Sepenggal Kisah Srikandi Manggala Agni, Hari-Hari di Hutan Tanpa Kabar

Kepungan asap tak mematahkan semangat bertugas

Jakarta, IDN Times - Hari Kartini adalah hari bersejarah dalam kebangkitan perempuan Indonesia. Kesempatan menjalani pengalaman menarik dan kemampuan bebas berekspresi, adalah hasil perjuangan mulia tokoh di balik Hari Kartini, yaitu Raden Ajeng (RA) Kartini.

Bukan hanya bebas berekspresi, perempuan Indonesia saat ini juga terjun di segala profesi. Menjadi unggul, hebat, dan berkembang di bidangnya masing-masing. Hal itu lah yang muncul pada sepenggal kisah Srikandi Manggala Agni. 

Menjadi perempuan tidak menghalangi Neneng (35) dan Metha (30) memilih profesi sebagai Manggala Agni. Manggala Agni adalah Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan Indonesia yang berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Petugas pemadam kebakaran lahan dan hutan (karhutla).

1. Neneng, ibu dari tiga anak yang mengabdikan diri untuk pengendalian kebakaran hutan dan lahan selama 15 tahun

Sepenggal Kisah Srikandi Manggala Agni, Hari-Hari di Hutan Tanpa KabarSrikandi Mangala Agni (Dok. KLHK)

Gustia Ningsih atau yang akrab disapa Neneng, adalah seorang ibu yang memiliki tiga anak. Di balik sosok ibu yang penyayang dan lembut, Neneng adalah pejuang tangguh dalam pengendalian karhutla di Siak, Riau.

Ia tergabung sebagai anggota Daops Manggala Agni Sumatera VI/Siak, Riau, sejak 2005 silam. Hingga kini, ia sudah 15 tahun mengabdi sebagai anggota Manggala Agni Daops Sumatera VI/Siak. Suka duka dalam upaya pengendalian karhutla pun telah ia lewati.

Bagaimana tidak, Riau merupakan provinsi rawan karhutla di Indonesia. Ini memberikan pengalaman tersendiri bagi anggota Manggala Agni di Riau, termasuk Neneng.

Ia memiliki tugas penting di dalam satuannya, yaitu sebagai pemantau deteksi dini. Pantauannya meliputi wilayah Kabupaten Siak, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Kepulauan Meranti.

Selain itu, Neneng juga bertugas mengatur papan Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran (SPBK), dan mengurus administrasi kantor Daops Manggala Agni Sumatera VI/Siak.

2. Neneng sering terjun langsung patroli pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan dan lahan

Sepenggal Kisah Srikandi Manggala Agni, Hari-Hari di Hutan Tanpa KabarSrikandi Mangala Agni (Dok. KLHK)

Tidak jarang, Neneng juga ikut terjun langsung ke lapangan untuk melaksanakan patroli pencegahan dan pemadaman karhutla. Berhadapan langsung dengan si jago merah dan kepulan asap, tidak membuat dirinya menyerah.

Sosok Kartini memberikan motivasi Neneng untuk ikut bergerak bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan, tanpa melalaikan serta meninggalkan tanggung jawab.

“Kartini memberikan inspirasi tersendiri bagi saya bahwa wanita bisa berperan dalam semua hal, termasuk dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan sebagai Manggala Agni,” ujar dia, dalam keterangan tertulis, Selasa (21/4).

Baca Juga: Perempuan-perempuan Sumbar yang Tidak Kalah Harum dari Kartini

3. Terkepung asap dan terperosok di lahan gambut tak menghilangkan semangat

Sepenggal Kisah Srikandi Manggala Agni, Hari-Hari di Hutan Tanpa KabarKarhutla Dusun Sigumoi Sumut (Dok. BNPB)

Pada 2019 adalah salah satu tahun dengan karhutla terparah di Indonesia. Dengan statusnya sebagai Manggala Agni, Nenang pun sibuk melalukan pemadaman karhutla saat itu.

Meski Manggala Agni didominasi laki-laki, tidak membuat Neneng minder. Pada saat pemadaman karhutla, ia juga siap berjalan puluhan kilometer menuju titik api, mengangkat gulungan selang, dan memegang nozzle di depan berhadapan langsung dengan api.

“Waktu melakukan pemadaman saya pernah terperosok gambut, karena kebakaran saat itu diselimuti asap yang sangat tebal," tutur Neneng.

4. Meninggalkan keluarga adalah hal terberat, dan hutan tak mengizinkan berkabar karena sinyal yang buruk

Sepenggal Kisah Srikandi Manggala Agni, Hari-Hari di Hutan Tanpa KabarIlustrasi (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Bagi Neneng, beban yang terberat saat bertugas adalah meninggalkan keluarganya. Sebab, di dalam hutan tidak ada sinyal dan tidak bisa memberikan kabar kepada keluarga serta anak-anaknya.

"Kaum perempuan saat ini dituntut menjadi wanita yang berbudi luhur, pandai dan berani. Mereka mendapatkan hak untuk mengambil peran dalam berbagai bidang, namun tidak melupakan kewajibannya untuk merawat keluarga dan menghargai suaminya,” kata Neneng.

5. Selain jadi pemadam, Metha juga merawat rekan yang cedera saat pemadaman kebakaran hutan dan lahan

Sepenggal Kisah Srikandi Manggala Agni, Hari-Hari di Hutan Tanpa KabarSrikandi Mangala Agni (Dok. KLHK)

Selain Neneng, di Daops Manggala Agni Kalimantan III/Pangkalan Bun, Kalimantan tengah, juga muncul Kartini muda lainnya yang bergerak dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan, yaitu Miftahul Jannah, atau yang akrab di panggil Metha.

Metha juga bergabung menjadi anggota Manggala Agni sejak 2015. Latar belakang Metha sebagai seorang perawat tentu dibutuhkan pada saat pemadaman karhutla. Pengalaman pemadaman berhari-hari di dalam hutan sering ia alami.

Dengan latar belakang sebagai perawat, peran Metha saat bertugas pun bertambah. Bukan hanya seorang pemadam api, ia juga bersiaga merawat rekan-rekan Manggala Agni yang mengalami cedera saat pemadaman.

Meski berjuang di paling terdepan menjaga lingkungan, Metha merasa hanya bagian kecil perempuan Indonesia yang mengambil peran dalam kelestarian lingkungan sebagai Manggala Agni. Semoga perempuan Indonesia tak pantang menyerah dan semangat meneruskan perjuangannya Ibu Kartini dalam membangun negeri.

“Saya yakin di luar sana masih banyak sosok wanita hebat Indonesia yang berjuang untuk keluarga, negara, dan lingkunganya yang memiliki semangat emansipasi Ibu Kartini," ungkap Metha.

https://www.youtube.com/embed/aUrK9HlKpD8

Baca Juga: Belajar dari Kartini, Ini Kata 4 Jurnalis Perempuan Indonesia

Topik:

  • Rochmanudin
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya