Puncak Pandemik COVID-19 di Indonesia Sulit Diprediksi, Mengapa?

Setiap pulau memiliki tren yang berbeda

Jakarta, IDN Times - Puncak pandemik COVID-19 di Indonesia disebutkan sulit untuk dirpediksi. Hal itu karena setiap pulau di Indonesia memiliki tingkat penyebaran dan tren kasus yang berbeda-beda. Untuk itu, Alvara Research Center mengimbau pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk saling memperkuat sinergi.

"Pemerintah perlu memperkuat sinergi antara pusat dan daerah, meliputi manajemen data COVID-19 dan kebijakan penyerta, termasuk ekonomi dan jaringan pengaman sosial," demikian ditulis dalam jurnal Alvara Research Center yang membahas tentang update COVID-19 di Indonesia per Sabtu (9/5).

Alvara Research Center juga mengimbau agar pemerintah memperluas Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di provinsi-provinsi dengan tingkat risiko tinggi secara konsisten. Pemerintah juga diingatkan untuk tidak terburu-buru membuat kebijakan relaksasi PSBB sebelum ada tanda penurunan pandemik COVID-19.

Baca Juga: Pengamat Unpad: PSBB dan Lockdown Hampir Sama, Bedanya PSBB Lebih Soft

1. Jumlah pasien positif COVID-19 akan terus naik dalam 7 hari ke depan

Puncak Pandemik COVID-19 di Indonesia Sulit Diprediksi, Mengapa?Rapid test untuk mengecek pasien terduga corona (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Alvara melihat, tren penambahan kasus harian di Indonesia relatif stabil. Artinya, tidak ada lonjakan kenaikan maupun penurunan yang signifikan sejak 11 April 2020 hingga sekarang, kenaikan pasien baru rata-rata berkisar 300-400 orang.

"Kenaikan pasien positif COVID-19 akan tetap terjadi 7 hari ke depan karena beberapa daerah masih menunjukkan tren pertumbuhan yang masih tinggi," ujarnya.

Untuk perkembangan jumlah pasien yang sembuh, Indonesia mengalami kondisi yang semakin baik. Tren pasien sembuh semakin naik dan pada 8 Mei 2020 mencapai 18,25 persen.

"Meski demikian tingkat CRR (Case Recovery Rate) sebesar 18,25 persen tersebut masih tergolong kecil bila dibandingkan dengan negara-negara lain, patut diduga rata-rata waktu yang dibutuhkan pasien COVID-19 untuk kembali sembuh lebih lama dibandingkan negara-negara lain," jelasnya.

Di sisi lain, persentase pasien yang meninggal juga semakin turun. Hal ini ditunjukkan dengan angka CFR (Case Fatality Rate) yang semakin turun di angka 7,19 persen pada 8 Mei 2020. Dari 3.337 kasus COVID-19 yang sudah selesai, 71,74 persen sembuh dan 28,25 persen meninggal.

2. Pasien COVID-19 di Jakarta terus menurun, tapi di daerah lain terus naik

Puncak Pandemik COVID-19 di Indonesia Sulit Diprediksi, Mengapa?Ilustrasi rapid test (IDN Times/Nofika Dian Nugroho)

Alvara menjelaskan, tren kenaikan pasien positif COVID-19 di Pulau Jawa masih tinggi. Meski ada kenaikan dalam dua hari terakhir di Jakarta, tapi tren kenaikan tersebut tidak terlalu signifikan. Semua kepulauan di luar Jawa yaitu Sulawesi, Kalimantan, Balinusra, Maluku-Papua menunjukkan ada akselerasi peningkatan pasien COVID-19 pada 1 minggu terakhir.

Proporsi pasien COVID-19 di Jakarta dari waktu ke waktu terus menurun, sementara di kepulauan lain cenderung meningkat. Sampai 8 Mei 2020, 37,9 persen pasien COVID-19 di Indonesia berasal dari Jakarta. Selain itu, 32,6 persen kasusnya berasal dari provinsi di Jawa selain Jakarta yaitu 7,6 persen dari Sumatera, 6,6 persen dari Kalimantan, 7,5 persen dari Sulawesi, 4,8 persen dari BaliNusra, dan 3,1 persen dari Maluku Papua.

"Secara proporsi, persentase pasien positif di Jakarta bila dibanding kepulauan lain dari waktu ke waktu cenderung menurun. Pasien terbesar kedua setelah Jakarta didominasi oleh provnsi-provinsi lain di Jawa," ujarnya.

3. Selain Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat menjadi penyumbang terbesar kasus COVID-19 di Pulau Jawa

Puncak Pandemik COVID-19 di Indonesia Sulit Diprediksi, Mengapa?Dua orang dokter berdiri di depan salah satu ruang modular di Rumah Sakit Pertamina Jaya, Cempaka Putih, Jakarta, Senin (6/4/2020). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Tren kenaikan jumlah pasien COVID-19 di Pulau Jawa, kecuali Jakarta, masih cukup tinggi. Ada akselerasi kenaikan pasien COVID-19 yang cukup tajam di Jawa Timur dalam satu minggu terakhir. Sementara di Banten, Jawa Barat, Yogyakarta, dan Jawa Tengah kenaikannya cenderung lebih stabil.

"Di Pulau Sumatera, kenaikan pasien terlihat landai, hanya di 2 provinsi saja, Sumatera Barat dan Sumatera Selatan yang terlihat menonjol dengan tingkat kenaikan yang tajam. Sumatera Utara dalam 3 hari terakhir juga mulai menunjukkan akselerasi kenaikan tapi tidak setinggi dua provinsi di atas," demikian penjelasan Alvara Research Center.

4. Kalimantan Selatan jadi provinsi dengan jumlah pasien positif tertinggi di Pulau Kalimantan

Puncak Pandemik COVID-19 di Indonesia Sulit Diprediksi, Mengapa?Ilustrasi. ANTARA FOTO/Fauzan

Di Kalimantan Selatan, masih berpotensi mengalami tren kenaikan pasien positif, begitu juga dengan Kalimantan Timur. Sementara di Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Barat mulai terlihat landai dalam 3 hari terakhir. Melandainya kurva menjadi kabar baik namun beberapa hari ke depan tetap perlu diwaspadai.

Karena di Pulau Kalimantan terlihat memiliki slope kenaikan yang sama, meski jumlah pasien positif antar provinsi berbeda-beda

Di Pulau Sulawesi, Sulawesi Selatan merupakan episentrum COVID-19 yang perlu ditangani serius. Sulawesi Selatan menjadi penyumbang terbesar dengan sebaran jumlah pasien COVID-19 tertinggi di Pulau Sulawesi. Tercatat 72,32 persen pasien COVID-19 di Sulawesi berasal dari Sulawesi Selatan.

Provinsi lain di Pulau Sulawesi, meskipun terdapat pasien COVID-19, masih terlihat landai dan terkendali.

"Penanganan COVID-19 dan kebijakan terkait pembatasan mobilisasi penduduk di Sulawesi Selatan perlu perhatian khusus, agar COVID-19 tidak merembes ke wilayah lain hingga menyebar di Pulau Sulawesi," demikian ditulis Alvara Research Center.

5. Pasien COVID-19 di Nusa Tenggara Barat meningkat tajam, perlu diwaspadai

Puncak Pandemik COVID-19 di Indonesia Sulit Diprediksi, Mengapa?Ilustrasi. Petugas di samping ambulans yang terparkir di samping ruang isolasi RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara, Kamis (5/3/2020). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Meskipun wilayah Bali dan Nusa Tenggara dekat dengan Pulau Jawa dan merupakan daerah tujuan wisata, jumlah pasien terkonfirmasi berada jauh di bawah Pulau Jawa. Dari kurva, kenaikan jumlah pasien positif di Nusa Tenggara Barat perlu diwaspadai dalam 2 minggu terakhir, karena jumlahnya meningkat tajam.

"Di Bali, masih terjadi penambahan pasien COVID-19, meskipun tidak pernah terlihat terjadi lonjakan kenaikan kurva yang tiba-tiba," katanya.

Sementara Papua menjadi provinsi dengan jumlah pasien COVID-19 tertinggi di wilayah Maluku-Papua. Lonjakan kenaikan jumlah pasien COVID- 19 di Papua terjadi pada 1 minggu terakhir, dan terus bertambah.

Begitu juga di Papua Barat dan Maluku Utara, terjadi kenaikan pasien COVID-19 seminggu lalu namun melandai lebih terkendali. Di Provinsi Maluku, terdapat sedikit kenaikan, tapi kurva terlihat lebih landai.

Baca Juga: Seorang Peneliti COVID-19 di AS Tewas Ditembak, Pelakunya Bunuh Diri

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya