Universitas Brawijaya Kembali Tambah Dua Profesor 

Mereka adalah profesor bidang tata kota dan FMIPA

Malang, IDN Times - Universitas Brawijaya kembali menambah dua profesor baru yang akan dikukuhkan pada Rabu (25/8/2021). Profesor pertama adalah Budi Sugiarto Waloeya yang merupakan profesor bidang infrastruktur Perkotaan. Budi merupakan profesor ke-16 di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Ia juga merupakan professor ke-196 yang masih aktif di UB serta ke-283 dari seluruh profesor di UB.

Profesor kedua yang dikukuhkan adalah Sunaryo, yang merupakan keluarga besar FMIPA Universitas Brawijaya. Sunaryo merupakan profesor ke-25 di FMIPA dan ke-197 profesor aktif serta ke-284 dari seluruh profesor di UB.

1. Paparkan pengukuran tingkat pelayanan jalan

Universitas Brawijaya Kembali Tambah Dua Profesor Budi Sugiarto jelang pengukuhan sebagai profesor di Universitas Brawijaya. Dok/Humas UB

Pada pemaparannya di depan senat, Prof. Budi  membawakan orasi tentang “Pengukuran Tingkat Pelayanan Jalan menggunakan Pendekatan Interaksi Model Tata Guna Lahan-Jaringan Jalan”. Menurutnya model tersebut bisa digunakan untuk mengetahui tingkat perkembangan tata guna lahan yang sudah berada di batas harus dikendalikan karena menyebabkan pelayanan jalanan yang buruk.

Penggunaan jalan ini sangat masif di wilayah perkotaan. Namun sayangnya peningkatan infrastruktur termasuk jalan raya tidak sebanding dengan pertambahan penduduk. Hal ini kemudoan menimbulkan permasalahan yang terus berulang. 

"Kemacetan menjadi yang paling serinh muncul di wilayah perkotaan. Titik kemacetan ini terutama di ruas jalan-jalan utama penghubung antar kota," katanya Selasa (24/8/2021). 

2. Lakukan studi kasus di Waru-Sidoarjo

Universitas Brawijaya Kembali Tambah Dua Profesor Universitas Brawijaya memperoleh dana besar dari pengajuan 71 penelitian. Dok/Humas UB

Budi mencontohkan dari studi kasus di koridor Jalan Surabaya (Waru)-Sidoarjo. Koridor jalan Waru-Sidoarjo merupakan jalan nasional yang menghubungkan Jalan Waru Surabaya dengan Kabupaten Sidoarjo dengan panjang jalan 29 km. Perhitungan Tingkat Pelayanan Koridor Jalan Surabaya (Waru)-Sidoarjo menggunakan metode Interaksi Model Tata Guna Lahan-Jaringan Jalan.

Perhitungan tersebut menunjukkan dari rentang pukul 8-9 pagi sampai dengan 6-7 malam tingkat pelayanan jalan nilainya F. Nilai ini artinya koridor jalan dalam keadaan macet atau terjadi antrian yang panjang yang memperlambat laju kendaraan bermotor. 

Tingkat pelayanan jalan yang buruk mestinya menjadikan titik tolak  pemerintah daerah untuk mengambil kebijakan pengendalian pemanfaatan tata ruang. Caranya adalah dengan mengadakan pembatasan pengembangan untuk zona kawasan perdagangan dan jasa. Sementara untuk zona pengembangan kawasan industri khususnya pada koridor jalan  mengalami tingkat pelayanan yang buruk atau sering terjadi kemacetan. 

"Kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih spesifik adalah pelarangan khususnya kawasan perdagangan & jasa skala besar misalnya Hyper Market, Plaza, Mall. Lalu untuk skala menengah dan kecil masih bisa untuk dikembangkan," tambahnya. 

3. Sunaryo paparkan peranan Ilmu Geofisika dalam mitigasi bencana alam

Universitas Brawijaya Kembali Tambah Dua Profesor Sunaryo jelang dikukuhkan sebagai profesor di Universitas Brawijaya. Dok/Humas UB

Sementara itu, Prof. Sunaryo memberikan pemaparan tentang Peranan Ilmu Geofisika Dalam Mitigasi Bencana Alam. Ia menjelaskan bahwa Ilmu Geofisika merupakan alat untuk mengetahui informasi bawah permukaan bumi sehingga memegang peranan penting dalam pemecahan masalah kebencanaan, lingkungan dan eksplorasi.

Ilmu Geofisika layaknya ultra sono grafi (USG) bagi profesi seorang dokter karena sejatinya ilmu ini mengetahui kondisi bawah permukaan dengan bumi melalui pengukuran di permukaan bumi dengan menerapkan kaidah-kaidah ilmu Fisika. Penggunaan ilmu geofisika pada kebencanaan bisa dilakukan mulai upaya mitigasi pra bencana. 

"Sayangnya saat ini di negeri kita penanganan bencana masih banyak dilakukan pada tahapan tanggap darurat dan rehabilitasi (paska bencana)," jelasnya. 

4. Optimalisasi teknologi perlu dilakukan

Universitas Brawijaya Kembali Tambah Dua Profesor Ilustrasi Seismogram (IDN Times/Arief Rahmat)

Sunaryo menambahkan bahwa optimalisasi teknologi untuk menggali infomasi bawah permukaan bumi perlu dilakukan. Hal itu sangat penting untuk mengetahui penyebab bencana. Agar berikutnya ada langkah pencegahan yang bisa dilakukan sebagai mitigasinya. Pemetaan atau zonasi wilayah dari informasi permukaan bawah bumi bisa digunakan sebagai alat mitigasi untuk mereduksi dampak atau bahkan mencegah terjadinya bencana alam tersebut. 

“Di sinilah peluang pengambangan ilmu geofisika,” ungkapnya. 

Baca Juga: Satu Mahasiswa Positif Corona, Begini Langkah Universitas Brawijaya

5. Mitigasi penting untuk hindari dampak lebih parah

Universitas Brawijaya Kembali Tambah Dua Profesor Ilustrasi Daerah Rawan Longsor (IDN Times/Sukma Shakti)

Sunaryo mencontohkan penggunaan ilmu geofisika pada kasus longsor di Dusun Brau, Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji, Kota Batu beberapa waktu lalu. Akuisisi data dilakukan pada 60 titik yang tersebar di area Dusun Brau yang luasnya mencapai 39 Ha. Setelah dilakukan pengolahan data, diperoleh rekomendasi sebagai upaya mitigasi bencana yakni pada bidang longsor stabil digunakan sebagai penampungan penduduk. 

"Sedangkan di bidang relokasi tidak stabil dapat dilakukan rekayasa yakni, mengurangi kelebihan ketebalan beban batuan. Kemudian membuat bangunan sipil berbentuk tembok penahan dan melakukan eco-engineering  melalui penanaman vegetasi yang berakar," tandasnya. 

Baca Juga: Universitas Brawijaya Akan Buka Prodi Bisnis Jasa Makanan Halal 

Alfi Ramadana Photo Verified Writer Alfi Ramadana

Menulis adalah cara untuk mengekspresikan pemikiran

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya