Pengelola Kos di Malang Nyaris Tak Ada Pemasukan Saat Pandemik

Tak ada mahasiswa baru yang cari kos kosan 

Malang, IDN Times - Pandemik COVID-19 memang memukul semua jenis usaha. Salah satunya para pengusaha rumah kos di Malang. Mereka terimbas pemberlakukan kerja dan belajar dari rumah. Sandra Desi (28) misalnya, ia mengeluhkan sepinya hunian kosan yang ia miliki. Dari 24 kamar yang ada, hanya tiga kamar yang terisi. Usaha turun temurun yang saat ini ia teruskan itu bahkan terancam tutup.

1. Biasanya tak pernah sepi

Pengelola Kos di Malang Nyaris Tak Ada Pemasukan Saat PandemikTampak luar kos kosan yang dikelola Sandra Desi. Dok/istimewa

Sandra menceritakan bahwa kos-kosan yang ia kelola tersebut awalnya merupakan usaha yang didirikan oleh sang nenek pada tahun 1987. Berada di Jl Terusan Cikampek, Kota Malang membuat kos-kosan tersebut sangat strategis. Pasalnya, posisinya dekat kampus-kampus besar yakni Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, hingga pusat perbelanjaan ternama macam Malang Town Square dan Transmart.

Hal itu membuat kos-kosan yang ia kelola nyaris tak pernah sepi. Terlbih harga yang ia tawarkan juga cukup terjangkau, yakni Rp 600-Rp 800 ribu per anak.

"Kalau berdasar cerita dari orangtua saya, kos-kosan ini tidak pernah sepi sejak pertama dulu berdiri. Krisis moneter tahun 1998 saja masih ada anak-anak yang ngekos," katanya Jumat (19/2/2021). 

2. Selama pandemik banyak anak kos pilih pulang kampung

Pengelola Kos di Malang Nyaris Tak Ada Pemasukan Saat PandemikKamar kos yang kosong karena penghuninya pulang. Dok/istimewa

Kebijakan kuliah daring yang diberlakukan membuat satu per satu anak kos di tempat itu memilih pulang. Sebagian yang masih bertahan merupakan mahasiswa semester lanjut yang hanya tinggal menyelesaikan tugas akhir saja. 

"Dari lima anak yang tersisa, bulan Agustus ini juga sudah waktunya keluar. Mereka masih ngekos karena buat ngurusin penelitian buat skripsi, karena penelitiannya di Malang," tambahnya. 

3. Pendapatan menurun jauh

Pengelola Kos di Malang Nyaris Tak Ada Pemasukan Saat PandemikBanyak kamar yang kosong yang ditinggalkan penghuninya. Dok/istimewa

Untuk penghasilan sendiri, sebelum pandemik COVID-19, rumah kos yang ia kelola bisa menghasilkan Rp 27 juta per bulan. Hasil tersebut belum termasuk biaya operasional air, listrik hingga petugas kebersihan.

Biasanya setelah dipotong operasional masih bisa mendapatkan hasil Rp 24,5 juta. Tetapi setelah pandemik COVID-19 penghasilan dari usaha kos terus menurun hingga kini hanya kisaran kurang dari Rp5 juta sebulan. Petugas kebersihan kos yang biasanya mendapat gaji Rp2 juta pun kini terpaksa hanya digaji Rp600 ribu per bulan. 

"Sebenarnya ini masih lebih mendingan, karena di beberapa kos lain justru sudah tidak dapat penghasilan sama sekali karena tidak ada yang ngekos," sambungnya. 

Baca Juga: Bisnis Kos-kosan di Bali Macet, Hingga Penghuni Memilih Pulang Kampung

4. Berikan diskon hingga berencana ubah jadi penginapan backpacker

Pengelola Kos di Malang Nyaris Tak Ada Pemasukan Saat PandemikIlustrasi Virus Corona. IDN Times/Mardya Shakti

Untuk mempertahankan usahanya tersebut, Sandra meyebut bahwa sempat memberikan potongan harga kepada anak-anak yang ngekos. Potongan harga yang diberikan kisaran Rp100-200 ribu. Diskon tersebut tentu saja disambut positif oleh anak-anak kos.

Namun demikian, beberapa dari mereka juga ada yang membayar uang kos dengan cara nyicil. Bahkan, ada juga yang berhutang terlebih dahulu lantaran orangtuanya kena PHK selama pandemik COVID-19.

"Kondisinya emang sulit. Sampai kemarin tahun ajaran baru sama sekali tidak ada anak yang cari kos. Sempat mau ditutup total untuk usaha catering. Tetapi kami masih belum yakin. Sempat juga mau diubah menjadi tempat penginapan backpacker. Tetapi juga pastinya perlu biaya," katanya. 

5. Tak bisa berbuat banyak

Pengelola Kos di Malang Nyaris Tak Ada Pemasukan Saat PandemikIlustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Hal yang sama juga dialami Ade Yori Maulana. Pengelola kos di Jl Gajayana itu juga turut meraskaan dampak COVID-19. Dari empat kamar yang ada, tempatnya saat ini hanya terisi satu kamar saja. Sementara sisa tiga kamar lain kosong sejak pandemik melanda.

Kondisi tersebut memang cukup sulit, terlebih hingga saat ini, pandemik COVID-19 belum ada tanda-tanda akan berakhir dalam waktu dekat. 

"Kalau seperti ini terus tentu saja sulit. Harapanya tentu pandemik bisa segera berakhir dan situasi bisa kembali normal," pungkasnya. 

Baca Juga: 11 Bulan Pandemik, Pemilik Kosan Menjerit Ditinggal Mahasiswa 

Alfi Ramadana Photo Verified Writer Alfi Ramadana

Menulis adalah cara untuk mengekspresikan pemikiran

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya