terinfeksi.
"Bahkan bisa lebih dari itu," katanya.
3. Keberadaan antibodi dapat pengaruhi aktivitas penyintas COVID-19
Adam mengatakan, hal tersebut tentu bisa mempengaruhi aktivitas penyintas COVID-19. Misalnya saja, peraturan perjalanan yang mewajibkan seseorang membawa hasil rapid test non-reaktif.
"Waktunya peraturan disesuaikan?" katanya.
Baca Juga: Satgas COVID-19: Masih Banyak yang Tidak Percaya COVID-19