Harga Pakan Mahal, Peternak Ayam Petelur di Malang Terancam Rugi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Malang, IDN Times - Para pengusaha ayam petelur di Kota Malang mengeluh. Pasalnya, harga pakan untuk ayam petelur cenderung mengalami peningkatan signifikan. Di sisi lain, harga telur dari peternak ke tengkulak tak mengalami kenaikan, bahkan berpotensi terus menurun. Tentu saja kondisi tersebut membuat para peternak ayam petelur terancam rugi besar.
1. Sudah lebih dari sepekan harga pakan mahal
Dani Uluf Suwanda, pekerja di peternakan ayam petelur Pak Yasin, Wonokoyo, Kedungkandang, Kota Malang menjelaskan, paling tidak dalam dua pekan terakhir, harga pakan mengalami kenaikan harga. Saat ini, 1 kilogram jagung murni dijual seharga Rp5.500 dari sebelumnya Rp4.000 hingga Rp4.500. Kenaikan pun membuat biaya operasional untuk pakan membengkak.
"Kemarin malah sempat menyentuh harga Rp6.000 untuk 1 kilogram jagung murni. Sekarang sudah sedikit lebih baik karena ada penurunan, walau tidak banyak," katanya Kamis (17/6/2021).
2. Nyaris tak mendapat keuntungan
Sebaliknya, harga jual telur dari peternak ke tengkulak justru stabil kisaran Rp 19.400 per kilogram. Bahkan, ada indikasi bahwa harga jual tersebut mengalami penurunan lagi. Kondisi tersebut tentu saja membuat peternak terancam mengalami kerugian.
"Kalau saat ini memang masih mendapat untung, tapi tipis. Kalau harga jualnya turun lagi bisa rugi," tambahnya.
Editor’s picks
3. Kombinasikan dengan pakan jadi
Untuk meminimalisir pembengkakan biaya operasional, mereka mengkombinasikan dengan pakan jadi. Jika dihitung maka setiap harinya peternakan tersebut memerlukan sekitar 990 kilogram pakan untuk 9000 ekor ayam. Sementara telur yang dihasilkan setiap harinya kisaran 5 kwintal.
"Sebenarnya kalau pakai pakan jadi, telur yang dihasilkan kualitasnya kurang maksimal. Warna telur cenderung lebih cerah. Kalau yang bagus itu warnanya cenderung lebih gelap," sambungnya.
Baca Juga: Telur Bebek vs Telur Ayam, Mana yang Lebih Baik untuk Kesehatan?
4. Harga telur tak bisa diprediksi
Kondisi ini juga diperparah dengan pandemik COVID-19. Dani menyebut bahwa harga telur menjadi sulit diprediksi. Bahkan setiap harinya kerap terjadi fluktuasi harga setelah pukul 12.00 WIB.
"Bulan puasa saja yang biasanya harga telur cenderung naik, ternyata kemarin justru stabil. Kalau sekarang memang sulit diprediksi harganya," tandasnya.
Baca Juga: 6 Fakta Unik Telur Pitan, Telur khas Tiongkok yang Berumur 1000 Tahun
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.