Cerita Edi Sungkowo Tak Berani Tidur di Dalam Rumah Pasca Gempa
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Malang, IDN Times - Edi Sungkowo (55) masih tampak tak percaya bahwa rumahnya kini hanya tinggal puing-puing saja. Warga Dusun Wirotaman RT 02 RW 01, Desa Wirotaman tersebut menjadi salah satu dari sekian banyak yang terdampak gempa magnitudo 6,1 yang mengguncang Kabupaten Malang, Sabtu (10/4/2021) lalu.
Edi menyebut bahwa saat gempa terjadi, dirinya sedang berada di kebun menggarap lahan pertanian yang menjadi kesehariannya. Ia juga tidak menyangka bahwa rumahnya mengalami kerusakan cukup parah akibat gempa tersebut.
1. Rasakan getaran kuat saat di kebun
Edi mengakui bahwa dirinya juga merasakan langsung getaran gempa saat di kebun. Tanah, kata dia, tiba-tiba bergoyang cukup kuat. Namun, pada saat itu dirinya belum menyadari bahwa hal itu adalah gempa bumi. Baru pada saat gempa kedua ia menyadari hal tersebut dan langsung berkemas untuk melihat rumahnya.
"Saat pulang sampai rumah tahu-tahu sudah pada ambrol semua," katanya Minggu (11/4/2021).
2. Keluarga selamat semua
Meski rumahnya rusak berat, Edi mengaku masih bersyukur lantaran seluruh keluarganya selamat dan tidak ada yang menjadi korban. Tujuh orang yang menghuni rumahnya, termasuk cucunya yang masih berusia 5 tahun selamat saat kejadian nahas tersebut. Kini rumah yang ia bangun pada tahun 2000 itu sedang dalam proses pembersihan oleh pasukan TNI dan Polri untuk nantinya akan segera diperbaiki.
"Sementara saya mengungsi ke rumah kerabat. Sambil menunggu perbaikan rumah ini," tambahnya.
3. Masih takut tinggal di dalam rumah
Editor’s picks
Meski mengungsi ke rumah kerabat, Edi mengakui masih trauma tidur di dalam rumah. Ia masih khawatir bahwa akan ada gempa susulan lagi. Untuk sementara waktu, dirinya mendirikan tenda di halaman rumah sebagai tempat beristirahat sambil menghilangkan perasaan takut. Apalagi, pada Minggu (11/4/2021) pagi, sempat terjadi gempa susulan yang juga cukup membuat warga panik meski kekuatan gempa lebih rendah dari sebelumnya.
"Sejauh yang saya tahu, ini yang paling parah. Sebelumnya pernah ada gempa tapi tidak separah ini," katanya.
4. Sudah tenang dan tidak takut
Berbeda cerita dengan Warsono (67) warga RT 11 RW 3 Dusun Sukodadi, Desa Wirotaman, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang. Ia mengakui saat ini sudah lebih tenang dan tidak merasa trauma pasca gempa. Namun, sementara waktu dirinya memang masih tidur di luar lantaran rumahnya mengalami rusak berat meskipun tak sampai roboh. Warsono mengaku sangat beruntung lantaran saat kejadian dirinya sedang berada di luar rumah.
"Kebetulan saat terasa gempa saya di teras rumah. Pertama saya tidak lari dan masih tetap tenang. Baru saat gempa kedua saya lari ke halaman menyelamatkan diri," katanya.
5. Prihatin jelang bulan Ramadan
Tak bisa dimungkiri bahwa peristiwa tersebut memang membuat dirinya harus prihatin menyambut bulan suci Ramadan. Terlebih juga, Warsono yang sehari-hari bekerja sebagai petani kopi tersebut harus memutar otak untuk tetap bisa bertahan. Apalagi tahun ini kebun kopi yang ia rawat juga mengalami gagal panen lantaran cuaca ekstrem yang melanda. Namun demikian, Warsono yang hanya tinggal berdua bersama istrinya mencoba mengambil hikmah dari kejadian tersebut.
"Pastinya ada rasa nelongso juga karena kopi panennya gak hasil. Apalagi ada ketambahan seperti ini. Tapi kemarin dari petugas sudah ada pendataan. Semoga segera ada perbaikan," tandasnya.
Baca Juga: 9 Daerah di Jatim Terdampak Gempa Malang, 8 Orang Meninggal
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.