Kreatif, Ibu-ibu di Malang Sulap Limbah Popok Jadi Kap Lampu Unik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Malang, IDN Times - Bagi sebagian orang, limbah popok merupakan hal yang harus disingkirkan jauh-jauh. Namun, di tangan yang kreatif, limbah popok justru bisa menjadi benda unik yang bernilai tinggi.
Seperti yang dilakukan oleh sekelompok ibu di Jalan Piranha Atas V, Kota Malang. Mereka membuat kerajinan kap lampu dari limbah popok yang diberi nama Sekar Light.
1. Berawal saat mengikuti pelatihan PKK
Salah satu penggagas Sekar Light, Debby Fitriani (30) menjelaskan, sebenarnya pemanfaatan limbah popok dia pelajari saat mengikuti pelatihan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Saat itu, dia diajarkan untuk membuat pot dari limbah popok.
Debby kemudia mulai berinovasi. Tak ingin sama, dia memilih untuk membuat kap lampu.
"Saya ingin ada sesuatu yang berbeda. Kebetulan saat itu saya melihat banyak botol-botol yang tidak terpakai juga. Maka, kemudian saya coba berkreasi membuat kap lampu menggunakan limbah popok dan ternyata hasilnya cukup bagus," jelasnya, Kamis (11/2/2021).
2. Butuh 60-70 limbah popok untuk membuat kap lampu berukuran besar
Debby menambahkan, limbah popok yang dibutuhkan untuk membuat kap lampu memang lebih banyak dibanding pot. Satu kap lampu ukuran besar membutuhkan 60 hingga 70 limbah popok. Sedangkan kalau membuat pot hanya butu 2 sampai tiga limbah popok.
Menurutnya, bahan baku yang banyak itu justru lebih bagus. Dengan begitu, dia bersama ibu-ibu lainnya semakin banyak mengurangi beban limbah popok.
"Pada awal dulu kesulitan untuk mendapatkan bahan baku, tetapi sekarang sudah ada yang menyuplai limbah popok kepada kami," tambahnya.
Baca Juga: Jelang Imlek, Produsen Dupa Beraroma di Kota Malang Laris Manis
3. Proses pengerjaan tidak sulit dan cepat
Editor’s picks
Proses pengerjaan kap lampu dari limbah popok ini tidak terlalu sulit. Selain popok bekas, Debby membutuhkan botol dan kayu. Awalnya popok yang sudah kotor itu tentu dicuci dulu, lalu dikeringkan. Sembari menunggu limbah popok kering, proses pembuatan bisa dimulai dengan melapisi botol dengan nilon atau benang lain untuk hiasan tiang lampu.
Setelah itu, Debby membuat rangka kap lampu dari kawat jaring. Baru setelah rangka kap lampu sudah jadi, limbah popok yang sudah dilinting direkatkan menggunakan lem sampai menutupi penuh seluruh rangka. Selanjutnya, kap lampu tersebut dirangkai dengan penyangga dari botol yang sudah dipasang pitingan lampu. Proses terakhir adalah pengecatan sesuai dengan selera.
"Dulu awalnya yang mengerjakan hanya dua orang, kalau sekarang sudah ada empat orang. Untuk satu lampu pengerjaan bisa selesai dua sampai tiga hari," tambahnya.
4. Harga yang ditawarkan cukup terjangkau
Harga kap lampu dari limbah popok ini cukup terjangkau. Paling murah adalah Rp 75 ribu dan paling mahal Rp 135 ribu.
Sejauh ini, Debby dkk menjual produk kap lampu itu di Pasar Tunjungsekar. Ada kalanya mereka mengikuti pameran UMKM yang digelar beberapa instansi. Lantaran pandemik, kini Debby mulai mencoba memasarkan produknya melalui daring.
"Kami sendiri memulai produksi pemanfaatan limbah popok ini Februari 2020. Jadi sudah satu tahun berjalan," sambungnya.
5. Kapasitas produksi masih kecil
Saat ini kapasitas produksi dari Sekar Light menurut Debby masih belum terlalu besar. Dalam satu bulan, mereka baru bisa menghasilkan 2 sampai 3 buah kap lampu. Sebab, para ibu itu tetap lebih banyak fokus untuk di rumah mengurus rumah tangga.
"Hasil penjualan selama ini sesuai kesepakatan yang enam bulan pertama untuk pengembangan produk. Baru setelah itu diatur 30 persen untuk beli bahan dan sisanya dibagi bersama ibu-ibu lain," tukas Debby.
Baca Juga: Pandemik, Pesanan Lampion di Kota Malang Lesu Jelang Imlek
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.